Minggu, 05 Januari 2014

MANAJEMEN_kepuasan kerja_nisa94




KEPUASAN
            Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului oleh penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya, karena “ kepuasan “ mempunyai konotasiyang beraneka ragam.
Meskipun demikian tetap relevan untuk mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya.
Karena tidak sederhana, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang. Misalnya, sifat pekerjaan seseorang mempunyai dampak tertentu pada kepuasan kerja. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa apabila dalam pekerjaannya seseorang mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan memperoleh umpanbalik tentang hasil pekerjaan yang dilakukanny, yang bersangkutan akan merasa puas. Bentuk program perkenalan yang tepat serta berakibat pada diterimanya seseorang sebagai anggota kelompok kerja dan oleh organisasi secara ikhlasdan terhormat juga pada umumnya berakibat pada tingkat kepuasan yang tinggi. Situasi lingkungan pun turut berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja seseorang.
Pemahaman yang lebih tepat tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Kepuasan Kerja dan Prestasi
            Jika di muka telah dikatakan bahwa membahas kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, salah satu buktinya ialah sukarnya menemukan jawaban pertanyaan apakah ada kaitan antara kepuasan kerja dengan prestasi seseorang. Memang pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat korelasi positif antara keduanya. Pada hal berbagai penelitian membuktikan bahwa seorang karyawan yang “puas” tidak dengan sendirinya merupakan karyawan yang berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi “ biasa – biasa saja “. Jika demikian halny, dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi karena “ kepuasannya “ tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi terletak pada faktor – faktor lain, misalnya pada imbalan yang diperolehnya. Misalnya seorang dokter muda  yang ditempatkan di suatu daerah terpencil sangat mungkin “ tidak puas “ dengan kondisi kerjanya, tetapi pada waktu yang bersamaan merasa “ puas “ karena dapat mengabdikan pengetahuannya demi kesejahteraan masyarakat yang tanpa kehadirannya tidak akan mungkin memperoleh pelayanan pengobatan oleh seorang tenaga yang  profesional. Contoh lain lagi adalah seorang sarjana baru yang “ tidak puas “ karena pekerjannya, misalnya, kurang sesuai dengan tingkat pendidikan yang telah diperolehnya, tetapi sebaliknya merasa “ puas “ karena sudah memperoleh pekerjaan, padahal banyak rekannya yang masih menganggur. Dari contoh – contoh di atas terlihat bahwa tidak selalu mudah mengkaitkan kepuasan kerja dengan prestasi, tergantung pada apa yang dimaksud dengan kepuasan kerja tersebut.
            Untuk lebih memperjelas kepuasan kerja, contoh lain dapat diberikan. Misalnya, seorang karyawan meras “ puas “ bekerja pada suatu organisasi tertentu karena atasanya lebih kepadanya, tetapi sebenarnya prestasinya tidak istimewa karena dengan prestasi luar biasa pun, kesempatan promosi baginya sangat terbatas karena, misalnya, organisasi tempatnya bekerja kecil sehingga hierarki jabatan yang tersedia tidak terlalu banyak. Karena kesempatan promosi terbatas, yang bersangkutan tidak terdorong berprestasi tinggi, tetapi kepuasan bersumber dari faktor lain, yaitu perilaku positif dari atasannya langsung. Mungkin pula terjadi bahwa  seseorang  merasa “ puas “ dalam pekerjannya karena yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dicapainya sudah maksimal. Dalam situasi demikian dia berusaha berprestasi sebaik mungkin.
Terlepas dari faktor – faktor apa yang dijadiakn sebagai alat pengukur kepuasan kerja, tetapi penting untuk mengusahakan agara terdapat korelasi positif antara kepuasan dengan prestasi kerja karyawan. Artinya menjadikan kepuasan untuk memacu prestasi kerja yang lebih baik meskipun disadari bahwa hal itu tidak mudah.
Kepuasan Kerja dan Kemungkiran.
            Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli serta pengalaman banyak orang organsasi terlihat bahwa terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaiknya karyawan yang rendah tingkat kepuasannya akan cenderung tinghi tingkat kemangkirannya. Dalam praktek korelasi itu berarti bahwa seorang karyawan yang pusa akan hadir di tempat tugas kecuali ada alasan yang benar – benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaiknya karyawan yang merasa tidak atau kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak masuk kerja. Dengan demikian, salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kemangkiran karyawan adalah meningkatkan kepuasan kerja.
Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah.
            Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pidah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Sebab – sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai faktor lainnya.
            Berarti terdpat korelasi antara tingkta kepuasan dengna kuat atau lemahnya keinginan pidah pekerjaan. Keadaan seperti ini  perlu diwaspadai karena jika terjadi dalam skala besar, organisasi pula yang dirugikan.
Kepuasan Kerja dan Usia
Dalam pemeliharan hubungan yang serasi antara organisasi dengan para anggotanya, kaitan antara usia karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat perhatian.
Telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara kepuasan kerja dengan usia seorang karyawan. Artiny, kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin  tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah :
a.       Bagi karyawan yang sudah lanjut usianya makin sulit memenuhi karier baruu di tempat lain;
b.      Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita – cita;
c.       Gaya hidup yang sudah mapan;
d.      Sumber penghasilan yang relatif terjamin;
e.       Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan rekan – rekannya dalam organisasi.
Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi para karyawan yang lebih muda usia, keinginan pidah itu lebih besar.
Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan.
            Literatur mengenai hal ini memberikan petunjuk bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, pada umumnya tingkat kepuasan pun cenderung lebih tinggi pula. Berbagai alasan antara lain ialah:
  1. Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak,
  2. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkna kemampuan kerjanya,
  3. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
Dengan demikian alasan – alasan tersebut bertalian erat dengan prospek bagi seseorang untuk dipromosikan, perencaan karier dan pemgembangan sumber daya manusia dalam organisasi.
Diakitkan dnegan prospek promosi yang dimaksud ialah bahwa apabila seorang yang sudah menduduki jabatan tertentu, apalagi sudah berada pada tignkat manajerial melihat bahwa terdapat prospek yang cerah untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, kepuasan kerjanya akan cenderung lebih besar. Pada gilirannya, prospek demikian akan mendorong seseorang untuk merencanakan kariernya dan mengambilkan langkah – langkah yang diperlukan untuk itu, misalnya denagn mengikuti pendidikan dan penelitian tambahan sehingga tingkat jabatan yang lebih tinggi benar – benar dapat dicapainya. Situasi demikian tentunya berakibat pada keharusan adanya kebijaksanana pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi yang bersangkutan.
Kepuasan Kerja dan Besar – kecilnya Organisasi.
            Telah umum dimaklumi bahwa kehidupan berkarya digunakan oleh manusia tidak hanya utnuk memuaskan kebutuhan material saja, akan tetapi juag utnuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnyaseperti yang bersifat mental, psikologis, sosial dan spiritual.
            Dilihat dari sudut pandangan ini, besar kecilnya organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja. Artinya, jika karena besarnya organisasi para karyawan “terbenam” dalam masa pekerja yang jumlah besar sehingga jati diri dan identitasnya menjdai kabur karena, misal, hanya dikenal dengan “nomor pegawai” hal tersebut dapat mempunyai dampak negatif pada kepuasan kerja.
            Salah satu alasan untuk mengatakan demikian, misalnya, ialah bahwa apabila harapan mereka untuk turut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan menjadi tidak terwujud, solidaritas antara sesama karyawan menurun, menjalin tali persahabatan menjadi lebih sulit, perhatian dan perlakuan pemimpin yang bersifat personal tidak terjadi, kesemuanya itu dapat menjadi faktor penyebab rendahnya kepuasan kerja.
            Oleh karena itu di organisasi yang besar perlu dicari car pengelompokan para karyawan sedemikian rupa sehingga masing – masing karyawan tetap merasa mendapatkan perlakuan dan perhatian individual sesuai jati diri masing – masing dan tidak sekedar alat produksi yang diberi “nomor” pegawai sebagai petunjuk identirasnya.    

KESIMPULAN

bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
        Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situas kerja.tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Sikap  adalah  pernyataan evaluatif yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu untuk benar-benar memahami sikap kita harus mempertimbangkan karakteristik mental mereka. Dalam materi bab ini kita akan menjawab enam pertanyaan mengenai sikap yang akan membantu anda memahami sikap dengan lebih baik. Kepuasan  adalah  suatu respon yang menggambarkan perasaan dari individu terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja adalah kombinasi dari kepuasan kognitif dan efektif individu dalam perusahaan. Kepuasan afektif didapatkan dari seluruh penilaian emosional yang positif dari pekerjaan  karyawan. Kepuasan afektif ini difokuskan pada suasana hati mereka saat bekerja. Perasaan positif atau suasana hati yang positif mengindikasikan kepuasan kerja. Sedangkan kepuasan kerja kognitif adalah kepuasan yang didapatkan dari penilaian logis dan rasional terhadap kondisi, peluang. Faktor-faktor diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang memiliki peran yang penting bagi perusahaan dalam memilih dan menempatkan karyawan dalam pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau sepantasnya dilakukan. Cara Menghindari Ketidakpuasan Kerja. Kepuasan Kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, jika faktor pemuas ini tidak diperoleh oleh karyawan maka akan muncul ketidakpuasan yang dapat memunculkan perilaku  negatif pada karyawan.

SARAN
Sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki karena sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu berprestasi maksimal. Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap prestasi kerja karyawan, ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja maka seorang karyawan akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar