BAB
9
PROSES
PEMBANGUNAN EKONOMI YANG KELEBIHAN TENAGA KERJA (LABOUR)
Salah satu aspek yang menyebabkan perbedaan
besar antara keadaan Negara berkembang pada masa ini dengan keadaan Negara maju
dalam proses pembangunan mereka masa lalu, adalah masalah penduduk. Hal ini
antara lain dapat dilihat dari rasio antara luas tanah dengan jumlah penduduk
di negaraberkembang. Nilai perbangdingan itu sangat kecil dan itu berarti luas
tanah pertanian yang dikerjakan oleh tiap – tiap petani atau keluarga petani di
Negara berkembang sangat terbatas. Berbagai study mengenai pembangunan menunjukkan
bahwa tingkat penganguran terbuka dan terselubung di beberapa Negara berkembang
adalah sangat tinggi. Pengangguran musiman sering sekali lebih serius
keadaannya. Samping itu, sifat penting lainnya dari keadaan penduduk di Negara
berkembang adalh tingkat pertambahan penduduk sangat cepat dan hal inilah yang
menyebabkan masalah pengangguran yang dihadapi Negara tersebut makin lama makin
bertambah buruk.
Pertambahan penduduk yang semakin cepat menimbulkan masalah pengangguran dan proses
pembangunan , hal ini mendorong
beberapa ahli ekonomi untuk membuat teori mengenai model pembangunan
dan perubahan stuktur ekonomi pada
yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional dan sektor
tersebut mempunyai kelebihan dalam jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi
masalah pengangguran terbuka dan terselubung yang serius. Model pembangunan pertama kali
secara implisit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota
dikembangkan oleh Prof. W Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh Gustav Ranis
dan John C. H Fei.
TEORI LEWIS: PERKEMBANGAN EKONOMI DALAM KEADAAN
PENAWARAN TENAGA KERJA
Dalam pendahuluan analisisnya Lewis menyatakan
tujuan dari teori mengenai proses pembangunan yang khusus diperuntukkan bagi
Negara yang menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja. Ia menyatakan
ketidakpuasannya terhadap teori yang berkembang sesudah masa ahli ekonomi
Klasik , yaitu teori Neo – Klasik dan General
Klasik . Analisis Neo – Klasik bertolak dari pandangan bahwa penawaran
tenaga kerja dalam masyarakt tidak berlebihan. Sedangkan analisis Keynes
bertolak dari anggapan bahwa bukan saja terdapat penawaran
tenaga kerja yang berlebihan, tetapi juga
tanah yang tersedia dan kapasitas memproduksi jumlahnya tidak terbatas. Keadaan
ini bertentangan dengan keadaan yang terdapat di Negara berkembang. Lewis menganggap di negara berkembang terdapat
kelebihan tenaga kerja tetapi kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum
digunakan sangat terbatas.
Masalah Kelebihan Tenaga Kerja
Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara
berkembang seperti Afrika dan Amerika Latin terdapat masalah kekurangan tenaga
kerja, akan tetapi di banyak negara berkembang lainnya seperti India, Mesir,
Jamaika, dan negara kita sendiri terdapat penawaran tenaga kerja yang berlebih.
Di negara seperti ini, jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan dengan
modal dan sumber daya alam, dan sebagai akibat dari keadaan ini
kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktivitasnya sangat kecil atau nol. Maka
sebagian dari pekerja dalam kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan lain,
produksi dalam sektor yang pertama tidak akan menurun. Kelebihan tenaga kerja
tersebut merupakan pengangguran terselubung.
Pola Proses Pembangunan Yang Berlaku
Analisis Lewis
mengenai proses pembangunan perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja
dapat dibedakan dalam tiga aspek:
1.
Analisis mengenai
proses corak proses pertumbuhan itu sendiri.
2.
Analisis mengenai
faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah
tinggi.
3.
Analisis mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan tidak terjadi.
Gambaran Grafis dari Proses Pembangunan
Pada
kurva di atas, sumbu tegak menunjukkan tingkat upah di sektor subsisten dan
sektor kapitalis, dan tingkat produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis.
Apabila factor-faktor lain tidak mengalami perubahan, dan masih terdapat
kelebihan dalam tenaga kerja, tingkat upah di kedua sektor ekonomi tidak
mengalami perubahan. Besarnya tingkat upah di sektor subsisten adalah S dan
tingkat upah ini dinamakan upah subsisten yaitu upah yang memungkinkan pekerja
dan keluarganya mempertahankan hidup mereka. Di sektor kapitalis, tingkat upah
mencapai W. kurva menunjukkan tingkat produk marjinal dari setiap pekerja tambahan
di sektor kapitalis. Pada permulaannya tingkat produk marjinal satu pekerja
tambahan adalah seperti ditunjukkan oleh kurva . selama jumlah atau
nilai produk marjinal seorang tenaga kerja di sektor kapitalis masih lebih
besar daripada tingkat upah di sektor itu, jumlah tenaga kerja yang akan
dipekerjakan di sektor itu akan terus ditambah oleh pengusaha. Langkah itu
dilakukan dengan tujuan supaya pengusaha mencapai keuntungan maksimal dan
keadaan ini tercapai apabila nilai tingkat produk marjinal telah sama dengan
nilai upah di sektor kapitalis. Oleh karena itu, penggunaan tenaga kerja baru
akan dihentikan apabila besarnya produk marjinal sama dengan W, dan ini dicapai
pada titik .
Dengan
demikian, jumlah pekerja di sektor kapitalis adalah O, dan pada waktu yang
sama jumlah keuntungan (surplus) di sektor kapitalis sebesar P1WQ1.
Surplus tersebut seluruhnya akan ditanamkan kembali. Kegiatan ini
bukan saja akan mengakibatkan perkembangan dalam kegiatan ekonomi, tapi juga
kenaikan tingkat produktivitas. Maka pada masa berikutnya produk marjinal para
pekerja akan bertambah tinggi, misalnya menjadi seperti yang digambarkan kurva
P2Q2. Perubahan tingkat produktivitas ini akan mendorong
para pengusaha menggunakan lebih banyak pekerja yaitu sebanyak ON2. Pada
tingkat kegitan ekonomi seperti ini besarnya surplus adalah P2WQ2.
Penanaman kembali keuntungan ini akan menaikan tingkat produktivitas pekerja
lebih lanjut, sehingga secara terus menerus meningkatkan penggunaan tenaga
kerja. Makin lama sektor kapitalis akan bertambah besar dan jumlah tenaga kerja
terus menerus akan bertambah, hingga akhirnya tidak terdapat lagi kelebihan
pekerja dalam perekonomian tersebut.
Lewis
mengatakan bahwa ciri utama dalam proses pembangunan ekonomi adalah
berlakukanya kenaikan tabungan dan investasi disektor kapitalis. Pada awal
proses pembangunan perekonomian akan menabung dan menambahkan modal sebesar
4-5% dari pendapatan nasionalnya. Proses pembangunan merombak kegiatan ekonomi
masyarakat menjadi suatu perekonomian dimana tabungan
sukarela mencapai kira-kira 12-15% dari pendapatan nasional atau lebih. Dari
gambaran mengenai proses pembangunan yang dikemukakan, sumber dari berlakunya
kenaikan tabungan dan penanaman modal adalah surplus yang bertambah besar.
Factor yang menimbulkan perubahan dalam proses pembangunan
adalah:
1.
Apabila pembentukan
modal berlangsung lebih cepat dari pertambahan penduduk.
2.
Bertambah besarnya
sektor kapitalis, perbandingan perdagangan antara sektor tersebut dengan sektor
subsisten menjadi bertambah buruk.
3.
Kemajuan teknik
mugkin timbul disektor subsisten dan menyebabkan kenaikan produktivitas serta
kenaikan upah.
TEORI PERTUMBUHAN
EKONOMI RANIS-FEI
Persamaan dan
Perbedaan Teori Lewis dan Rains-Fei
Walaupun
coraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan analisis masing-masing
kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak pertumbuhan disektor
modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan
yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei agak lebihg seimbang
dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada
perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih mendalam daripada analisis Lewis.
Analisis
Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk terhadap proses
pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor pertanian
dan industri, dan jangka masa (life cycle) dari berlakunya proses
pembangunan untuk mencapai taraf negara industri.
Proses
Pertumbuhan Yang Berlaku
Rains-Fei
menggambarkan model proses pertumbuhan dengan menggunakan tiga buah gambar.
Ketiga buah gambar tersebut sumbu datar menunjukkan jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian, dan pembagian mereka ke sektor industri dan sektor pertanian.
Apabila
jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang diartiikan oleh
Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk marjinal penganggur terselubung adalah
nol – tingkat upah disektor industri besarnya tidak berubah. Jika kelebihan
tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi pengambilan tenaga kerja baru oleh sektor
industri hanya dapat diperoleh dengan menaikkan tingkat upah pekerja disektor
tersebut. Sebab dari berlakunya kenaikan upah ini, yaitu pada waktu kelebihan
tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi, hanya dapat dijelaskan setelah
dilakukan analisis tentang perubahan yang berlaku disektor pertanian sebagai
akibat dari pengaliran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Seperti
teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor pertanian lebih tinggi
dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan
sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi tambahan. Produk
marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah yang melebihi
besarnya produk marjinal ini bertentangan dengna teori ahli-ahli ekonomi klasik
mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei, walaupun jumlah tenaga
kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal pekerja adalah nol tingkat
upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif. Tingkat upah ini
dinamakan tingkat upah institutional.
Ranis-Fei
membedakan proses pembangunan ekonomi dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan
tahap dimana tenaga kerja jumlahnya masih berlebih dan keadaan ini
mengakibatkan produk marjinal disektor pertanian adalah sebesar nol. Tahap
kedua merupakan tahap dimana kelebihan tenaga kerja tidak terdapat lagi akan
tetapi masih terdapat pengangguran terselubung. Tahap ketiga merupakan tahap
dimana produk marjinal disektor pertanian besarnya telah melebihi tingkat upah
institutional dan mengakibatkan tenaga kerja yang berada disektor pertanian
akan menerima upah yang lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap
pertama dan tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar
upah institutional, akan tetapi pada
tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat upah yang baru adalah sama dengan
tambahan produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja tambahan yang terakhir
disektor pertanian, berarti sama dengan produk marjinal tenaga kerja disektor
itu.
Surplus
hasil pertanian dalam proses pembangunan
Apabila
sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor industri, maka
dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang. Akan tetapi
pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi sektor
pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan terdapat
kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas hasil
pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada akhirnya
produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini disebabkan karena
produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional. Oleh karena itu
upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang lebih tinggi
daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari hasil
pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan mengurangi
kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang pekerja dari
sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian akan menjadi
lebih kecil.
Tahap
– tahap proses pembangunan
Setelah menunjukan
keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei kembali menjelaskan tentang
perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai akibat dari menurunnya
produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang dapat digunakan oleh sektor industri,
jumlah pertambahannya akan menurun dibandingkan sebelumnnya. Keadaan ini
menunjukan bahwa sektor industri tidak lagi dengan mudah memperoleh bahan
makanan dan berarti harga hasil sektor pertanian relative lebih mahal
dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila proses pembangunan ini telah
tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga kerja tambahan hanya bila
mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya.
BEBERAPA KRITIK TERHADAP
TEORI LEWIS DAN RANIS-FEI
Sejak
tahun 1950-an muncul segolongan ahli ekonomi yang meragukan pendapat Lewis dan
Ranis-Fei. Mereka pada hakikatnya berpendapat bahwa tidak benar di beberapa
negara berkembang yang padat penduduknya terdapat tenaga kerja yang memiliki
produktivitas sebesar nol dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan
pemindahan mereka ke sektor industri dan sektor modern lainnya tana mengalami
kemunduran produksi di sektor pertanian.
Schulz
misalnya, pada tahun 1956 telah mengatakan bahwa India--sebagai suatu negara
yang sangat padat penduduknya--tidak menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja.
Kesimpulan ini diambilnya setelah membuat pengamatan dan penelitian terhadap
pengaruh menurunnya penduduk di sektor pertanian di India sebagai akibat wabah
penyakit pada tahun 1918—1919, yaitu sebanyak 9 persen, terhadap luas tanah
yang ditanami. Menurut pengamatan Schultz pada tahun 1916—1920 luas areal tanah
yang ditanami menurun sebesar 4 juta hektar atau 3,8 persen lebih rendah
daripada luas areal tanah yang ditanami paa tahun 1916—1917. Menurut Schulz,
hal ini membuktikan akan ketidakbenaran pandangan yang menyatakan bahwa
sebagian tenaga kerja produktivitas marjinalnya adalah nol dan oleh sebab itu
dapat dipindahkan dari sektor pertanian tanpa mengurangi produksi di sektor
itu.
Pepelasis
dan Yotopoulos alam penelitian mereka mengenai kesemaptan kerja dalam sektor
pertanian di Yunani antara tahun 1953 sampai 1960 mengambil kesimpulan bahwa
kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian tidak ada sama sekali. Hanya pada
tahun 1953 dan tahun 1954 pengangguran dalam sektor pertanian dialami oleh
negara itu. Pada tahun-tahun lainnya kekurangan tenaga kerja musiman selalu
ada. Hasil penyelidikan Yong Sam Cho mengenai pengagguran dan sektor pertanian
di Korea Selatan merupakan satu contoh lain dari kritik terhadap pendapat bahwa
di negara berkembang adakalanya terdapat kelebihan tenaga kerja yang cukup
besar. Berdasarkan pada pengamatan atas keadaan kesempatan kerja dalam sektor
pertanian di Korea, Cho berkesimpulan bahwa masalah pengangguran terselubung
yang serius tidak terdapat dalam sektor pertanian di negara itu, yang ada
hanyalah pengangguran musiman.
Kritik
umum terhadap teori Lewis:
v
Teori Lewis bersifat
pro-kapital; anti terhadap distribusi pendapatan bagi buruh; mengakibatkan
meningkatnya ketimpangan karena mementingkan pertumbuhan.
v
Tidak mengakui
pengaruh faktor-faktor kelembagaan dalam penentuan upah, misalnya kebijakan
upah minimum, serikat pekerja, dan praktik tawar-menawar kolektif.
v
Asumsi mengenai
sebuah Strata Kapitalis sebagai sumber investasi dan pertumbuhan tidak memiliki
dasar kuat.
Teori
Lewis dan Ranis-Fei dikritik pula karena kurang mencerminkan gambaran yang
sebenarnya mengenai corak urbanisasi di negara berkembang pada masa ini. Kedua
teori tersebut pada hakikatnya menunjukkan bahwa perpindahan penduduk dari sektor
pertanian ke sektor modern baru terjadi apabila terbuka kesempatan kerja di
sektor modern, terutama sektor industri. Apabila hal tersebut tidak terjadi
tenaga kerja akan tetap berada di sektor pertanian. Proses perpindahan tenaga
kerja yang berlangsung semenjak PD II keadaannya sangat berlainan. Arus
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke kota adalah sangat cepat,
sehingga menimbulkan pengangguran yang bertambah besar di daerah urban. Dalam
persoalan perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain,
pada waktu ini teori Todaro dipandang lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.Menurut Todaro, lajunya urbanisasi dalam suatu waktu tertentu
ditentukan oleh dua faktor: perbedaan tingkat upah riil antara daerah urban
dengan daerah pertanian, dan kemungkinan memperoleh pekerjaan lain di daerah
urban. Menurut Todaro salah satu factor penting yang menyebabkan arus
urbanisasi begitu tinggi di negara berkembang akhir-akhir ini, walaupun
pengangguran di daerah urban telah cukup besar, adalah jurang besar antara upah
riil di daerah pertanian dengan upah riil di daerah urban. Maka dari sudut ini
teori Todaro dapat dipandang sebagai mengkritik satu aspek lain dari teori Lewis
dan Ranis-Fei, yaitu terhadap anggapan dalam teori mereka bahwa tingkat upah
riil di sektor pertanian dan sektor industri, dan jurang tingkat upah diantara
kedua sektor itu akan tetap sama besarnya selama masih terdapat kelebihan tenaga
kerja di sektor pertanian.
KESIMPULAN
Disamping keterbatasan-keterbatasannya teori Lewis memiliki
keunggulan didalam menjelasakan proses pembangunan dengan cara yang gamblang.
Teori 2 sektor ini mempunyai analitis yang tinggi. Ia menjelaskan bagaimana
pembentukan modal yang rendah berlangsung di negara terbelakang yang mempunya
tenaga kerja yang berlebihan dan kurang modal. Sedangkan terori Ranis-Fei merupakan penyempurnaan dari
teori Lewis. Jika teori Lewis lebih menekankan pada corak pertumbuhan disektor
modern dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang terjadi
disektor pertanian, teori Ranis-Fei agak lebih seimbang dan bahkan dapat
dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang
terjadi disektor pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar