KEPUASAN
Pembahasan mengenai kepuasan kerja
perlu didahului oleh penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang
sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya, karena “
kepuasan “ mempunyai konotasiyang beraneka ragam.
Meskipun demikian tetap relevan untuk mengatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat
positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya.
Karena tidak sederhana, banyak faktor yang perlu
mendapat perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang. Misalnya, sifat
pekerjaan seseorang mempunyai dampak tertentu pada kepuasan kerja. Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa apabila dalam pekerjaannya seseorang
mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan
penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan memperoleh umpanbalik
tentang hasil pekerjaan yang dilakukanny, yang bersangkutan akan merasa puas.
Bentuk program perkenalan yang tepat serta berakibat pada diterimanya seseorang
sebagai anggota kelompok kerja dan oleh organisasi secara ikhlasdan terhormat
juga pada umumnya berakibat pada tingkat kepuasan yang tinggi. Situasi
lingkungan pun turut berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja seseorang.
Pemahaman yang lebih tepat tentang kepuasan kerja
dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan
prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerja, tingkat
jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Kepuasan
Kerja dan Prestasi
Jika di muka telah dikatakan bahwa
membahas kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, salah satu buktinya ialah
sukarnya menemukan jawaban pertanyaan apakah ada kaitan antara kepuasan kerja
dengan prestasi seseorang. Memang pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat
korelasi positif antara keduanya. Pada hal berbagai penelitian membuktikan
bahwa seorang karyawan yang “puas” tidak dengan sendirinya merupakan
karyawan yang berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi “ biasa –
biasa saja “. Jika demikian halny, dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja
tidak selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk berprestasi. Seorang
karyawan yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi karena “ kepuasannya
“ tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi terletak pada faktor – faktor
lain, misalnya pada imbalan yang diperolehnya. Misalnya seorang dokter
muda yang ditempatkan di suatu daerah
terpencil sangat mungkin “ tidak puas “ dengan kondisi kerjanya, tetapi pada
waktu yang bersamaan merasa “ puas “ karena dapat mengabdikan pengetahuannya
demi kesejahteraan masyarakat yang tanpa kehadirannya tidak akan mungkin
memperoleh pelayanan pengobatan oleh seorang tenaga yang profesional. Contoh lain lagi adalah seorang
sarjana baru yang “ tidak puas “ karena pekerjannya, misalnya, kurang sesuai
dengan tingkat pendidikan yang telah diperolehnya, tetapi sebaliknya merasa “
puas “ karena sudah memperoleh pekerjaan, padahal banyak rekannya yang masih
menganggur. Dari contoh – contoh di atas terlihat bahwa tidak selalu mudah
mengkaitkan kepuasan kerja dengan prestasi, tergantung pada apa yang dimaksud
dengan kepuasan kerja tersebut.
Untuk lebih memperjelas kepuasan
kerja, contoh lain dapat diberikan. Misalnya, seorang karyawan meras “ puas “
bekerja pada suatu organisasi tertentu karena atasanya lebih kepadanya, tetapi
sebenarnya prestasinya tidak istimewa karena dengan prestasi luar biasa pun,
kesempatan promosi baginya sangat terbatas karena, misalnya, organisasi
tempatnya bekerja kecil sehingga hierarki jabatan yang tersedia tidak terlalu banyak.
Karena kesempatan promosi terbatas, yang bersangkutan tidak terdorong
berprestasi tinggi, tetapi kepuasan bersumber dari faktor lain, yaitu perilaku
positif dari atasannya langsung. Mungkin pula terjadi bahwa seseorang
merasa “ puas “ dalam pekerjannya karena yang bersangkutan menyadari
bahwa apa yang dicapainya sudah maksimal. Dalam situasi demikian dia berusaha
berprestasi sebaik mungkin.
Terlepas dari faktor – faktor apa yang dijadiakn
sebagai alat pengukur kepuasan kerja, tetapi penting untuk mengusahakan agara
terdapat korelasi positif antara kepuasan dengan prestasi kerja karyawan.
Artinya menjadikan kepuasan untuk memacu prestasi kerja yang lebih baik
meskipun disadari bahwa hal itu tidak mudah.
Kepuasan
Kerja dan Kemungkiran.
Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan oleh para ahli serta pengalaman banyak orang organsasi terlihat bahwa
terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat kemangkiran.
Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya
akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaiknya karyawan yang rendah tingkat
kepuasannya akan cenderung tinghi tingkat kemangkirannya. Dalam praktek
korelasi itu berarti bahwa seorang karyawan yang pusa akan hadir di tempat
tugas kecuali ada alasan yang benar – benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaiknya
karyawan yang merasa tidak atau kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan
untuk tidak masuk kerja. Dengan demikian, salah satu cara yang paling efektif
untuk mengurangi tingkat kemangkiran karyawan adalah meningkatkan kepuasan
kerja.
Kepuasan
Kerja dan Keinginan Pindah.
Tidak dapat disangkal bahwa salah
satu faktor penyebab timbulnya keinginan pidah kerja adalah ketidakpuasan pada
tempat bekerja sekarang. Sebab – sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam
seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang
kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan maupun dengan
para rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai faktor lainnya.
Berarti terdpat korelasi antara
tingkta kepuasan dengna kuat atau lemahnya keinginan pidah pekerjaan. Keadaan
seperti ini perlu diwaspadai karena jika
terjadi dalam skala besar, organisasi pula yang dirugikan.
Kepuasan
Kerja dan Usia
Dalam pemeliharan hubungan yang serasi antara organisasi
dengan para anggotanya, kaitan antara usia karyawan dengan kepuasan kerja perlu
mendapat perhatian.
Telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara
kepuasan kerja dengan usia seorang karyawan. Artiny, kecenderungan yang sering
terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya
pun biasanya semakin tinggi. Berbagai
alasan yang sering dikemukan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah :
a. Bagi
karyawan yang sudah lanjut usianya makin sulit memenuhi karier baruu di tempat
lain;
b. Sikap
yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita –
cita;
c. Gaya
hidup yang sudah mapan;
d. Sumber
penghasilan yang relatif terjamin;
e. Adanya
ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan rekan –
rekannya dalam organisasi.
Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi para
karyawan yang lebih muda usia, keinginan pidah itu lebih besar.
Kepuasan
Kerja dan Tingkat Jabatan.
Literatur mengenai hal ini
memberikan petunjuk bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu
organisasi, pada umumnya tingkat kepuasan pun cenderung lebih tinggi pula.
Berbagai alasan antara lain ialah:
- Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak,
- Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkna kemampuan kerjanya,
- Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
Dengan demikian alasan – alasan tersebut
bertalian erat dengan prospek bagi seseorang untuk dipromosikan, perencaan
karier dan pemgembangan sumber daya manusia dalam organisasi.
Diakitkan dnegan prospek promosi yang
dimaksud ialah bahwa apabila seorang yang sudah menduduki jabatan tertentu,
apalagi sudah berada pada tignkat manajerial melihat bahwa terdapat prospek
yang cerah untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, kepuasan kerjanya
akan cenderung lebih besar. Pada gilirannya, prospek demikian akan mendorong
seseorang untuk merencanakan kariernya dan mengambilkan langkah – langkah yang
diperlukan untuk itu, misalnya denagn mengikuti pendidikan dan penelitian
tambahan sehingga tingkat jabatan yang lebih tinggi benar – benar dapat
dicapainya. Situasi demikian tentunya berakibat pada keharusan adanya
kebijaksanana pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi yang
bersangkutan.
Kepuasan
Kerja dan Besar – kecilnya Organisasi.
Telah umum
dimaklumi bahwa kehidupan berkarya digunakan oleh manusia tidak hanya utnuk
memuaskan kebutuhan material saja, akan tetapi juag utnuk memenuhi berbagai
kebutuhan lainnyaseperti yang bersifat mental, psikologis, sosial dan
spiritual.
Dilihat dari sudut pandangan ini,
besar kecilnya organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja. Artinya, jika
karena besarnya organisasi para karyawan “terbenam” dalam masa pekerja yang
jumlah besar sehingga jati diri dan identitasnya menjdai kabur karena, misal,
hanya dikenal dengan “nomor pegawai” hal tersebut dapat mempunyai dampak
negatif pada kepuasan kerja.
Salah satu alasan untuk mengatakan
demikian, misalnya, ialah bahwa apabila harapan mereka untuk turut
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan menjadi tidak terwujud,
solidaritas antara sesama karyawan menurun, menjalin tali persahabatan menjadi
lebih sulit, perhatian dan perlakuan pemimpin yang bersifat personal tidak
terjadi, kesemuanya itu dapat menjadi faktor penyebab rendahnya kepuasan kerja.
Oleh karena itu di organisasi yang
besar perlu dicari car pengelompokan para karyawan sedemikian rupa sehingga
masing – masing karyawan tetap merasa mendapatkan perlakuan dan perhatian
individual sesuai jati diri masing – masing dan tidak sekedar alat produksi
yang diberi “nomor” pegawai sebagai petunjuk identirasnya.
KESIMPULAN
bahwa
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi.
Kepuasan Kerja merupakan sikap
(positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian
terhadap situas kerja.tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu
pekerjaannya,penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah
satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai
situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Sikap adalah pernyataan evaluatif yang menyenangkan maupun
tidak menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu untuk benar-benar memahami
sikap kita harus mempertimbangkan karakteristik mental mereka. Dalam materi bab
ini kita akan menjawab enam pertanyaan mengenai sikap yang akan membantu anda
memahami sikap dengan lebih baik. Kepuasan adalah suatu respon yang menggambarkan perasaan dari
individu terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja adalah kombinasi dari kepuasan
kognitif dan efektif individu dalam perusahaan. Kepuasan afektif didapatkan
dari seluruh penilaian emosional yang positif dari pekerjaan karyawan. Kepuasan afektif ini difokuskan
pada suasana hati mereka saat bekerja. Perasaan positif atau suasana hati yang
positif mengindikasikan kepuasan kerja. Sedangkan kepuasan kerja kognitif
adalah kepuasan yang didapatkan dari penilaian logis dan rasional terhadap
kondisi, peluang. Faktor-faktor diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang memiliki peran yang
penting bagi perusahaan dalam memilih dan menempatkan karyawan dalam
pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan atau sepantasnya dilakukan. Cara Menghindari Ketidakpuasan Kerja.
Kepuasan Kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, jika faktor
pemuas ini tidak diperoleh oleh karyawan maka akan muncul ketidakpuasan yang dapat
memunculkan perilaku negatif pada
karyawan.
SARAN
Sukses tidaknya suatu organisasi
sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki karena sumber
daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu berprestasi
maksimal. Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap prestasi kerja
karyawan, ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja maka seorang
karyawan akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja
dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar