Kebijakan Penanaman Modal:
Pembangunan Seimbang Da Tidak Seimbang
Teori
–teori mengenai pembentukan modal ( investasi ) yang diuraikan dalam bab ini
menerangkan strategi makro ekonomi mengenai kebijakan investasi yang perlu
dijalankan suatu negara yang ingin mempercepat dan memulai pembangunan ekonominya.
Sebagai
suatu usaha untuk memberi jawaban kepada persoalan ini beberapa ahli ekonomi
mengemukakan teori pembangunan ekonomi secara besar – besaran dan pembangunan seimbang
MAKSUD PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN
TDAK SEIMBANG
Pembangunan
seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata di berbagai daerah,
sehingga setiap daerah mencapai tingkat kecepatan pembangunan yang sama. Ada
pula orang yang memahami pembangunan seimbang itu sebagai suatu usaha pembangunan
yang mencurahkan perhatian yang sama, baik terhadap sektor industri maupun
sektor pertanian, sehingga kedua ektor tersebut bukan saja dapat berkembang
dengan baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan lainya. Pembangunan
seimbang adakalanya diartikan pula sebagai pembangunan yang bukan saja
menitikberatkan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi juga menumpahkan
perhatian yang sama pentingnya kepada mengembangkan berbagai aspek kehidupan
sosial, politik dan kebudayaan.
Pada
hakikatnya alasan utama yang menimbulkan perlunya pembangunan seimbang adalah
untuk menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi hambatan – hambatan
dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga ahli, sumber tenaga ( air dan listrik
), dan fasilitas untuk mengangkut hasil – hasil produksi kepasar maupun, (ii)
memperoleh pasaran untuk barang – barang yang telah ada dan yang akan
diproduksi. Dengan demikian pembangunan seimbang itu dapatlah didefinisikan sebagai
usaha pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman modal yang
sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul
hambatan – hambatan yang bersumber dari penawaran maupun permintaan. Seperti
yang telah dikatakan oleh Hirschman, penentang utama dari teori pembangunan
seimbang: jika perekonomian ingin dipertahankan supaya terus maju kedepan,
tugas dari kebijakan pembangunan adalah untuk mempertahankan goncangan –
goncangan, diproporsi da ketidak seimbangan. ( if the economy is tobe kept moving ahead, the
task of development policy is to maintain tensions, disproportions and
disequilibria).
Sebenarnya
menyamakan teori pembangunan seimbang dengan tesis usaha minimum kritis kurang
begitu tepat, karena walaupun kedua teori tersebut mempunyai implikasi
kebijakan yang sama, yaiut sama – sama menekankan perlunya penanaman modal
secara besar – besaran, tetapi inti kedua teori tersebut sangat berbeda. Teori
pembangunan seimbang menjelaskan perlunya program pembangunan di segala bidang
sebagai usaha untuk menciptakan pasar bagi berbagai industri dan untuk
menciptakan ekonomi ekstren (external ekonomic). Sedangkan tesis usaha
minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi tingkat penanaman modal agar
negara berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat
keseimbangan rendah ( the loe level equilibrium trap ).
TEORI PEMBANGUNAN SEIMBANG:
PANDANGAN ROSENSTEIN-RODAN DAN NURKSE
Rosenstein-Rodan
beranggapan bahwa industrialisasi di daerah yang kurang berkembang merupakan
cara untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata dan untuk meningkatkan
pendapatan di daerah – daerah semacam itu lebih cepat dari daerah yang lebih
kaya. Tujuan utama menciptakan strategi demikian adalah untuk menciptakan
berbagai jenis industri yang mempunyai hubungan erat satu sama lain sehingga
setiap industri memperoleh ekonomi ekstern sebagai akibat dari
industrialisasi yang demikian sifatnya.
Pandangan Rosenstein-Rodan
Menurut
Rosenstein-Rodan, pembangunan industrialisasi secara besar – besaran akan
menciptakan tiga macam ekonomi ekstern: yang diakibatkan oleh perluasan
pasar, karena berdekatan industri yang sama letak, dan karena adanya industri
lain dalam perekonomian tersebut.
Pandangan Nurkse
Dalam
analisisnya tersebut ia menekankan bahwa pembangunan ekonomi buka saja
menghadapi kesukaran dalam memperoleh modal yang diperlukan, tetapi juga dalam
mendapatkan pasar utnuk barang – barang yang dihasilkan oleh berbagai industri
yang akan dikembangkan.
Mengenai
masalah keterbatasan pasar, Nurkse mengatakan bahwa dari segi permintaan
kegairahan untuk menanamkan mdal sangat rendah karena kecilnya daya beli
masyarakat; sedangakan rendahnya daya beli itu disebabkan karena rendahnya
pendapatan riil masyarakat. Nurkse mengatakan bahwa ekspansi moneter, iklan dan
cara – cara sejenis itu manarik pembeli, jumlah penduduk dan luas daerah suatu
negara, tidak akan dapat menciptakan keadaan tersebut. Mengenai peranan jumlah
penduduk dalm memperluas pasar, Nurkse berpandangan bahwa hal tersebut tidaklah
benar. Di negara – negara yang jumlah penduduknya sangat besar sekalipun
seperti India dan Cina-masalah tersebut tetap dijumpai.
Menurt
Nurkse, faktor terpenting yang menentukan luas pasar adalah tingkat
produktivitas. Dalam suatu perekonomian yang mempunyai sejumlah penduduk
tertentu, jumlah barang – barang yang dapat dihasilkan dan dijual dalam suatu
jangka waktu tertentu tergantung kepada tingkat penggunaan modal dalam proses
produksi. Dalam suatu perekonomian di mana pasarnya sangat terbatas tidak
terdapat perangsang bagi seorang pengusaha untuk menggunakan barang – barang
modal yang up to date . ini berarti bahwa pasar telah membatasi
penggunaan modal, sehingga mebatasi pula kemampuan suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang – barang yang diperlukan masyarakat. Keadaan inilah yang
menyebabkan Nurkse berpendapat bahwa negara berkembang menghadapi dua jenis
lingkaan perangkap kemiskinan ( vicious circle ) yaitu dari sudut
penawaran dan sudut permintaan.
Dengan
cara ini luas pasar akan dapat diperbesar, karena kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat yang diperoleh dari berbagai industri akan menciptakan
permintaan terhadap barang – barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang
dibagun. Pembangunan industri menciptakan pasar bagi industri yang dibangun.
Pembangunan industri menciptakan pasar bagi industri lain, dan makin banyak
industri yang dibangun, makn luas pasar, dan memungkinkanya untuk menggunakan
modal dengan lebih efisien dan intensif. Pembangunan seimbang akan menjadi
perangsang untuk memperluas permintaan terhadap modal dan menciptakan
perangsang untuk mengadakan lebih banyak penanaman modal.
TEORI PEMBANGUNAN SEIMBANG:
PANDANGAN SCITOVSKY DAN LEWIS
Pandangan Scitovsky
Dalam
analisisnya yang khusus membahas ekonomi ekstern, Scitovsky menunjukkan dua konsep atau
pengertian tentang ekonomi ekstern dan manfaat yang akan diperoleh
industri dari kedua macam ekonomi ekstern yang terdapat dalam
perekonomian. Mengenai hal yang pertama, ia membedakan pengertian ekonomi
ekstern kepada; (i) seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan ( equilibrium
theory ) dan (ii) seperti dalam teori ekonomi konvensional. Ekonomi ekstern
diartikan sebagai perbaikan efisiendi yang terjadi pada suatu industri lain.
Oleh Scitovsky ekonomi ekstern seperti ini dinamakan sebagai ekoomi ekstern
teknologis. Di samping itu, hubungan interdependensi di antara berbagai
industri dapat pula menciptakan ekonomi ekstern keuangan, yaitu kenaikan
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang bersumber dari tidakan –
tindakan perusahaan lain. Ia menganggap bahwa mekanisme pasar tidak dapat menciptakan
integrasi antara berbagai industri yang demikian sifatnya, karena mekanisme
pasar berfugsi terutama untuk menciptakan efisiensi alokasi sumber daya dalam
jangka pendek. Oleh sebab itu ia menyongkong pendapat Rosenstein-Rodan yang
menyatakan perlunya program pembangunan industri secara besar – besaran dan
menciptakan suatu pusat perncanaan penanaman modal untuk melengkapi fungsi
mekanisme pasar dalam mengatur alokasi sumber daya. Maka, walaupun tujuan utama
Scitovsky adalah untuk menjelaskan tetang dua jenis ekonom ekstern dan
menunjunkakan perbedaan dari kedua – duanya, analisisnya tersebut menyebabkan
ia dianggap sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan dengan menjalankan
kebijakan pembangunan seimbang.
Pandangan Lewis
Analisis
Lewis dalam menunjukkan tentang perlunya pembangunan seimbang ditekankan kepada
menujukkan keuntungan yang akan diperoleh dari terciptanya interdependensi yang
efisien antara berbagai sekto, yaitu sektor pertanian dan sektor industri, dan
antara sektor dalam negeri dan luar negeri. Menurut Lewis banyak masalah ayang
akan timbul apabila usaha pembangunan dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa
adanya keseimbangan pembangunan di antara berbagai sektor, berbagai corak
ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi akan timbul
akhitnya ini akan memperlambat proses pembangunan.
Sebagai
implikasi dari keadan ini tiga kemungkinan akan timbul, yaitu: (i) terdapat
kelebihan yang dapat dijual ke sektor – sektor lain di luar sektor pertanian;
atau (ii) produksi tidak bertambah
tinggi; atau (ii) gabungan dari kedua keadaan itu. Lewis menyimpulkan bahwa
agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar, pembangunan harus dilaksanakan
di kedua sektor tersebut secara serentak.
Selanjutnya
Lewis menunjukkan pula pentingnya pembangunan seimbang disektor produksi yang
menghasilkan barang – barang kebutuhan dalam negeri dan barang – barang untuk
ekspor. Peranan sektor ekspor dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan
merujuk pada implikasi dari timbulnya perkembangan yang tidak seimbang antara
sektor luar negeri dengan sektor dalam negeri. Menurut pendapat Lewis salah
satu fungsi penting dari sektor ekspor adalah untuk menjamin kelangsungan
pembangunan apabila tidak terdapat pembangunan yang seimbang di antara sektor –
sektor dalam negeri, yaitu antara sektor
pertanian dan sektor industri. Fungsi penting lain dari sektor ekspor adalah
untuk mengatasi masalah terbatasnya
pasar di dalam negeri. Sektor ekspor merupakan satu –satunya ssektor yang dapat
dikembangkan tanpa adanya perkembangan di sektor – sektor lain. Di samping itu
perkembangan ekspor akan mernagsang perkembangan sektor dalam negeri karena ia
akan menciptakan permintaan atas barang – barang yang dihasilkan oleh sektor
yang belakangan di sebut ini. Juga perkembangan sektor akan mendorong perkembangan
sektor dalam negeri karena; (i) beberpa fasilitas yang digunakan untuk
memperlancar kegiatan ekspor –seperti perkembangan sisitem komunikasi, jaringan
penganggku dan fasilitas latihan atau pendidikan-dapat digunakan oleh sektor
dalam negeri; dan (ii) dengan menarik tenaga kerja sektor dalam negeri, ektor
ekspor akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan temuan – temuan
baru untuk meningkatkan produktivitas. Akhirnya, sektor ekspor dapat pula
memperlancar perkembangan impor. Dengna demikian dapat memperbesar jumlah dan
jenis barang – barang dalam masyarakat dan mendorong masyarakat untuk bekerja
lebih giat.
Tanpa
perbaikan produktifitas di sektor tradisional ( sektor pertanian ), sektor
ekspor dapat memperoleh tenaga kerja dengan biaya murah. Ini berarti sektor
ekspor, walaupun berkembang pesat, menciptakan pertambahan pendapatan yang
sangat terbatas kepada masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, Lewis menekankan
tentang perlunya menciptakan keseimbangan yang sesuai – sehingga menjamin
pembangunan ekonomi yang lancar –antara sektor industri dan sektor pertanian,
dan antara kegiatan memproduksi untuk kebutuhan dala negeri dan untuk diekpor
ke luar negeri.
TESIS USAHA MINIMUM KRITIS
Pengertian
utama usaha minimum kritis mengemukakan tentang perlunya peningkatan penanaman modal dipertinggi sehingga besarnya
tingkat pertambahan pendapatan nasional melebihi tingkat pertambahan penduduk. Maka
dalam keadaan demikian, pengertian pertama usaha minimum kritis adalah
penanaman modal sebanyak paling sedikit mencapai 7,5% dari pendapatan nasional.
Apabila tujuan yang ingin dicapia adalah
menaikkan pendapatan perkapita rata – rata sebesar 2% per tahun, maka tingkat
pertumbuhna ekonomi yang harus dicapai adalah 2,5% ditambah 2% sama dengan
4,5%per tahun. Untuk memungkinkan tercapinya tujuan ini, penanaman modal
haruslah mencapai 4,5 x 3 = 13,5% dari pendapatan nasional per tahun.
Dalam
menentukan tingkat usaha minimum kritis seperti yan digambarkan di atas,
dimislakan bahwa rasio dalam produksi maupun tingkat pertambahan penduduk tidak
mengalami perubahan. Dengan demikian apabila telah dimisalkan rasio modal
produksi adalah tetap besarnya, keadaan tersebut berarti bahwa besarnya
penanaman modal yang diperlukan untuk mencapai tingkat usaha minimum kritis
akan menjadi pertambah besar. Rostow mengemukakan syarat tentang perlunya
peningkatan penanaman modal yang besar agar suatu perekonomian dapat mencapia
tahap lepas landas. Hanaya dengan tingkat penanama modal yang kenaikannya cukup
besar pendapatan per kapita akan bertambah dari masa ke masa.
Teori Leibestien
Leibestien
menyadari bahwa faktor – faktor yang menghambat pembangunan ekonomi, dan yang
menyebabkan suatu Negara tetap berada
pada tingkat pembangunan dan tingkat pendapatan per kapita yang rendah, adalah
sangta kompleks sifatnya. Dalam teori Leibestien membedakan faktor – faktor
yang mepengaruhi laju pembangunan ekonomi mejadi dua golongan: (i) kekuatan –
kekuatan yang menaikan pendapatan per kapita ; (ii) kekuatan – kekuatan yang dapat
menurunkan pendapatan per kapita.
Kebijakan
pembangunan ekonomi haruslah bertujuan untuk mengatasi masalah lingkaran
perangkap kemiskinan dan melepaskan Negara dai kungkungan lingakaran kemiskinan
tersebut. Tujuan ini dilakukan dengan memperkecil kekuatan – kekuatan yang
menurunkan pendapatan per kapita. Leibestien berpendapat bahwa kekuatan –
kekuatan yang menurunkan pendapatan per per kapita mempunyai nilai maksimum
tertentu. Leibestien mengemukakan empat faktor yang menjadi penentu besarnya
usaha minimum kritis, yang pertama, usaha tersebut harus menghindarkan
berlakuknya disekonomi intern sebagai akibat dari skala kegiatan perusahaan
yang terbatas. Faktor penentu kedua, usaha tersebut harus menjamin agar
diantara berbagai industry yang dikembangkan akan tercipta ekonomi ekstern yang
cukupbesar, sehingga memungkinkan berbagai indusrti memperoleh keuntungan yang
cukup mendorong perkembangan kegiatan mereka. Faktor ketiga, menentukan
besarnya minimum kritis adalah besarnya faktor – faktor yang menghalagiperkembangan
ekonomi. Dengan demikian main tinggi pula tingkat usaha minimum kritis yang
diperlukan untuk menjamin terciptanya pembangunan yang diharapkan.
Pandangan Ranis-Fei
Dalam
pengertian yang ketiga, dikemukakan oleh Fei – Ranis, usaha minimum kritis
merupakan usaha untuk menjamin kelancaran proses pemindahan tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri, sehingga peranan sektor industri dalam
menyediakan kesempatan kerja menjadi bertambah penting.
BEBERAPA KRITIK TERHADAP TEORI
PEMBANGUNAN SEIMBANG
Kritik
terhadap teori ini dikemukakan oleh Hirschman, Streeten, Singer, dan Fleming. Dari
keempat ahli ekonomi tersebut, Hirschman merupakan pengkritik paling keras, ia
bukan saja menunjukkan kelemahan – kelemahan teori pembangunan seimbang, tetapi
juga mengedepankan teori pembangunan tidak seimbang.
Kritik Singer
Singer
mengkritik pandangan yang menekankan tentang perlunya menciptakan perlunya
pembanguan yang serentak di berbagai industri. Pandangan ini diangga Singer
sebagai kebijakan pembangunan yang menekankan pada usaha pembangunan sektor
industri secara bessar – besaran dan melupakan sektor pertanian. Berkaitan dengan
hal ini selanjutnya Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang harus
diperlukan hingga meliputi pula usaha pembangunan secara besar- besaran si
sektor pertanian. Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang telah
gagal untuk menyadari masalah utama yang
dihadapi Negara berkembang, yaitu bahwa mereka mengalami kekurangan sumber daya.
Kritik utama Singer tehadap pembangunan seimbang adalah mengenai corak program yang
harus dilaksanakan, yaitu yang menghendaki agar program pembangunan diberbagai
industri dan sektor menurut pendapatnya ini idak mungkin dilakukan oleh Negara berkembang
karena sumber daya yang mereka miliki sangat terbatas. Hirscman antara lain
berpendapat bahwa di satu pihak teori pembangunan seimbang sangat meragukan
kemampuan Negara berkembang,tetapi di pihak lain mereka membuat harapan-harapan
yang sama sekali tidak realistis mengenai daya kreatif Negara-negara tersebut. Teori
pembangunan seimbang,menurut Hirscman,mengabaikan kenyataan sejarah yang
menunjukan bahwa secara perlahan industri modern mulai telah berkembang pada
masa lalu,dan telah sangup mengantikan beberapa industri rumah tangga,dan
industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang pada mulanya di impor.
Dari pandangan Hirsman ini dapatlah
dikatakan bahwa menurut pendapatnya,hambatan-hambatan terhadap pembangunan
tidaklah serius yang sering sekali ditekankan orang,termasuk orang yang
mencetuskan pandangan tentang perlunya pembangunan seimbang. Hirscman
mengatakan: “Kalau suatu Negara sudah sangup melaksanakan doktrin pembangunan
seimbang,maka ia tidak akan merupakan Negara berkembang lagi.” ( if the country were ready to apply the
doctrine of balanced growth, then it would not be underdeveloped in the first
place).
Hirscman menggolongkan teori
pembangunan seimbang sebagai varian teori depresi di Negara maju, yaitu dalam
perekonomian yang menghadapi masalah underemployment equilibrium. Untuk
mengatasi masalah underemployment
equilibrium dan menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi, haruslah
penanaman modal di berbagai industri dilaksanakan secara serentak. Dan langkah
demikian memerlukan modal, tenaga kerja, tenaga ahli, pemimpin perusahaan dan entrepreneur yang besar jumlahnya. Maka menurut
Hirscman,teori pembangunan seimbang sebenarnya adalah lebih sesuai untuk digunakan
dalam merumuskan kebijakan ekonomi di Negara-negara yang menghadapi masalah
pengganguran terbuka (masalah entrepreneur).
Dan bukan yang menghadapi masalah pembangunan yang sangat terbatas ( masalah
underdevolpyment ).
Dengan mengatakan bahwa Negara berkembang tidak sanggup
melaksanakan pembangunan seimbang kerena sumber daya terbatas. Dapat diartikan
bahwa kemampuan Negara berkembang untuk pembangunan sangat terbatas. Maka
timbul pertanyaan : factor –faktor apakah yang menentukan kesanggupan seuatu
harga untuk pembangunan. Dalam bagian lain bukunya Hirschman membahas mengenai
masalah tersebut , menurut pendapatnya, sampai dimana Negara berkembang mampu
melaksanakan pembangunan ditentukan oleh kesanggupannya untuk melaksanakan
pembentukan modal. Pengertian Ability
To Invest dapat didefinisikan sebagai derajat kesanggupan suatu
masyarakat menggunakan tabungaan tersedia untuk melaksanakan penanaman modal
yang produktif.
Menjelaskan lebih lanjut mengenai kesanggupan menanam
modal, Hirschman mengatakan kesanggupan menanam modal suatu Negara terletak beberapa
besarnya sektor modern dalam perekonomian, semakin besar sektor modern,semakin
besar pula kesanggupan menanam modal. Dalam suatu perekonomian yang memiliki
1000 buah industry akan terdapat engusaha – pengusaha dan tenaga berpendidikan
dan pemimpin besar kurang lebih supuluh kali dibandingkan dengan suatu
perekonomian yang memiliki 100 buah industry. Dalam bentuk yang lebih utama
kalau tingkat kesanggupan menanam modal dinyatakan sebagai v, dan pendapatan
atau produksi sektor modern adalah Ym, maka besarnya penanaman modal
yang dapat dilaksanakan dengan produktif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan: I = v.Ym .jika dimisalkan dengan tabungan rakyat (s)
adalah proporsional dengan pendapatan nasional (Y), maka besarnya tabungan
masyarakat dapat dinyatakan dengan persamaan : S = Sy.
Dalam proses pembangunan terdapat tiga kemungkinan
mengenai hubungan di antara vY dengan sY yaitu yang pertama lebih
besar dari yang kedua,atau sebaliknya, atau dua-duanya sama besar. Keadaan dimana v.Ym < sY terjadi apabila
suatu perekonomian masih dalam tarap permulaan pembangunan dimana Ym jauh lebih besar dari Y dari kenyataan
ini dapat dinyatakan kemampuan suatu negara untuk mengerahkan modal dari
kesanggupannya untuk menggunakan modal secara produktif, keagaan ini dapat
dilihat dari terdapatnya tabungan baku (boarding)
, konsumsi berlebihan atas barang-barang mewah, dan penanaman modal yang tidak produktif (misalnya membeli tahah
dan rumah mewah secara berlebihah) Dengan uraian ini Hirschman telah menunjukan
suatu factor lain yang mungkin menjadi hambatan, negara berkembang untuk
melepaskan dirinya dari lingkaran kemiskinan, yaitu keterbatasnya kesanggupan
menanam modal. Kesanggupan menanam modal ini yang terbatas ini tidak
memungkinkan negara tersebut melaksanakan pembangunan secara besar- besaran di
berbagai industri.
Kritik
Lain ke Atas Teori Pembangunan Seimbang
Seperti singger, pengkritik teori pembangunan seimbang
lainya juga mengakui bahwa perkembangan berbagai industry secara serentak akan
menciptakan ekonomi ekstern kepada
setiap industry sehingga akan menciptakan efisiensi dan keuntungan yang lebih
tinggi kepada masing – masing industry tersebut. Tapi disamping itu, Hircshman
dan fleming mengemukakan pula kemungkinan timbulya disekonomi ekstern didalam pelaksanaan pembangunan seimbang.
Hirschman menunjukan kemungkinan terciptanya disekonomi ekstern di dalam kegiatan – kegiatan ekonomi yang sudah
ada sebelum kebijakan pembangunan seimbang dilaksanakan. Pembangunan seimbang
akan menghancurkan cara – cara tradisional, dalam kegiatan produksi dan dalam
bekerja masyarakat. Hal ini ada kalanya merugikan masyarakat. Keahlian
tradisional tidak berguna lagi, corak perdagangan yang lama hancur, dan pengangguran
tercipta. Kalau keadaan demikian berlaku keadaan pembangunan seimbang akan
meujudkan berbagai jenis pengorbanan sosial (
social cost ). Flaming memusatkan perhatian kepada terjadinya disekonomi
ekstern dalam industry – industry yang dikembangkan. Menurut Flaming, apabila
factor – factor produksi terbatas jumlahnya, maka mengadakan pembangunan
industry besar – besaran dan secara serentak akan menurunkan efisiensi dan
tingkat keuntungan berbagai industry yang dikembangkan. Pembangunan seimbang akan
menciptakan hasil yang diharapkan hanya apabila tambahan modal yang diperlukan
mudah diperoleh,pekerja tidak meminta upah tinggi, tenaga kerja disektor
pertanian dapat ditarik dan dipekerjakan disektor perindustrian dan beberapa
keadaan lainnya berlaku dalam perekonomian. Apabila sebagian besar dari keadaan
– keadaan tersebut tidak ada, pembangunan seimbang bukan akan menambah, tetapi
mengurangi efisiensi dan keuntungan berbagai industry.
Mengapa Pembangunan Seimbang Tidak
Sesuai?
Hirschaman
dan Streeten, di samping mengritik teori
pembangunan seimbang, mengemukakan pula teori pembangunan tidak seimbang. Menurut
mereka program pembangunan seimbag adalah program pembangunan yang lebih sesuai
untuk mempercepat proses pembangunan di Negara berkembang.
PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG: ANTARA
SEKTOR PRASARANA DENGAN SEKTOR PRODUKTIF
Dalam teori pembanguan tidak seimbang yang dikemukakan
oleh Hirschman,persoalan pokok yang dianalisisnya adalah apabila proyek-proyek
yang dapat dilaksanakan memerlukan dana modal dan sumber-sumber daya yang
tersedia menciptakan tingkat perkembangan ekonomi yang maksimal
Berdasarkan prinsip pemilihan proyek
di atas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya antara sektor
prasarana atau Social Overhead Capital (SOC) dengan sektor produktif yang
langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat atau Directly
Productive Activities (DPA).
Ada 3 (tiga) cara pendekatan yang
mungkin dilakukan dalam mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif,
yaitu:
1.
Pembangunan
seimbang antara kedua sektor tersebut.
2.
Pembangunan
tidak seimbang, dimana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan,
3.
Pembangunan
tidak seimbang, dimana sektor produktif lebih ditekankan.
Kurva a, b, c,
dan d masing2 merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah investasi
tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh (full capacity)
semakin jauh
dari titik origin menunjukkan tingkat produksi yg dicapai lebih tinggi, karena
jumlah modal yg lebih banyak pada sektor DPA
0X = jumlah
prasarana (SOC)
0Y = biaya
produksi yg dikeluarkan sektor DPA
Kegiatan
ekonomi akan mencapai efisiensi yg optimal jika :
a. Sumberdaya2
dialokasikan antara sektor DPA dan sektor SOC sedemikian rupa sehingga dengan
sumberdaya sejumlah tertentu bisa dicapai tingkat produksi yg maksimum, atau
sebaliknya
b. Untuk suatu
tingkat produksi tertentu jumlah sumberdaya yang digunakan di sektor DPA dan
sektor SOC jumlahnya minimum
Cara pendekatan
dalam melakukan alokasi yg paling efisien ada 2 :
1. “Pembangunan
melalui kekurangan”
Mendahulukan DPA kemudian SOC
=> AB BC CD
2. “Pembangunan
melalui kapasitas berlebih”
Mendahulukan SOC kemudian DPA
=> AA1, BB1
, CC1
PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG DALAM SEKTOR PRODUKTIF
Dalam sektor
produktif mekanisme perangsang pembangunan atau inducement mechanisme yang tercipta
sebagai akibat dari terdapatnya hubungan diantara berbagai industri dalam
menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah dalam industri
lainya,dapat dinedakan dalam dua golongan yaitu: ‘Pengaruh hubungan kebelakang’atau backward linkage effects.yang
dimaksud dengan pengaruh hubungan kebelakan adalah tingkat rangsangan yang
diciptakan oleh pengembangan sesuatu industri terhadap perkembangan
indusri-industri yang akan menyediakan bahan mentah (input) kepada indistri yang pertama.
Menurut Hirschman, ada dua jenis
industri berdasarkan atas seberapa besar tingkat keterkaitan antarindustrinya,
yaitu:
1.
Industri
satelit, industri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari
industri mobil
2.
Industri
non-satelit, industri mobil tidak memiliki kaitan sama sekali dengan industri
minuman ringan, oleh karena itu mereka termasuk dalam kelompok industri
non-satelit.
Berikut adalah beberapa
karakteristik industri satelit, yaitu:
1.
Lokasinya
berdekatan dengan industri induk sehingga akan dicapai satu skala efisiensi
tertentu atas interaksi antarmereka.
2.
Industri-industri
tersebut menggunakan input utama yang
berasal dari produk industri induk atau industri tersebut menghasilkan produk
yang merupakan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama.
3.
Besarnya
industri satelit tidak akan melebihi industri induknya.
tidak ada muatan kurva ya mba
BalasHapus