SOSIOLOGI DAN POLITIK
NISA
IKIP PGRI BALI
PENDIDIKAN
EKONOMI
NISA
IKIP PGRI BALI
PENDIDIKAN
EKONOMI
1.
Manfaat
mempelajari ilmu sosial politik ?
Answer:
Mengerti
tentng keadaaan politik sosial yang terjadi pada era globalisasi
Mengerti
tentang hubungan sosial politing dengan ilmu politik lainnya seperti ilmu
ekonomi
Memahami
tentang kajian sosiologi yang tergabung dalm politik
Bisa
mengetahui tentang sikap dan cara orientasi politik anggota masyarakat .
2.
Sebutkan
definisi sosiologi dan politik yang paling kamu bisa mengerti. Sebutkan pola
sumbernya!
Answer :
Sosialisasi
politik merupakan salah satu dari fungsi-fungsi input sistem politik yang
berlaku di negara manapun. Sosialisasi politik berlaku di dalam semua sistem
negara, baik yang menganut sistem politik demokratis, otoriter, maupun
diktator. Di setiap negara, sosialisasi politik menjadi media untuk membentuk
sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.
Sosialisasi
politik merupakan proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan
orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat di tempatnya
berada. Sosialisasi politik tersebut mencakup proses penyampaian norma-norma
dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
a. sosialisasi politik hendaknya
dilihat sebagai suatu proses yang berjalan terus menerus selama peserta itu
hidup.
b. sosialisasi politik dapat berwujud
transmisi yang berupa pengajaran secara langsung dengan melibatkan komunikasi
informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan mengenai politik secara tegas.
Proses mana berlangsung dalam keluarga, sekolah,
kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau kontak politik langsung.
kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau kontak politik langsung.
c. Sosialisasi secara fundamental
merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman/ pola-pola aksi.
d. Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah
laku individu dan kelompok dalam batas-batas yang luas, dan lebih khusus lagi,
berkenaan pengetahuan atau informasi, motif-motif (nilai-nilai) dan
sikap-sikap.
e. Sosialisasi itu tidak perlu dibatasi
pada usia anak-anak dan remaja saja (walaupun periode ini paling penting),
tetapi sosialisasi berlangsung sepanjang hidup.
f. Sosialisasi merupakan prakondisi
yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara implisit maupun
eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial
3.
Sebutkan
dan jelaskan aspek kegiatan manusia sebagai makhluk individu menurut Prof.
Dr.N. Drijarkara
Answer
:
Prof. Dr. N. Drijarkara berpendapat,
bahwa pada hakikatnya manusia sebagai individu mempunyai empat aspek kegiatan
dalam penggabungan alam jasmani kepada manusia. Aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Aspek Ekonomi. Manusia
dengan menurunkan tangannya ke alam jasmani dapat merubah barang-barang
sehingga berguna untuk kehidupan umat.
b. Aspek Kultural. Manusia
dengan manifestasinya mendirikan monumen, kuil, candi, menciptakan
kesusasteraan, musik, kesenian, dan sebagainya.
c. Aspek Peradaban. Dimaksudkan
sebagai keadaan dan peradaban pada diri manusia dalam tingkah lakunya, seperti
cara bergaul, adat istiadat, pakaian yang wajar, dan sebagainya. Bentuk
peradaban manausia di luar tingkah lakunya tercermin pada gedung dan bangunan
yang dimasukkan unsur keindahan, peralatan yang sempurna, barang konsumsi yang
menyenangkan
d. Aspek Teknik. Manusia
dengan kegiatannya mengaktifasi alam jasmani menurut hukum-hukumnya sehingga
menimbulkan efisiensi. Permulaan teknik adalah dari badan manusia, semua
penggunaan badan mengandung unsur-unsur teknik dalam kehidupan manusia. Jadi
tidak terbatas dalam lapangan memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan atau
memperpanjang kehidupan saja, melainkan termasuk bidang kesenian, permainan,
bahasa, mengatur negara, dan sebagainya.
4.
Jelaskan
terminology PLATO dan ARISTOTELES terhadap manusia sebagai makhluk sosial!
Answer:
Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia
merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang
bernaluri untuk hidup bersama). Status mahluk sosial selalu melekat pada diri
manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan
mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia
memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.Ciri utama mahluk sosial
adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam
suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya
tersebut meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik,
teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Aristoteles (384
– 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya mahluk yang selalu hidup
bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki
hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah
manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya
disebut gregoriousness.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial
yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat
dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia
sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara
penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama.
5.
Manusia ingin selalu berinteraksi sosial kareana pada
dasarnya terdapat berbagai macam kebutuhan. Sebutkan 7 kebutuhan manusia menurut
Abraham maslow!
Answer:
Abraham Maslow berpendapat, bahwa kebutuhan hidup manusia itu terdiri
dari beberapa tingkat kebutuhan, yaitu:
1.
Kebutuhan fisik, seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan lain-lain.
2.
Kebutuhan rasa aman, seperti terhindar dari bahaya, ketakutan, dan rasa
sakit, bebas dari teror lain-lain.
3.
Kebutuhan diterima dan kasih sayang, yang berakar dalam ikatan keluarga,
kelompok, persahabatan, cinta, teman sebaya, dan lain-lain.
4.
Kebutuhan untuk dihargai, seperti karena sukses, cakap mengerjakan
sesuatu, berkemampuan Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah (external) / tidak
memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan
dalam hidupnya (internal)
5.
Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu atau memperluas wawasan tentang
apa saja yang ada di permukaan bumi Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan
keindahan (estetika).
6.
Kebutuhan perwujudan diri (Aktualisasi Diri), seperti meningkatkan
potensi, bakat, kemampuan bekerja, dan lain-lain
7.
Mencapai kesempurnaan (tidak menginginkan lagi hal yang bersifat duniawi)
: hedonisme, materialisme, dan budaya yang dekaden
6.
Sebutkan dimensi kesosialan manusia menurut Frams Magnis
Suseno!
Answer:
Frans Magnis Suseno (etika Politik-1987) :
Kesosialan masy
ada pada 3 dimensi :
a.
Penghayatan
spontan individual (sadar hidupnya tergantung dgn orang lain)
b.
Kesosialan
nampak ketika berhadapan dgn lembaga sosial (hub sosial tidak amorf /harus
terstruktur®terpola agar lestari)
c.
Kesosialan
nampak pada “ simbolic universe of meaning”-Peter L. Berger (manusia butuh
paham, kepercayaan untuk memahami makna realitas hidup ® pedoman
eksistensi manusia
7.
Sebutkan dan jelaskan dimensi politik manusia!
Answer:
1.
Segi Tahu
(pengertian dan orientasi)
a.
Harus tau mana
yg baik dan yg buruk
2.
Segi mau
(mengambil tindakan berdasarkan orientasi)
a.
Bertindak
sesuai dgn arahan / pengertian yg dimengerti
b.
Mempengaruhi
manusia dalam mengerti dunianya, mempengaruhi kehidupan masy., bangsa dan
negara
Dimensi Politik Manusia
a.
Manusia Sebagai Makhluk Individu Social Paham individualisme yang merupakan
cikal bakal paham liberalisme, memandang manusia sebagai mahkluk individu yang
bebas. Sedangkan segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum dalam
hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa diukur berdasarkan filosofi
manusia sebagai makhluk sosial. Berdasarkan fakta dalam kehidupan manusia tidak
dapat hidup sendiri dan masih membutuhkan manusia lain untuk memenuhi segala
kebutuhan nya. Dasar filosofis sebagaimana terkandung dalam pancasila yang
nilainya terdapat dalam budaya bangsa , senantiasa mendasarkan hakikat sifat
kodrat manusia sebagai adalah bersifat monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial.
b.
Dimensi Politis Kehidupan Manusia Dalam kehidupan manusia secara alamiah, jaminan
atas kebebasan manusia baik sebagai individu maupun mahkluk sosial sulit untuk
dapat dilaksanakan. Karena terjadinya pembenturan kepentingan diantara mereka
sehingga terdapat suatu kemugkinan terjadi anarkisme di masyarakat, oleh karena
itu berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk hidup individu dan sosial.
Mencakup lingkaran kelembagaan hukum dan negara yang terkait dengan nilai
ideologi yang memberikan legitimasi kepadanya. Dalam hubungan sifat kodrat
manusia yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, oleh
karena itu pendekatan etika secara politik senantiasa berkaitan dengan
sikap-sikap moral.
8.
Sebutkan perbedaan dan hubungan antara ilmu sosial politik
dengan ilmu – ilmu sosial yang kamu ketahui!
Answer:
Ilmu sosial
Ø Ekonomi memahami
kehidupan individu dan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan(konsumsi
baranf dan jasa)
Ø Politik
memahami tentang hak, wewenang, kekuasaan, proses pembuatan keputusan dalam
masyarakat, konflik yang terjadi akibat distribusi dan alokasi barang yang
dianggap bernilai
Ø Sosiologi Memahami struktur sosial,
lembaga sosial, lapisan sosial , perubahan sosial, interaksi sosial, mobilitas
sosial dan modernisasi
Hubungan ketiga disiplin ilmu tersebut
diantaranya adalah
a.
Obyek yg ditelaah sama : Individu & Masyarakat baik
tingkah-laku, gejala sosial (akibat) serta peran & statusnya dlm masyarakat
b.
Point of View yg berbeda menyebabkan timbulnya gejala sosial
yg saling berkaitan satu sama lainnya (kepentingan/alasan)
c.
Antara sosiologi dan politik menghasilkan bidang ilmu
baru-Sosiologi Politik yg membicarakan ttg basis-basis sosial dr kekuasaan
dalam masyarakat. (Mauirice Duverger)
Antara sosiologi dan ekonomi menghasilkan ilmu –Sosiologi
Ekonomi
Antara sosiologi & ekonomi menghasilkan cabang ilmu-
Sosiologi Ekonomi
Antara ekonomi & politik menghasilkan cabang ilmu-
Ekonomi Politik
Hubungan
ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya.
Ø Hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi
Ilmu
politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat erat hubungannya.
Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur
perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang
sudah ada. Pada zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan politik
orang-orang Yunani, sedangkan ekonomi (oikonomos) mengatur kemakmuran material
dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de Watteville
memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang menggambarkan begitu eratnya ilmu
politik dan Ekonomi. Pada akhir PD I di Inggris dikemukakan ide tentang Negara
kesejahteraan (Welfare state) artinya Negara Mensejahterakan rakyatnya, bukan
sekedar “Negara penjaga malam”.
Ø Hubungan ilmu politik dengan ilmu
hukum
Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factor-faktor kekuasaan.
Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa dan Negara. Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu poltik, misalnya: hukum public dan hukum Negara adalah yang paling erat hubungannya, sedang hukum perdata atau hukum dagang relative kecil hubungannya.
Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factor-faktor kekuasaan.
Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa dan Negara. Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu poltik, misalnya: hukum public dan hukum Negara adalah yang paling erat hubungannya, sedang hukum perdata atau hukum dagang relative kecil hubungannya.
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan
Sosiaologi
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan, sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan sebagainya.
Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh berbagai proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb. Hal-hal tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik.
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan, sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan sebagainya.
Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh berbagai proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb. Hal-hal tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik.
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi
Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar setiap proses politik. Sarjana psikologi mengembangkan pendapat-pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan individu atau “psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat banyak dipergunakan hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi itu.
Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu.
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar setiap proses politik. Sarjana psikologi mengembangkan pendapat-pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan individu atau “psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat banyak dipergunakan hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi itu.
Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu.
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan
Antropologi Budaya.
Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu.
Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu.
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik.
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik.
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan
Geografi
Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang.
Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan penafsiran geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan “kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi
Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang.
Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan penafsiran geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan “kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi
Ø Hubungan Ilmu Politik dengan Etika
Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk, tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi ilmu politik, terutama praktek politik. Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita dapatkan politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan dan apa yang wajib dibairkan
Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk, tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi ilmu politik, terutama praktek politik. Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita dapatkan politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan dan apa yang wajib dibairkan
9.
Sebutkan dan jelaskakn dan jelaskan faktor – faktor ekonomi
dan non eknomi beserta contohnya yang menjadi perhatian dalam pembangunan
ekonomi sector politik
Answer:
PEMBANGUNAN
EKONOMI
Pelaku Ekonomi (Prof. Dr. Selo Soemardjan) dibagi 2 sektor :
a.
Sektor Publik
Kegiatan
ekonomi yg mencakup pembangunan ekonomi yg bertujuan untuk kesejahteraan umum
yg dilakukan melalui Perencanaan (PELITA)-Jk.Pendek dan
(Pembangunan 25 th)-Jk Panjang
b.
Sektor Swasta
Kegiatan
ekonomi yg dilakukan untuk tujuan komersial (bisnis) dengan prinsip ekonomi
Pembangunan
Ekonomi
Dalam Perencanaan Pembangunan, sektor publik memperhatikan
faktor ekonomi umum dan faktor non-ekonomi, yaitu:
A. Faktor. Ekonomi Umum
1. Ekonomi
Dominan setempat
2. Sumber
Daya Alam
3. Kualitas
Sumber Daya Manusia
4. Teknologi
B. Faktor.
Non-Ekonomi
1. Sikap
Masyarakat terhadap Pembangunan
2. Keseimbangan
kekuatan membangun antara pemerintah & penduduk setempat
3. Pola
kepemimpinan
Infrastruktur fisik dan sosial
KEGIATAN
EKONOMI SEKTOR SWASTA
Sektor swasta sebelum melakukan keg. Ekonominya maka
terlebih dahulu melakukan feasibility study, dgn memperhatikan beberapa
faktor seperti :
A. Faktor Ekonomi
1. Sistem
ekonomi Sosial
2. Peraturan
Moneter
3. Kekuatan
Pesaing
4. Potensi Pasar
5. Sistem
Pajak
B. Faktor Non-ekonomi
1. Politik
(Sis.Pol.Nas, Gol.yg berkuasa, Stabilitas Politik,
Birokrasi, Hubungan Sipil dan Militer)
2. Hukum
(Peraturan Devisa, Hukum Tanah, Keseimbangan legislatif,
Perlindungan hukum, Korupsi & Kolusi
3. Sosial
(melihat keseimbangan : rural & urban, etnis, agama,
pendidikan, organisasi buruh, kesetaraan gender)
4. Kultur
(Ethos kerja, keseimbangan rasionalitas & non
rasionalitas, sikap kolektif & individualitas, kekuatan adat terhadap
modernisasi, teknologi baru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar