Senin, 20 Januari 2014

materi ekonomi pembangunan BAB 12 Kebijakan Penanaman Modal: Pembangunan Seimbang Dan Tidak Seimbang_nisa



Kebijakan Penanaman Modal: Pembangunan Seimbang Da Tidak Seimbang
Teori –teori mengenai pembentukan modal ( investasi ) yang diuraikan dalam bab ini menerangkan strategi makro ekonomi mengenai kebijakan investasi yang perlu dijalankan suatu negara yang ingin mempercepat  dan memulai  pembangunan ekonominya.
Sebagai suatu usaha untuk memberi jawaban kepada persoalan ini beberapa ahli ekonomi mengemukakan teori pembangunan ekonomi secara besar – besaran  dan pembangunan seimbang
MAKSUD PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN TDAK SEIMBANG
Pembangunan seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata di berbagai daerah, sehingga setiap daerah mencapai tingkat kecepatan pembangunan yang sama. Ada pula orang yang memahami pembangunan seimbang itu sebagai suatu usaha pembangunan yang mencurahkan perhatian yang sama, baik terhadap sektor industri maupun sektor pertanian, sehingga kedua ektor tersebut bukan saja dapat berkembang dengan baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan lainya. Pembangunan seimbang adakalanya diartikan pula sebagai pembangunan yang bukan saja menitikberatkan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi juga menumpahkan perhatian yang sama pentingnya kepada mengembangkan berbagai aspek kehidupan sosial, politik dan kebudayaan.
Pada hakikatnya alasan utama yang menimbulkan perlunya pembangunan seimbang adalah untuk menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi hambatan – hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga ahli, sumber tenaga ( air dan listrik ), dan fasilitas untuk mengangkut hasil – hasil produksi kepasar maupun, (ii) memperoleh pasaran untuk barang – barang yang telah ada dan yang akan diproduksi. Dengan demikian pembangunan seimbang itu dapatlah didefinisikan sebagai usaha pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman modal yang sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan – hambatan yang bersumber dari penawaran maupun permintaan. Seperti yang telah dikatakan oleh Hirschman, penentang utama dari teori pembangunan seimbang: jika perekonomian ingin dipertahankan supaya terus maju kedepan, tugas dari kebijakan pembangunan adalah untuk mempertahankan goncangan – goncangan, diproporsi da ketidak seimbangan. (  if the economy is tobe kept moving ahead, the task of development policy is to maintain tensions, disproportions and disequilibria).
Sebenarnya menyamakan teori pembangunan seimbang dengan tesis usaha minimum kritis kurang begitu tepat, karena walaupun kedua teori tersebut mempunyai implikasi kebijakan yang sama, yaiut sama – sama menekankan perlunya penanaman modal secara besar – besaran, tetapi inti kedua teori tersebut sangat berbeda. Teori pembangunan seimbang menjelaskan perlunya program pembangunan di segala bidang sebagai usaha untuk menciptakan pasar bagi berbagai industri dan untuk menciptakan ekonomi ekstren (external ekonomic). Sedangkan tesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi tingkat penanaman modal agar negara berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat keseimbangan rendah ( the loe level equilibrium trap ).
TEORI PEMBANGUNAN SEIMBANG: PANDANGAN ROSENSTEIN-RODAN DAN NURKSE
Rosenstein-Rodan beranggapan bahwa industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan cara untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata dan untuk meningkatkan pendapatan di daerah – daerah semacam itu lebih cepat dari daerah yang lebih kaya. Tujuan utama menciptakan strategi demikian adalah untuk menciptakan berbagai jenis industri yang mempunyai hubungan erat satu sama lain sehingga setiap industri memperoleh ekonomi ekstern sebagai akibat dari industrialisasi yang demikian sifatnya.

Pandangan Rosenstein-Rodan
Menurut Rosenstein-Rodan, pembangunan industrialisasi secara besar – besaran akan menciptakan tiga macam ekonomi ekstern: yang diakibatkan oleh perluasan pasar, karena berdekatan industri yang sama letak, dan karena adanya industri lain dalam perekonomian tersebut.
Pandangan Nurkse
Dalam analisisnya tersebut ia menekankan bahwa pembangunan ekonomi buka saja menghadapi kesukaran dalam memperoleh modal yang diperlukan, tetapi juga dalam mendapatkan pasar utnuk barang – barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang akan dikembangkan.
Mengenai masalah keterbatasan pasar, Nurkse mengatakan bahwa dari segi permintaan kegairahan untuk menanamkan mdal sangat rendah karena kecilnya daya beli masyarakat; sedangakan rendahnya daya beli itu disebabkan karena rendahnya pendapatan riil masyarakat. Nurkse mengatakan bahwa ekspansi moneter, iklan dan cara – cara sejenis itu manarik pembeli, jumlah penduduk dan luas daerah suatu negara, tidak akan dapat menciptakan keadaan tersebut. Mengenai peranan jumlah penduduk dalm memperluas pasar, Nurkse berpandangan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Di negara – negara yang jumlah penduduknya sangat besar sekalipun seperti India dan Cina-masalah tersebut tetap dijumpai.
Menurt Nurkse, faktor terpenting yang menentukan luas pasar adalah tingkat produktivitas. Dalam suatu perekonomian yang mempunyai sejumlah penduduk tertentu, jumlah barang – barang yang dapat dihasilkan dan dijual dalam suatu jangka waktu tertentu tergantung kepada tingkat penggunaan modal dalam proses produksi. Dalam suatu perekonomian di mana pasarnya sangat terbatas tidak terdapat perangsang bagi seorang pengusaha untuk menggunakan barang – barang modal yang up to date . ini berarti bahwa pasar telah membatasi penggunaan modal, sehingga mebatasi pula kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang – barang yang diperlukan masyarakat. Keadaan inilah yang menyebabkan Nurkse berpendapat bahwa negara berkembang menghadapi dua jenis lingkaan perangkap kemiskinan (  vicious circle ) yaitu dari sudut penawaran dan sudut permintaan.
Dengan cara ini luas pasar akan dapat diperbesar, karena kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari berbagai industri akan menciptakan permintaan terhadap barang – barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang dibagun. Pembangunan industri menciptakan pasar bagi industri yang dibangun. Pembangunan industri menciptakan pasar bagi industri lain, dan makin banyak industri yang dibangun, makn luas pasar, dan memungkinkanya untuk menggunakan modal dengan lebih efisien dan intensif. Pembangunan seimbang akan menjadi perangsang untuk memperluas permintaan terhadap modal dan menciptakan perangsang untuk mengadakan lebih banyak penanaman modal.
TEORI PEMBANGUNAN SEIMBANG: PANDANGAN SCITOVSKY DAN LEWIS
Pandangan Scitovsky
Dalam analisisnya yang khusus membahas ekonomi ekstern,  Scitovsky menunjukkan dua konsep atau pengertian tentang ekonomi ekstern dan manfaat yang akan diperoleh industri dari kedua macam ekonomi ekstern yang terdapat dalam perekonomian. Mengenai hal yang pertama, ia membedakan pengertian ekonomi ekstern kepada; (i) seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan ( equilibrium theory ) dan (ii) seperti dalam teori ekonomi konvensional. Ekonomi ekstern diartikan sebagai perbaikan efisiendi yang terjadi pada suatu industri lain. Oleh Scitovsky ekonomi ekstern seperti ini dinamakan sebagai ekoomi ekstern teknologis. Di samping itu, hubungan interdependensi di antara berbagai industri dapat pula menciptakan ekonomi ekstern keuangan, yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang bersumber dari tidakan – tindakan perusahaan lain. Ia menganggap bahwa mekanisme pasar tidak dapat menciptakan integrasi antara berbagai industri yang demikian sifatnya, karena mekanisme pasar berfugsi terutama untuk menciptakan efisiensi alokasi sumber daya dalam jangka pendek. Oleh sebab itu ia menyongkong pendapat Rosenstein-Rodan yang menyatakan perlunya program pembangunan industri secara besar – besaran dan menciptakan suatu pusat perncanaan penanaman modal untuk melengkapi fungsi mekanisme pasar dalam mengatur alokasi sumber daya. Maka, walaupun tujuan utama Scitovsky adalah untuk menjelaskan tetang dua jenis ekonom ekstern dan menunjunkakan perbedaan dari kedua – duanya, analisisnya tersebut menyebabkan ia dianggap sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan dengan menjalankan kebijakan pembangunan seimbang.
Pandangan Lewis
Analisis Lewis dalam menunjukkan tentang perlunya pembangunan seimbang ditekankan kepada menujukkan keuntungan yang akan diperoleh dari terciptanya interdependensi yang efisien antara berbagai sekto, yaitu sektor pertanian dan sektor industri, dan antara sektor dalam negeri dan luar negeri. Menurut Lewis banyak masalah ayang akan timbul apabila usaha pembangunan dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan di antara berbagai sektor, berbagai corak ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi akan timbul akhitnya ini akan memperlambat proses pembangunan.
Sebagai implikasi dari keadan ini tiga kemungkinan akan timbul, yaitu: (i) terdapat kelebihan yang dapat dijual ke sektor – sektor lain di luar sektor pertanian; atau  (ii) produksi tidak bertambah tinggi; atau (ii) gabungan dari kedua keadaan itu. Lewis menyimpulkan bahwa agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar, pembangunan harus dilaksanakan di kedua sektor tersebut secara serentak.
Selanjutnya Lewis menunjukkan pula pentingnya pembangunan seimbang disektor produksi yang menghasilkan barang – barang kebutuhan dalam negeri dan barang – barang untuk ekspor. Peranan sektor ekspor dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan merujuk pada implikasi dari timbulnya perkembangan yang tidak seimbang antara sektor luar negeri dengan sektor dalam negeri. Menurut pendapat Lewis salah satu fungsi penting dari sektor ekspor adalah untuk menjamin kelangsungan pembangunan apabila tidak terdapat pembangunan yang seimbang di antara sektor – sektor dalam negeri,  yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri. Fungsi penting lain dari sektor ekspor adalah untuk mengatasi  masalah terbatasnya pasar di dalam negeri. Sektor ekspor merupakan satu –satunya ssektor yang dapat dikembangkan tanpa adanya perkembangan di sektor – sektor lain. Di samping itu perkembangan ekspor akan mernagsang perkembangan sektor dalam negeri karena ia akan menciptakan permintaan atas barang – barang yang dihasilkan oleh sektor yang belakangan di sebut ini. Juga perkembangan sektor akan mendorong perkembangan sektor dalam negeri karena; (i) beberpa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor –seperti perkembangan sisitem komunikasi, jaringan penganggku dan fasilitas latihan atau pendidikan-dapat digunakan oleh sektor dalam negeri; dan (ii) dengan menarik tenaga kerja sektor dalam negeri, ektor ekspor akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan temuan – temuan baru untuk meningkatkan produktivitas. Akhirnya, sektor ekspor dapat pula memperlancar perkembangan impor. Dengna demikian dapat memperbesar jumlah dan jenis barang – barang dalam masyarakat dan mendorong masyarakat untuk bekerja lebih giat.
Tanpa perbaikan produktifitas di sektor tradisional ( sektor pertanian ), sektor ekspor dapat memperoleh tenaga kerja dengan biaya murah. Ini berarti sektor ekspor, walaupun berkembang pesat, menciptakan pertambahan pendapatan yang sangat terbatas kepada masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, Lewis menekankan tentang perlunya menciptakan keseimbangan yang sesuai – sehingga menjamin pembangunan ekonomi yang lancar –antara sektor industri dan sektor pertanian, dan antara kegiatan memproduksi untuk kebutuhan dala negeri dan untuk diekpor ke luar negeri.

TESIS USAHA MINIMUM KRITIS
Pengertian utama usaha minimum kritis mengemukakan tentang perlunya peningkatan penanaman modal dipertinggi sehingga besarnya tingkat pertambahan pendapatan nasional melebihi tingkat pertambahan penduduk. Maka dalam keadaan demikian, pengertian pertama usaha minimum kritis adalah penanaman modal sebanyak paling sedikit mencapai 7,5% dari pendapatan nasional. Apabila tujuan yang  ingin dicapia adalah menaikkan pendapatan perkapita rata – rata sebesar 2% per tahun, maka tingkat pertumbuhna ekonomi yang harus dicapai adalah 2,5% ditambah 2% sama dengan 4,5%per tahun. Untuk memungkinkan tercapinya tujuan ini, penanaman modal haruslah mencapai 4,5 x 3 = 13,5% dari pendapatan nasional per tahun.
Dalam menentukan tingkat usaha minimum kritis seperti yan digambarkan di atas, dimislakan bahwa rasio dalam produksi maupun tingkat pertambahan penduduk tidak mengalami perubahan. Dengan demikian apabila telah dimisalkan rasio modal produksi adalah tetap besarnya, keadaan tersebut berarti bahwa besarnya penanaman modal yang diperlukan untuk mencapai tingkat usaha minimum kritis akan menjadi pertambah besar. Rostow mengemukakan syarat tentang perlunya peningkatan penanaman modal yang besar agar suatu perekonomian dapat mencapia tahap lepas landas. Hanaya dengan tingkat penanama modal yang kenaikannya cukup besar pendapatan per kapita akan bertambah dari masa ke masa.
Teori Leibestien
Leibestien menyadari bahwa faktor – faktor yang menghambat pembangunan ekonomi, dan yang menyebabkan  suatu Negara tetap berada pada tingkat pembangunan dan tingkat pendapatan per kapita yang rendah, adalah sangta kompleks sifatnya. Dalam teori Leibestien membedakan faktor – faktor yang mepengaruhi laju pembangunan ekonomi mejadi dua golongan: (i) kekuatan – kekuatan yang menaikan pendapatan per kapita ; (ii) kekuatan – kekuatan yang dapat menurunkan pendapatan per kapita.
Kebijakan pembangunan ekonomi haruslah bertujuan untuk mengatasi masalah lingkaran perangkap kemiskinan dan melepaskan Negara dai kungkungan lingakaran kemiskinan tersebut. Tujuan ini dilakukan dengan memperkecil kekuatan – kekuatan yang menurunkan pendapatan per kapita. Leibestien berpendapat bahwa kekuatan – kekuatan yang menurunkan pendapatan per per kapita mempunyai nilai maksimum tertentu. Leibestien mengemukakan empat faktor yang menjadi penentu besarnya usaha minimum kritis, yang pertama, usaha tersebut harus menghindarkan berlakuknya disekonomi intern sebagai akibat dari skala kegiatan perusahaan yang terbatas. Faktor penentu kedua, usaha tersebut harus menjamin agar diantara berbagai industry yang dikembangkan akan tercipta ekonomi ekstern yang cukupbesar, sehingga memungkinkan berbagai indusrti memperoleh keuntungan yang cukup mendorong perkembangan kegiatan mereka. Faktor ketiga, menentukan besarnya minimum kritis adalah besarnya faktor – faktor yang menghalagiperkembangan ekonomi. Dengan demikian main tinggi pula tingkat usaha minimum kritis yang diperlukan untuk menjamin terciptanya pembangunan yang diharapkan.
Pandangan Ranis-Fei
Dalam pengertian yang ketiga, dikemukakan oleh Fei – Ranis, usaha minimum kritis merupakan usaha untuk menjamin kelancaran proses pemindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, sehingga peranan sektor industri dalam menyediakan kesempatan kerja menjadi bertambah penting.
BEBERAPA KRITIK TERHADAP TEORI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Kritik terhadap teori ini dikemukakan oleh Hirschman, Streeten, Singer, dan Fleming. Dari keempat ahli ekonomi tersebut, Hirschman merupakan pengkritik paling keras, ia bukan saja menunjukkan kelemahan – kelemahan teori pembangunan seimbang, tetapi juga mengedepankan teori pembangunan tidak seimbang.
Kritik Singer
Singer mengkritik pandangan yang menekankan tentang perlunya menciptakan perlunya pembanguan yang serentak di berbagai industri. Pandangan ini diangga Singer sebagai kebijakan pembangunan yang menekankan pada usaha pembangunan sektor industri secara bessar – besaran dan melupakan sektor pertanian. Berkaitan dengan hal ini selanjutnya Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang harus diperlukan hingga meliputi pula usaha pembangunan secara besar- besaran si sektor pertanian. Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang telah gagal untuk menyadari masalah utama  yang dihadapi Negara berkembang, yaitu bahwa mereka mengalami kekurangan sumber daya. Kritik utama Singer tehadap pembangunan seimbang adalah mengenai corak program yang harus dilaksanakan, yaitu yang menghendaki agar program pembangunan diberbagai industri dan sektor menurut pendapatnya ini idak mungkin dilakukan oleh Negara berkembang karena sumber daya yang mereka miliki sangat terbatas. Hirscman antara lain berpendapat bahwa di satu pihak teori pembangunan seimbang sangat meragukan kemampuan Negara berkembang,tetapi di pihak lain mereka membuat harapan-harapan yang sama sekali tidak realistis mengenai daya kreatif Negara-negara tersebut. Teori pembangunan seimbang,menurut Hirscman,mengabaikan kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa secara perlahan industri modern mulai telah berkembang pada masa lalu,dan telah sangup mengantikan beberapa industri rumah tangga,dan industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang pada mulanya di impor.
            Dari pandangan Hirsman ini dapatlah dikatakan bahwa menurut pendapatnya,hambatan-hambatan terhadap pembangunan tidaklah serius yang sering sekali ditekankan orang,termasuk orang yang mencetuskan pandangan tentang perlunya pembangunan seimbang. Hirscman mengatakan: “Kalau suatu Negara sudah sangup melaksanakan doktrin pembangunan seimbang,maka ia tidak akan merupakan Negara berkembang lagi.” ( if the country were ready to apply the doctrine of balanced growth, then it would not be underdeveloped in the first place).
            Hirscman menggolongkan teori pembangunan seimbang sebagai varian teori depresi di Negara maju, yaitu dalam perekonomian yang menghadapi masalah  underemployment equilibrium. Untuk mengatasi masalah underemployment equilibrium dan menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi, haruslah penanaman modal di berbagai industri dilaksanakan secara serentak. Dan langkah demikian memerlukan modal, tenaga kerja, tenaga ahli, pemimpin perusahaan dan entrepreneur yang besar jumlahnya. Maka menurut Hirscman,teori pembangunan seimbang sebenarnya adalah lebih sesuai untuk digunakan dalam merumuskan kebijakan ekonomi di Negara-negara yang menghadapi masalah pengganguran terbuka (masalah entrepreneur). Dan bukan yang menghadapi masalah pembangunan yang sangat terbatas ( masalah underdevolpyment ).
Dengan mengatakan bahwa Negara berkembang tidak sanggup melaksanakan pembangunan seimbang kerena sumber daya terbatas. Dapat diartikan bahwa kemampuan Negara berkembang untuk pembangunan sangat terbatas. Maka timbul pertanyaan : factor –faktor apakah yang menentukan kesanggupan seuatu harga untuk pembangunan. Dalam bagian lain bukunya Hirschman membahas mengenai masalah tersebut , menurut pendapatnya, sampai dimana Negara berkembang mampu melaksanakan pembangunan ditentukan oleh kesanggupannya untuk melaksanakan pembentukan modal. Pengertian Ability To  Invest dapat didefinisikan sebagai derajat kesanggupan suatu masyarakat menggunakan tabungaan tersedia untuk melaksanakan penanaman modal yang produktif.
Menjelaskan lebih lanjut mengenai kesanggupan menanam modal, Hirschman mengatakan kesanggupan menanam modal suatu Negara terletak beberapa besarnya sektor modern dalam perekonomian, semakin besar sektor modern,semakin besar pula kesanggupan menanam modal. Dalam suatu perekonomian yang memiliki 1000 buah industry akan terdapat engusaha – pengusaha dan tenaga berpendidikan dan pemimpin besar kurang lebih supuluh kali dibandingkan dengan suatu perekonomian yang memiliki 100 buah industry. Dalam bentuk yang lebih utama kalau tingkat kesanggupan menanam modal dinyatakan sebagai v, dan pendapatan atau produksi sektor modern adalah Ym, maka besarnya penanaman modal yang dapat dilaksanakan dengan produktif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: I = v.Ym .jika dimisalkan dengan tabungan rakyat (s) adalah proporsional dengan pendapatan nasional (Y), maka besarnya tabungan masyarakat dapat dinyatakan dengan persamaan : S = Sy.
Dalam proses pembangunan terdapat tiga kemungkinan mengenai hubungan di antara vY dengan sY yaitu yang pertama lebih besar dari yang kedua,atau sebaliknya, atau dua-duanya sama besar. Keadaan dimana v.Ym < sY terjadi apabila suatu perekonomian masih dalam tarap permulaan pembangunan dimana  Ym  jauh lebih besar dari Y dari kenyataan ini dapat dinyatakan kemampuan suatu negara untuk mengerahkan modal dari kesanggupannya untuk menggunakan modal secara produktif, keagaan ini dapat dilihat dari terdapatnya tabungan baku (boarding) , konsumsi berlebihan atas barang-barang mewah, dan penanaman modal  yang tidak produktif (misalnya membeli tahah dan rumah mewah secara berlebihah) Dengan uraian ini Hirschman telah menunjukan suatu factor lain yang mungkin menjadi hambatan, negara berkembang untuk melepaskan dirinya dari lingkaran kemiskinan, yaitu keterbatasnya kesanggupan menanam modal. Kesanggupan menanam modal ini yang terbatas ini tidak memungkinkan negara tersebut melaksanakan pembangunan secara besar- besaran di berbagai industri.
 Kritik Lain ke Atas Teori Pembangunan Seimbang
Seperti singger, pengkritik teori pembangunan seimbang lainya juga mengakui bahwa perkembangan berbagai industry secara serentak akan menciptakan  ekonomi ekstern kepada setiap industry sehingga akan menciptakan efisiensi dan keuntungan yang lebih tinggi kepada masing – masing industry tersebut. Tapi disamping itu, Hircshman dan fleming mengemukakan pula kemungkinan timbulya disekonomi ekstern didalam pelaksanaan pembangunan seimbang. Hirschman menunjukan kemungkinan terciptanya disekonomi ekstern di dalam kegiatan – kegiatan ekonomi yang sudah ada sebelum kebijakan pembangunan seimbang dilaksanakan. Pembangunan seimbang akan menghancurkan cara – cara tradisional, dalam kegiatan produksi dan dalam bekerja masyarakat. Hal ini ada kalanya merugikan masyarakat. Keahlian tradisional tidak berguna lagi, corak perdagangan yang lama hancur, dan pengangguran tercipta. Kalau keadaan demikian berlaku keadaan pembangunan seimbang akan meujudkan berbagai jenis pengorbanan sosial ( social cost ). Flaming memusatkan perhatian kepada terjadinya disekonomi ekstern dalam industry – industry yang dikembangkan. Menurut Flaming, apabila factor – factor produksi terbatas jumlahnya, maka mengadakan pembangunan industry besar – besaran dan secara serentak akan menurunkan efisiensi dan tingkat keuntungan berbagai industry yang dikembangkan. Pembangunan seimbang akan menciptakan hasil yang diharapkan hanya apabila tambahan modal yang diperlukan mudah diperoleh,pekerja tidak meminta upah tinggi, tenaga kerja disektor pertanian dapat ditarik dan dipekerjakan disektor perindustrian dan beberapa keadaan lainnya berlaku dalam perekonomian. Apabila sebagian besar dari keadaan – keadaan tersebut tidak ada, pembangunan seimbang bukan akan menambah, tetapi mengurangi efisiensi dan keuntungan berbagai industry.
Mengapa Pembangunan Seimbang Tidak Sesuai?
Hirschaman  dan Streeten, di samping mengritik teori pembangunan seimbang, mengemukakan pula teori pembangunan tidak seimbang. Menurut mereka program pembangunan seimbag adalah program pembangunan yang lebih sesuai untuk mempercepat proses pembangunan di Negara berkembang.
PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG: ANTARA SEKTOR PRASARANA DENGAN SEKTOR PRODUKTIF
Dalam teori pembanguan tidak seimbang yang dikemukakan oleh Hirschman,persoalan pokok yang dianalisisnya adalah apabila proyek-proyek yang dapat dilaksanakan memerlukan dana modal dan sumber-sumber daya yang tersedia menciptakan tingkat perkembangan ekonomi yang maksimal
Berdasarkan prinsip pemilihan proyek di atas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya antara sektor prasarana atau Social Overhead Capital (SOC) dengan sektor produktif yang langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat atau Directly Productive Activities (DPA).
Ada 3 (tiga) cara pendekatan yang mungkin dilakukan dalam mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu:
1.      Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut.
2.      Pembangunan tidak seimbang, dimana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan,
3.      Pembangunan tidak seimbang, dimana sektor produktif lebih ditekankan.

           
Kurva a, b, c, dan d masing2 merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah investasi tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh (full capacity)
semakin jauh dari titik origin menunjukkan tingkat produksi yg dicapai lebih tinggi, karena jumlah modal yg lebih banyak pada sektor DPA
0X = jumlah prasarana (SOC)
0Y = biaya produksi yg dikeluarkan sektor DPA
Kegiatan ekonomi akan mencapai efisiensi yg optimal jika :
a.       Sumberdaya2 dialokasikan antara sektor DPA dan sektor SOC sedemikian rupa sehingga dengan sumberdaya sejumlah tertentu bisa dicapai tingkat produksi yg maksimum, atau sebaliknya
b.      Untuk suatu tingkat produksi tertentu jumlah sumberdaya yang digunakan di sektor DPA dan sektor SOC jumlahnya minimum
Cara pendekatan dalam melakukan alokasi yg paling efisien ada 2 :
1. “Pembangunan melalui kekurangan”
      Mendahulukan DPA kemudian SOC
       => AB BC CD
2. “Pembangunan melalui kapasitas berlebih”
      Mendahulukan SOC kemudian DPA
       => AA1, BB1 , CC1



PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG DALAM SEKTOR PRODUKTIF
Dalam sektor produktif mekanisme perangsang pembangunan atau inducement mechanisme yang tercipta sebagai akibat dari terdapatnya hubungan diantara berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah dalam industri lainya,dapat dinedakan dalam dua golongan yaitu: ‘Pengaruh hubungan kebelakang’atau backward linkage effects.yang dimaksud dengan pengaruh hubungan kebelakan adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pengembangan sesuatu industri terhadap perkembangan indusri-industri yang akan menyediakan bahan mentah (input) kepada indistri yang pertama.
Menurut Hirschman, ada dua jenis industri berdasarkan atas seberapa besar tingkat keterkaitan antarindustrinya, yaitu:
1.      Industri satelit, industri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
2.      Industri non-satelit, industri mobil tidak memiliki kaitan sama sekali dengan industri minuman ringan, oleh karena itu mereka termasuk dalam kelompok industri non-satelit.
Berikut adalah beberapa karakteristik industri satelit, yaitu:
1.      Lokasinya berdekatan dengan industri induk sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu atas interaksi antarmereka.
2.      Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupakan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama.
3.      Besarnya industri satelit tidak akan melebihi industri induknya.



1 komentar: