Senin, 20 Januari 2014

materi ekonomi pembangunan BAB 9 proses pembangunan ekonomi yang kelebihan tenaga kerja ( labour)_nisa



BAB
9
PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI YANG KELEBIHAN TENAGA KERJA (LABOUR)

                                Salah satu aspek yang menyebabkan perbedaan besar antara keadaan Negara berkembang pada masa ini dengan keadaan Negara maju dalam proses pembangunan mereka masa lalu, adalah masalah penduduk. Hal ini antara lain dapat dilihat dari rasio antara luas tanah dengan jumlah penduduk di negaraberkembang. Nilai perbangdingan itu sangat kecil dan itu berarti luas tanah pertanian yang dikerjakan oleh tiap – tiap petani atau keluarga petani di Negara berkembang sangat terbatas. Berbagai study mengenai pembangunan menunjukkan bahwa tingkat penganguran terbuka dan terselubung di beberapa Negara berkembang adalah sangat tinggi. Pengangguran musiman sering sekali lebih serius keadaannya. Samping itu, sifat penting lainnya dari keadaan penduduk di Negara berkembang adalh tingkat pertambahan penduduk sangat cepat dan hal inilah yang menyebabkan masalah pengangguran yang dihadapi Negara tersebut makin lama makin bertambah buruk.
Pertambahan penduduk yang semakin cepat menimbulkan masalah pengangguran dan proses pembangunan , hal ini mendorong beberapa ahli ekonomi untuk membuat teori mengenai model pembangunan dan perubahan stuktur ekonomi pada yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional dan sektor tersebut mempunyai kelebihan dalam jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi masalah pengangguran terbuka dan terselubung yang serius. Model pembangunan pertama kali secara implisit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Prof. W Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh Gustav Ranis dan John C. H Fei.








TEORI LEWIS: PERKEMBANGAN EKONOMI DALAM KEADAAN PENAWARAN TENAGA KERJA
Dalam pendahuluan analisisnya Lewis menyatakan tujuan dari teori mengenai proses pembangunan yang khusus diperuntukkan bagi Negara yang menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja. Ia menyatakan ketidakpuasannya terhadap teori yang berkembang sesudah masa ahli ekonomi Klasik , yaitu teori Neo – Klasik dan General Klasik . Analisis Neo – Klasik bertolak dari pandangan bahwa penawaran tenaga kerja dalam masyarakt tidak berlebihan. Sedangkan analisis Keynes bertolak dari anggapan bahwa bukan saja terdapat penawaran
tenaga kerja yang berlebihan, tetapi juga tanah yang tersedia dan kapasitas memproduksi jumlahnya tidak terbatas. Keadaan ini bertentangan dengan keadaan yang terdapat di Negara berkembang.  Lewis menganggap di negara berkembang terdapat kelebihan tenaga kerja tetapi kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan sangat terbatas.
Masalah Kelebihan Tenaga Kerja
 Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara berkembang seperti Afrika dan Amerika Latin terdapat masalah kekurangan tenaga kerja, akan tetapi di banyak negara berkembang lainnya seperti India, Mesir, Jamaika, dan negara kita sendiri terdapat penawaran tenaga kerja yang berlebih. Di negara seperti ini, jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan dengan modal dan sumber daya alam, dan sebagai akibat dari keadaan ini kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktivitasnya sangat kecil atau nol. Maka sebagian dari pekerja dalam kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan lain, produksi dalam sektor yang pertama tidak akan menurun. Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung.
Pola Proses Pembangunan Yang Berlaku
Analisis Lewis mengenai proses pembangunan perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga aspek:
1.      Analisis mengenai proses corak proses pertumbuhan itu sendiri.
2.      Analisis mengenai faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah tinggi.
3.      Analisis mengenai faktor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan tidak    terjadi.

Gambaran Grafis dari Proses Pembangunan
Pada kurva di atas, sumbu tegak menunjukkan tingkat upah di sektor subsisten dan sektor kapitalis, dan tingkat produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis. Apabila factor-faktor lain tidak mengalami perubahan, dan masih terdapat kelebihan dalam tenaga kerja, tingkat upah di kedua sektor ekonomi tidak mengalami perubahan. Besarnya tingkat upah di sektor subsisten adalah S dan tingkat upah ini dinamakan upah subsisten yaitu upah yang memungkinkan pekerja dan keluarganya mempertahankan hidup mereka. Di sektor kapitalis, tingkat upah mencapai W. kurva menunjukkan tingkat produk marjinal dari setiap pekerja tambahan di sektor kapitalis. Pada permulaannya tingkat produk marjinal satu pekerja tambahan adalah seperti ditunjukkan oleh kurva . selama jumlah atau nilai produk marjinal seorang tenaga kerja di sektor kapitalis masih lebih besar daripada tingkat upah di sektor itu, jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di sektor itu akan terus ditambah oleh pengusaha. Langkah itu dilakukan dengan tujuan supaya pengusaha mencapai keuntungan maksimal dan keadaan ini tercapai apabila nilai tingkat produk marjinal telah sama dengan nilai upah di sektor kapitalis. Oleh karena itu, penggunaan tenaga kerja baru akan dihentikan apabila besarnya produk marjinal sama dengan W, dan ini dicapai pada titik .
Dengan demikian, jumlah pekerja di sektor kapitalis adalah O, dan pada waktu yang sama jumlah keuntungan (surplus) di sektor kapitalis sebesar P1WQ1. Surplus tersebut seluruhnya akan ditanamkan kembali. Kegiatan ini bukan saja akan mengakibatkan perkembangan dalam kegiatan ekonomi, tapi juga kenaikan tingkat produktivitas. Maka pada masa berikutnya produk marjinal para pekerja akan bertambah tinggi, misalnya menjadi seperti yang digambarkan kurva P2Q2. Perubahan tingkat produktivitas ini akan mendorong para pengusaha menggunakan lebih banyak pekerja yaitu sebanyak ON2. Pada tingkat kegitan ekonomi seperti ini besarnya surplus adalah P2WQ2. Penanaman kembali keuntungan ini akan menaikan tingkat produktivitas pekerja lebih lanjut, sehingga secara terus menerus meningkatkan penggunaan tenaga kerja. Makin lama sektor kapitalis akan bertambah besar dan jumlah tenaga kerja terus menerus akan bertambah, hingga akhirnya tidak terdapat lagi kelebihan pekerja dalam perekonomian tersebut.


Lewis mengatakan bahwa ciri utama dalam proses pembangunan ekonomi adalah berlakukanya kenaikan tabungan dan investasi disektor kapitalis. Pada awal proses pembangunan perekonomian akan menabung dan menambahkan modal sebesar 4-5% dari pendapatan nasionalnya. Proses pembangunan merombak kegiatan ekonomi masyarakat menjadi suatu perekonomian dimana tabungan sukarela mencapai kira-kira 12-15% dari pendapatan nasional atau lebih. Dari gambaran mengenai proses pembangunan yang dikemukakan, sumber dari berlakunya kenaikan tabungan dan penanaman modal adalah surplus yang bertambah besar.
Factor yang menimbulkan perubahan dalam proses pembangunan adalah:
1.      Apabila pembentukan modal berlangsung lebih cepat dari pertambahan penduduk.
2.      Bertambah besarnya sektor kapitalis, perbandingan perdagangan antara sektor tersebut dengan sektor subsisten menjadi bertambah buruk.
3.      Kemajuan teknik mugkin timbul disektor subsisten dan menyebabkan kenaikan produktivitas serta kenaikan upah.
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI RANIS-FEI
Persamaan dan Perbedaan Teori Lewis dan Rains-Fei
Walaupun coraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan analisis masing-masing kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak pertumbuhan disektor modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei agak lebihg seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih mendalam daripada analisis Lewis.
Analisis Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk terhadap proses pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor pertanian dan industri, dan jangka masa (life cycle) dari berlakunya proses pembangunan untuk mencapai taraf negara industri.


Proses Pertumbuhan Yang Berlaku

Rains-Fei menggambarkan model proses pertumbuhan dengan menggunakan tiga buah gambar. Ketiga buah gambar tersebut sumbu datar menunjukkan jumlah tenaga kerja dalam perekonomian, dan pembagian mereka ke sektor industri dan sektor pertanian.
Apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang diartiikan oleh Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk marjinal penganggur terselubung adalah nol – tingkat upah disektor industri besarnya tidak berubah. Jika kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi pengambilan tenaga kerja baru oleh sektor industri hanya dapat diperoleh dengan menaikkan tingkat upah pekerja disektor tersebut. Sebab dari berlakunya kenaikan upah ini, yaitu pada waktu kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi, hanya dapat dijelaskan setelah dilakukan analisis tentang perubahan yang berlaku disektor pertanian sebagai akibat dari pengaliran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Seperti teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor pertanian lebih tinggi dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi tambahan. Produk marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah yang melebihi besarnya produk marjinal ini bertentangan dengna teori ahli-ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei, walaupun jumlah tenaga kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal pekerja adalah nol tingkat upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif. Tingkat upah ini dinamakan tingkat upah institutional.
Ranis-Fei membedakan proses pembangunan ekonomi dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana tenaga kerja jumlahnya masih berlebih dan keadaan ini mengakibatkan produk marjinal disektor pertanian adalah sebesar nol. Tahap kedua merupakan tahap dimana kelebihan tenaga kerja tidak terdapat lagi akan tetapi masih terdapat pengangguran terselubung. Tahap ketiga merupakan tahap dimana produk marjinal disektor pertanian besarnya telah melebihi tingkat upah institutional dan mengakibatkan tenaga kerja yang berada disektor pertanian akan menerima upah yang lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap pertama dan tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar


upah institutional, akan tetapi pada tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat upah yang baru adalah sama dengan tambahan produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja tambahan yang terakhir disektor pertanian, berarti sama dengan produk marjinal tenaga kerja disektor itu.

Surplus hasil pertanian dalam proses pembangunan
Apabila sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor industri, maka dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang. Akan tetapi pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi sektor pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan terdapat kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas hasil pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada akhirnya produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini disebabkan karena produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional. Oleh karena itu upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari hasil pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan mengurangi kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang pekerja dari sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian akan menjadi lebih kecil.
Tahap – tahap proses pembangunan
Setelah menunjukan keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei kembali menjelaskan tentang perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai akibat dari menurunnya produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang dapat digunakan oleh sektor industri, jumlah pertambahannya akan menurun dibandingkan sebelumnnya. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor industri tidak lagi dengan mudah memperoleh bahan makanan dan berarti harga hasil sektor pertanian relative lebih mahal dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila proses pembangunan ini telah tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga kerja tambahan hanya bila mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya.



BEBERAPA KRITIK TERHADAP TEORI LEWIS DAN RANIS-FEI

Sejak tahun 1950-an muncul segolongan ahli ekonomi yang meragukan pendapat Lewis dan Ranis-Fei. Mereka pada hakikatnya berpendapat bahwa tidak benar di beberapa negara berkembang yang padat penduduknya terdapat tenaga kerja yang memiliki produktivitas sebesar nol dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan pemindahan mereka ke sektor industri dan sektor modern lainnya tana mengalami kemunduran produksi di sektor pertanian.
Schulz misalnya, pada tahun 1956 telah mengatakan bahwa India--sebagai suatu negara yang sangat padat penduduknya--tidak menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja. Kesimpulan ini diambilnya setelah membuat pengamatan dan penelitian terhadap pengaruh menurunnya penduduk di sektor pertanian di India sebagai akibat wabah penyakit pada tahun 1918—1919, yaitu sebanyak 9 persen, terhadap luas tanah yang ditanami. Menurut pengamatan Schultz pada tahun 1916—1920 luas areal tanah yang ditanami menurun sebesar 4 juta hektar atau 3,8 persen lebih rendah daripada luas areal tanah yang ditanami paa tahun 1916—1917. Menurut Schulz, hal ini membuktikan akan ketidakbenaran pandangan yang menyatakan bahwa sebagian tenaga kerja produktivitas marjinalnya adalah nol dan oleh sebab itu dapat dipindahkan dari sektor pertanian tanpa mengurangi produksi di sektor itu.
Pepelasis dan Yotopoulos alam penelitian mereka mengenai kesemaptan kerja dalam sektor pertanian di Yunani antara tahun 1953 sampai 1960 mengambil kesimpulan bahwa kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian tidak ada sama sekali. Hanya pada tahun 1953 dan tahun 1954 pengangguran dalam sektor pertanian dialami oleh negara itu. Pada tahun-tahun lainnya kekurangan tenaga kerja musiman selalu ada. Hasil penyelidikan Yong Sam Cho mengenai pengagguran dan sektor pertanian di Korea Selatan merupakan satu contoh lain dari kritik terhadap pendapat bahwa di negara berkembang adakalanya terdapat kelebihan tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan pada pengamatan atas keadaan kesempatan kerja dalam sektor pertanian di Korea, Cho berkesimpulan bahwa masalah pengangguran terselubung yang serius tidak terdapat dalam sektor pertanian di negara itu, yang ada hanyalah pengangguran musiman.

Kritik umum terhadap teori Lewis:
v  Teori Lewis bersifat pro-kapital; anti terhadap distribusi pendapatan bagi buruh; mengakibatkan meningkatnya ketimpangan karena mementingkan pertumbuhan.
v  Tidak mengakui pengaruh faktor-faktor kelembagaan dalam penentuan upah, misalnya kebijakan upah minimum, serikat pekerja, dan praktik tawar-menawar kolektif.
v  Asumsi mengenai sebuah Strata Kapitalis sebagai sumber investasi dan pertumbuhan tidak memiliki dasar kuat.
Teori Lewis dan Ranis-Fei dikritik pula karena kurang mencerminkan gambaran yang sebenarnya mengenai corak urbanisasi di negara berkembang pada masa ini. Kedua teori tersebut pada hakikatnya menunjukkan bahwa perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor modern baru terjadi apabila terbuka kesempatan kerja di sektor modern, terutama sektor industri. Apabila hal tersebut tidak terjadi tenaga kerja akan tetap berada di sektor pertanian. Proses perpindahan tenaga kerja yang berlangsung semenjak PD II keadaannya sangat berlainan. Arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke kota adalah sangat cepat, sehingga menimbulkan pengangguran yang bertambah besar di daerah urban. Dalam persoalan perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain, pada waktu ini teori Todaro dipandang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.Menurut Todaro, lajunya urbanisasi dalam suatu waktu tertentu ditentukan oleh dua faktor: perbedaan tingkat upah riil antara daerah urban dengan daerah pertanian, dan kemungkinan memperoleh pekerjaan lain di daerah urban. Menurut Todaro salah satu factor penting yang menyebabkan arus urbanisasi begitu tinggi di negara berkembang akhir-akhir ini, walaupun pengangguran di daerah urban telah cukup besar, adalah jurang besar antara upah riil di daerah pertanian dengan upah riil di daerah urban. Maka dari sudut ini teori Todaro dapat dipandang sebagai mengkritik satu aspek lain dari teori Lewis dan Ranis-Fei, yaitu terhadap anggapan dalam teori mereka bahwa tingkat upah riil di sektor pertanian dan sektor industri, dan jurang tingkat upah diantara kedua sektor itu akan tetap sama besarnya selama masih terdapat kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian.

KESIMPULAN
Disamping keterbatasan-keterbatasannya teori Lewis memiliki keunggulan didalam menjelasakan proses pembangunan dengan cara yang gamblang. Teori 2 sektor ini mempunyai analitis yang tinggi. Ia menjelaskan bagaimana pembentukan modal yang rendah berlangsung di negara terbelakang yang mempunya tenaga kerja yang berlebihan dan kurang modal. Sedangkan terori Ranis-Fei merupakan penyempurnaan dari teori Lewis. Jika teori Lewis lebih menekankan pada corak pertumbuhan disektor modern dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian, teori Ranis-Fei agak lebih seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar