PROFIL JOHN STUART MILL
Saat itu tahun 1848, masa
pemberontakan dan protess massal di benua Eropa. Saat itu adalah tahun ketika
Karl Marx dan Friedrich Engels menulis karya revolisonar mereka, The
Communist Manifesto. Sesosok hantu sungguh telah membayangi mereka Eropa –
bukan hanya komunisme, tetapi juga isme – isme lainnya – Fourisme, Owenisme,
Saint – Simonisme, dan tran – sendentalisme. Ada sosialisme utopian, sosialisme
revolusioner, dan sosialisme nasionalis. Mereka semua tumbuh sebagai reaksi
terhadap transformasi cepat dari ekonomi pertanian ke dunia industrial.
Paruh pertama abad 18 adalah era
ketidakpuasan – Revolusi Industri, perang napoleon, dan pemberontakan
demokratis di seluruh Eropa. Model pertumbuhan Adam Smith tidak berjalan
maju dan lancar, tetapi mengalami pembelokan dan koreksi tajam. Model
idealistik Smith sudah melemah karena serangan dari Richardo dan Malthus.
Peberontakan massal ini berpuncak pada 1848, sebuah masa yang kritis seperti
tahun 1776. Pada 1848 pemberontakan rakyat meletus di Prancis, Jerman, Austria,
dan Italia.
MILL
BESAR DI DALAM KELUARGA TANPA KASIH SAYANG
Latar belakang keluarga Mill
berperan penting dalam kariernya. Dia lahir di London, dan besar di bawah
asuhan ayah yang cerdas tetapi suka memaksa, James Mill (1773-1836).
Mill tua adalah kawan dekat David Ricardo dan Jeremy Bentham, dan seorang
utilitarian radikal, orang yang keras kepala dan bersemangat tetapi tidak
berperasaan. John Stuart Mill menulis tentang ayahnya bahwa “dia tidak sangat
menyukai perasaan atau emosi, dia menunjukkan sebentuk kegilaan”. Dalam draft
awal autobiografinya, dia melaporkan, “Jadi aku besar tanpa cinta dan tanpa
rasa takut”(Mill 1961:184). Ibunda Mill adalah perempuan yang tidak terdidik
dan tidak punya opini yang kuat. Dia menyalahkan ibunya atas sikap ayahnya yang
dingin dan mudah tersinggung. Dia tidak menyukai ibunya, dan tak pernah
menyebut-nyebutnya dalam autobiografinya.
MILL
MENGUASAI BAHASA YUNANI PADA USIA TIGA TAHUN, ILMU EKONOMI PADA USIA EMPAT
BELAS TAHUN, DAN TERKENA GANGGUAN SYARAF PADA USIA DUA PULUH TAHUN.
John Stuart Mill adalah anak yang
terlalu cepat dewasa. Dia dididik oleh ayahnya yang suka mengatur-atur, yang
ingin melakukan semacam eksperimen kepada anaknya yang tertua ini. (ketiga
saudara laki-laki dan lima saudara perempuan Stuart Mill diperlakukan secara
berbeda). Ayahnya adalah pendidik besar di abad 19. John tak punya pendidikan
formal, tak punya gelar sarjana. Pendidikannya semuanya diperoleh di rumah, dan
gurunya adalah ayahnya sendiri. Dia mempelajari bahasa Yunani pada usia tiga
tahun, dan pada usia delapan tahun dia sudah bisa membaca karya Plato. Sejak
itu dia bisa berbicara dan menulis dalam bahasa latin, dan kemudian dengan
cepat mempelajari kalkulus, geometri, dan filsafat. Dia menekuni Principia
Mathematica karya Newton saat dia masih berumur 11 tahun. Dia tidak diajari
agama, tetapi diajari utilitarianisme Benthem, yang tulisan-tulisannya membuat
dirinya menjadi seorang “radikal filosofis”.
Saat masih remaja, dia sudah menenkuni
ilmu ekonomi klasik. Mengikuti jejak Malthus, dia menulis artikel-artikel tanpa
mencantumkan namanya yang isinya mendukung kontrasepsi buatan. Dia sempat
ditahan karena memberikan buku tentang pengendalian kelahiran kepada
pelayan-pelayan wanita (Stafford 1998:5). Pada usia 14 tahun dia mempelajari
kembali karya Ricardo. Selama berjam-jam dia dan ayahnya berjalan-jalan di
hutan mendiskusikan ilmu ekonomi klasik. Ayahnya kemudian mengirimkannya ke
Prancis, dan ini membuatnya mencintai literatur dan radiakalisme politik
Prancis. Sebagai anak muda, dia hanya punya sedikit teman dan tidak ikut dalam
olahraga. Dia menulis “Aku tak pernah menjadi anak-anak”(Courtney 1889:40).
Para pakar kontemporer mensifati Mill sebagai “seorang pria yang diraja, botak,
terlalu intelek, kurang bergairah, puritan dan serius” (Stafford 1998:23). Akan
tetapi adalah salah jika menganngap Mill tak berteman dan tidak memiliki
hobi-hobi seperti yang dinytakan dalam beberapa komentar. Dia suka bermain
piano, suka berkebun, sering bepergian ke luar negeri, dan cukup bersosialisasi
kecuali pada periode penarikan dirinya antara 1840 dan 1850.
Masa kecilnya keras dan kurang
manusiawi, para observer manuliskan kurang makan dan bekerja dalam waktu yang
panjang(Stafford 1998:44-45) dan tidak mengejutkan, Mill mengalami gangguan
syaraf pada usia 21 tahun. Karena merasa kehilangan semua arti kehidupan, dia
mulai berpikir untuk bunuh diri. Setelah membaca karya Wordsworth dia merasa
terhibur, dan akhirnya pulih kembali dari keputusasannya, meskipun dia kelak
berkali-kali mengalami lagi kejatuhan mental, termasuk saat ayahnya meninggal
pada 1836.
Dia dan ayahnya adalah kawan akrab
sepanjang hayat. John bekerja bersama ayahnya di East India Company dan
memegang posisi yang bisa disejajarkan dengan Sekretaris Negara, mengingat
status East India Company di India yang dikuasai Inggris. Seperti ditulis oleh
biographer William Stafford, “mereka memainkan peran penting dalam
menguasaiIndiameskipun mereka tak pernah pergi kesana, tak bisa bahasaIndiaatau
bahkan tak pernah bertemu oang Indaia.”(1998:4). John Stuart Milll menjalani
hidup yang disiplin; sarapan dengan telur rebus dan secangkir the, dan sesudah
itu tak makan apa-apa lagi seharian.
James Mill meninggal dunia pada
tahun 1836 karena tubercolosis; kematiannya sangat mempengaruhi putranya
sehingga sang putra ini menderita kejang di wajah secara permanen.
MILL
SOSOK YANG PENUH TEKA-TEKI KEHILANGAN KESEMPATAN BESAR
John Stuart Mill (1806-743) adalah
cerminan dari zamannya penuh teka – teki (enigmatic) dan lenyap di abad
penuh pergolakan. Dalam banyak hal Mill adalah perwujudan dari pahlawan tragis
Yunani, protagonis yang bersemangat yang mengakhiri kariernya dalam kesulitan
yang membingungkan. Dia adalah cendekiawan besar, tokoh liberal klasik, dan pendukung
aliran ekonomi klasik. Seperti Ricardo, Mill mendorong kebebasan personal dan
membela hokum Say yang merupakan landasan makro ekonomi klasik. Dia juga
menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan (irredeemable). Dia
keberatan terhadap moralitas yang dipaksakan, intoleransi, dan Negara agama.
Dan dia adalah seorang abolisionis yang mendukung hak perempuan untuk memilih.
Tetapi dia juga terkenal karena
ketidakkonsistenannya dan kontradiksinya. Dia membela kebebasan berusaha tetapi
dia mengaku sosialis. Dia berselingkuh dengan sosialisme sepanjang kariernya,
mendukung perubahan revolusioner dalam kultur Victorian, mencemaskan soal
kelebihan penduduk, dan mendukung teori distribusi. Kesukaannya pada
utilitarian Bethamite membutakan dirinya sehingga dia mendesak pemerintah untuk
campur tangan dalam perekonomian. Dia tak mempersoalkan pajak warisan yang
memberatkan dan nasionalisasi tanah, dan dia mempertanyakan keadilan hak milik
pribadi. Tindakan yang disebut belakangan inilah yang membuat Hayek mengatakan
bahwa pengaruh Mill menyebabkan berkembangnya sosialisme.
PERTEMUAN
MIIL DENGAN SEORANG PEREMPUAN YANG PALING MEMENGARUHI HIDUPNYA
Tahun 1830 adalah titik balik dalam
kehidupan pribadi Mill. Dia bertemu Harriet Taylor, seorang utilitarian
yang cerdas dan menganut dogmatisme.
John Stuart Mill mengakui pengaruh
Harriet terhadap dirinya, terutama dalam membawanya kea rah sosialisme. Tentu
saja, tidak semua orang setuju dengan penilaian Mill terhadap istrinya. Carlyle
menganggap Harriet “punya akal yang kurang bijak, selalu menanyakan ulang dan
menanyakan ulang pertanyaan-pertanyaan bodoh” dengan “mata hitamnya yang besar
yang berkedip-kedip tak jelas saat Mill sedang mendiskusikan pembicaraan yang
berhubungan dengan semua topik berat (Stafford 1998:21).
Harriet merawat Mill saat dia
menderita TBC pada awal 1850-an. Harriet juga jatuh sakit,dan berpikir bahwa
mereka berdua akan mati dalam waktu setahun lagi. Karenanya mereka melakukan
wisata ke Italia, Sisilia, dan Yunani. Ajaibnya, mereka berdua sembuh.
Setelah sembuh, Mill dan istrinya
terkenal sebagai orang yang angkuh dan merasa elite. Saat bepergian ke luar
negeri, Mill biasanya memberikan penilaiann terhadap orang-orang yang
ditemuinya. Dia akan menilai kecerdasannya, bahasanya dan pandangan politiknya.
Dia merasa tidak ada yang menyamai dirinya dan istrinya.
“MUSIM
SEMI HIDUPKU HANCUR ”
PRESTASI tertinggi Mill adalah
karyanya yyang berjudul on Liberty, yang ditulis bersama istrinya. On
Liberty “disususn secara cermat” kata Mill sehingga “Saya tidak mengubah
atau menambah lagi isi buku itu, selamanya” (1989:xi). Dia mempersembahkan buku
itu untuk Harriet, yang tragisnya meninggal Karen tubercolosis pada 1858,
setahun sebelum buku itu terbit. Dia menulis sebuah eulogi yang indah, menyebut
Harrier sebagai “sososk yang tak ada bandingannya diantara manusia yang pernah
aku kenal atau baca (Stafford 1998:10). Dia membangun makam marmer yang mahal
untuknya diAvignon, yang diziarahinya setiap hari.
Putri angkat Mill, Helen Taylor,
menjadi sahabatnya, dan banyak menghiburnya. Mill tak banyak mempublikasikan
buku selama 10 tahun, tetapi setalah Harriet meninggal, dia menulis secara
konstan, dan buku-bukunya diterbitkan dengan harga murah dalam People’s
Edition; untuk menurunkan harga, dia setuju tidak mendapatkan royalty. Dia
terpilih sebagai anggota Liberal di Parlemen untuk Westminster pada 1865
samapai 1868, menentang perbudakan di Amerika dan mengkampanyekan hak pilih
perempuan. Dia mendapat ancaman dibunuh setelah mendukung hukuman mati untuk
Gubernur Edward Eyre, yang secara brutal membantai pemberontakan Negro di
Jamaica. Pada 1869 dia mempublikasikan The Subjection of Women dan pada
1873 dia meninggal karena demam dan pembengkakan kulit pada usia 67 tahun. Dia
dimakamkan di sebelah Harriet. Tak lama kemudian Helen Taylor mempublikasikan Autobiography
dan beberapa tahun kemudian, pada 1879, Chapters on Socialism diterbitkan.
Collected Works (terdiri dari 33 volume) diterbitkan antara 1963 dan
1994 dan diedit oleh J.M Robson.
ARTI PENTING TAHUN 1848
Tahun 1848 juga penting bagi John
Stuart Mill dan pengaruhnya di seluruh dunia: publikasi buku teksnya, principles
of political Economy, yang akan mendominasi dunia Barat selama setengan
abad dan diterbitkan sampai edisi ke-32, sampai Alfred Marshall merebut
pengaruhnya pada 1890.
Buku ini menyatakan bahwa hukkum
produksi ditetapkan secara objektif namun hukum distribusi adalah variabel.
“Distribusi Kekayaan adalah soal institusi manusia semata. Institusi ini bisa
didirikan oleh siapa saja yang menghendakinya dan bisa menggunakan istilah apa
saja” (Mill 1884: 155). Dia menambahkan, “Jika harus memilih antara komunisme
dan semua tawaranya dengan keadaan masyarakat sekarang yang penuh ketidakadilan
dan penderitaan, maka semua kesulitan, besar atau kecil, atau komunisme, tak
lebih seperti debu di dalam rekening” (1884: 159). Dia juga mempertanyakan
kebenaran dari ide hak milik (property) pribadi.
Buku teks Miil benar – benar
bersifat Ricardian, dengan memfokuskan pada kesenjangan pendapatan, bukan pertumbuhan.
Kebebasan, menurut buku John Stuart
Mill yang berjudul OnLiberty(Perihal Kebebasan), bukanlah asal semau-maunya
sendiri (yang sering mendapat cap tidak enak: liberal). Kebebasan juga bukan
berarti kontrol ketat segala lini kehidupan masyarakat oleh negara, sehingga
daya-daya masyarakat (civil society) harus tiarap.
Kebebasan menurut John Stuart Mill
secara ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan
dirinya sendiri, bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, tanpa pembatas, yang
mengakibatkan daya kritis masyarakat tetap tiarap, namun perbuatan bebas yang
diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan orang lain, dan
sebaliknya menguntungkan kedua belah pihak.
Hal demikian itu merupakan cerminan
hakikat keadilan bersifat universal, secara psikologis dapat mendatangkan
kepuasan semua pihak dan secara aksiologis mendatangkan manfaat untuk mengatasi
persoalan kehidupan masyarakat yang makin berkembang, pluralistik serta memberi
manfaat berupa kebahagiaan bersama.
Dalam konteks universal, nilai moral
substansial yang berupa kseimbangan hak dan kewajiban yang diajarkan John
Stuart Mill melalui filsafat kebebasannya, sejak tahun 1948 diperjuangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat Piagam PBB yang dikenal dengan sebuatan
Declaration of Human Rights. Substansi deklarasi tersebut, katanya, berisi
anjuran kepada bangsa-bangsa di dunia untuk menghargai dan mengembangkan
hak-hak asasi, hak-hak kebebasan manusia, serta kewajiban mentaati hokum
sebagai sarana pembatas demi terjaminnya pengakuan dan penghargaan terhadap
kebebasan orang lain, sebagai syarat terpenuhinya keadilan dalam kehidupan
bersama, baik kehidupan antara sesama manusia, sesama bangsa dan negara.
Salah satu butir yang dikupas dalam
buku ini adalah sampai sejauh mana kinerja masyarakat secara sehat mampu
menghasilkan individu-individu besar yang mandiri, kuat, terbuka dan kritis,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, untuk pada akhirnya
sampai pada kebenaran.
Salah satu kriteria kuncinya ialah
tingkat pendidikan. Generasi yang ada sekarang bertanggung jawab atas generasi
masa depan. Dan pendidikan yang bermutu membuka ruang-ruang diskusi yang bebas,
kreatif lagi beradab dalam seni mengelola perbedaan pendapat. Rasa curiga
berlebihan tanpa dasar, apalagi jika disertai kekerasan, bukanlah cara
terhormat untuk sebuah masyarakat yang beradab.
MILL
MENULIS KARYA MENULIS KARYA KLASIK LIBERTARIAN
Mill memberi tiga kontribusi utama.
Yang pertama adalah di bidang kebebasan personal dan individualitas. Buku
tipisnya. On Liberty, dianggap sebagai karya klasik dalam filsafat,
“pernyatan ringkas tentang individualitas manusia yang paling fasih, paling signifikan
dan paling berpengaruh” (Collini dalam Mill 1989 [1859]: vii).
Akan tetapi, pendukung pasar bebas
akan kecewa jika mereka mengharapkan menjumpai tulisan yang menyerang
intervensionosme Negara. On Liberty adalah protes terhadap moralisme
koersif, bukan terhadap pemerintah. Karena lama dipengaruhi oleh hubungannya
dengan Harriet Taylor, prinsip utamanya adalah penolakan terhadap sikap
Victorian – intoleransi, sikap ingin benar sendiri (self-righteousness),
kelemahan Calvinisme, Puritanisme, dan kelakuan kriste. Mill menentang
prasangka, kebiasan, dan keragaman pemikiran.
Bukunya yang terakhir tersebut, principles
of political economy dimaksudkan untuk menyarikan teori-teori ekonomi pada
masanya. Dalam kenyataan, buku tersebut dapat dikatakan sebagai versi modern
dari the wealth of nations Adam Smith. Hal itu karena buku Mill
inilah yang kemudian jadi pegangan utama mahasiswa yang ingin belajar ekonomi
hingga akhir abad ke XIX. Buku tersebut dianggap sebagai apogee dari mazhab
klasik, mulai dari pandangan Smith, Malthus, Ricardo, dan Say. Dalam buku
tersebut Mill mengatakan tidak ada teori yang orisinil dari pemikirannya
sendiri. Akan tetapi tampaknya ia terlalu merendah. Hal itu disebabkan konsep return
to scale adalah orisinil dari Mill. Mill juga orang yang pertama
mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan, yang kemudian
dikembangkan lebih lanjut olehMarshall.
Dalam principles of political
economy pandangan-pandangan klasik disempurnakan dan diberi sentuhan yang
lebih manusiawi. Di tangan Mill, individualism tak lagi tampil kasar dan kaku.
Sebagai sesama kaum klasik, Mill menentang pihak-pihak yang menuduh paham laissez
faire sebagai “ilmu yang menyedihkan dan muram” (dismal science) dan
menuduh teori upah Richardo sebagai “teori upah besi”. Sehingga dikutip Brinton
(1981) dari the principles of political economy.
“By what mean, then, is poverty
to be contended against? How is the evil of low wages to be remedied? If the
expedients usually recommended for the purpose are not adapted to it, can no
others be thought? Is the problem in capable os solution? Can political economy
do nothing but only onject to everything…
Di lain pihak, Mill mendukung
toleransi, skeptisisme, dan pemikiran bebas. Dia mendukung hak pilih perempuan,
dn hak perempuan untuk memegang jabatan dan berpartisipasi di dalam semua
bidang. Dia membela semua kebebasan pemikiran dan individualism, bahkan sampai
memaafkan perilaku yang paling eksentrik sekalipun. Orang-orang pada zamannya
pada umumnya menentang pandngan Mill, dan menganggapnya sebagai serangan
terhadap ajaran Kristen dan apologi bagi perceraian, tetapi dewasa ini para
libertarian banyak mendapat inspirasi darinya.
John Stuart Mill, yang juga terkenal
sebagai ekonom. Ia juga mendasarkan pendangan liberalnya atas filsafat
individualistik utiliter. Namun kemudian ia cenderung pada filsafat ekonomi
yang mengarah pada sosialisme demokratis yang lebih moralistis. Mill
mengemukakan bahwa keinginan untuk memeroleh kesenangan yang besar merupakan
satu-satunya motif tindakan individu, dan bahwa kebahagiaan yang paling besar
dari setiap orang merupakan patokan bagi kebaikan masyarakat dan sekaligus
menjadi tujuan dari semua tindakan moral.
Karya klasik Mill tidak banyak
membahas kebijakan pemerintah, kendati dia menentang undang-undang Sunday blue
dan beberapa bentuk larangan lainnya. Secara umum, filsafat personalnya adalah laissez
faire: individu bebas untuk bertindak sepanjang tindakannya tidak merugikan
orang lain.
MILL PENGIKUT RICARDIAN YANG MEMBELA
HUKUM SAY
Mill sangat dipengaruhi oleh ekonomi
Ricardian yang berakibat baik dan buruk. Akibatnya, baik dalam pengertian bahwa
dia mendukung system kebebasan natural Adam Smith, dan hukum pasar Say. Pada
1829-1830 dia menulis Essay On Some Unsettled Question Of Political Economy
(terbit pada 1844). Salah stu esainya berjudul “Of the
Influence of Consumption on Production” (1874: 47-74). Dia menyebut masyarakat
konsumen proto-keynesian-yakni permintaan menciptakan penawaran – sebagai
sebuah doktrin “jahat” dan “ absurditas yang gambling”. Dia mengatakan,
“konsumsi tak boleh didorong” (halaman 47-48). Lebih jauh:
Orang yang menyimpan pendapatannya
sam akonsumtifnya dengan orang yang membelanjakannya: dia mengonsomsi dengan
cara lain; penda-patan akan menyedaiakan makanan dan pakaian yang akan
dikonsumsi, alat dan material yang akan dipakai, oleh pekerja produktif. Karena
itu, konsumsi telah mengambil alih sampai pada tingkat terbesar yang dihasilkan
produksi; tetapi, dari dua jenis produksi, yakni yang reproduktif dan tak
produktif, yang disebut pertamalah yang menambah kekayaan nasional, sedangakan
yang kedua merintangi. Hal-hal yang dikonsumsi untuk reproduksi akan
menghasilkan komoditas dengan nilai yang setera, yang biasanya menambah profit
(Mill 1874:48).
Berkanan dengan upaya pemerintah
untuk menstimulasi konsumsi secara artificial, Mill menulis:
Usaha pemerintah utuk mendorong
konsumsi akan menurunkan tabungan; yakni, mempromosikan konsumsi tidak
produktif dengan mengorbankan konsumsi reproduktif, dan mengurangi kekayaan
nasional melalui cara yang sesungguhnya dimaksudkan untuk menambahnya (1874:
48-49).
Ini adalah prinsip say. Tidak
mengejutkan, ketika Mill menulis bukunya pada 1848, dia mengesampingkan diskusi
konsumsi dan sepenuhnya berfokus pada produksi dan distribusi.
Seperti Richardo, Mill juga
menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan.
Akan Tetapi, pada sisi buruknya,
ekonomi Mill berkaitan dengan teori distribusi Ricardian: upah dan profit
bervariasai secara berkebaliakan, harga ditentukan oleh biaya tenaga kerja, dan
upah jangka panjang akan turun sampai level subsisten. Mill mengadopsi teori
sewa Ricardo, yang sangat anti pemilik tanah. Karenanya Mill mendukung
nasionalisasi tanah di India ketika dia bekerja untuk East India Company. Lebih
jauh, dari segi property pada umumnya, Mill mendukung penyitaan tanah dan
property jika seseorang mati tanpa meninggalkan pewaris. Selain itu, menurut
Mill, tidak ada justifikasi untuk menyimpan tanah yang menganggur, sebuah tema
yang juga dibahas Henry George. “Ketika tanah tidak dimaksudkan untuk ditanami,
maka tidak ada alas an untuk dijadikan sebagai hak milik” (Mill 884 [1848]:
173).
MILL MENDUKUNG REDISTRIBUSI KEKAYAAN
DAN PENDAPATAN
Terakhir, Mill mengikuti jejak
Ricardo dalam memishkan prinsip distribusi dari hokum produksi, seperti yang
telah kita temukan di awal bab. Kutipan paling terkenal berasal dari paragraph
pertama dalam buku II yang berjudul “Distribution”. Mill mengatakan:
Hukum dan syarat-syarat produksi
kekayaan berasal dari kebenaran fisika. Tidak ada hal opsional atau arbiter di
dalamnya. Tetapi distribusi adalah soal lain. Distribusi kekayan adalah hal
yang berbeda. Ini adlah soal institusi manusia semata. Setelah hal itu ada,
manusia, baik secara individuatau kolektif, dapat berbuat semaunya. Mereka bias
menempatkannya untuk melayani siapa saja yang mereka kehendaki, atau dengan
syarat apa saja. Distribusi kekayaan tergantung kepada hokum dan adat
masyarakat (Mill 1884:55).
Menurut hayek, ini adalah jenis
pemikiran yang membuat para intelek tual mendukung semua semua jenis serangan
terhadap properti dan kekayaan, dan mendudkung pajak dan skema penyitaan yang ditujukan
untuk pendistribusian ulang kekayaan dan pendapatan, sebab mereka mengaanggap
skema radikal ini bias dilakukan tanpa merugikan pertumbuhan ekonomi. “saya
secara pribadi percaya bahwa alasan yang membuat intelektual masuk ke
sosialisme adalah John Stuart Mill” (Boaz 1997:50).
Mill mempengaruhi para intelektual
mulai dari H.G Wells sampai Webbs dan pemikir sosialis sedemikian rupa sehingga
Sir illiam Hrcourt, wakil bendahara Negara, pada 1984 mengatakan, “kita semua
sekarang sosialis” (Stafford 1998: 18). Perlu waktu bertahun-tahun sebelum para
ekonom yang terdidik dalam analisis marginal, menantang kaum redistribusionis
dengan mengajukan argumen bahwa teori distribusi tidak bias dipisahkan dari
teori produksi. Menurutu pemikiran revolusioner marginalis, produsen barang dan
jasa di bayar berdasarkan hasil kerja mereka, berdasasrkan produk marginal yang
dipotong.
Tindakan sosialis untuk
meredistribusi kekayaan dan pendapatan memang memengaruhi aktivitas ekonomi.
Seperti dikatakan Hayek, “jika kita memproduksi apa saja yang kita senangi,
maka orang tidak akan pernah memproduksi hal itu lagi” (Boaz 1997:50).
PERSELINGKUHAN MILL DENGAN
SOSIALISME
Untuk memperkenalkan teori
distribusi, Mill segara mengawalinya dengan diskusi tentang kebaikan
sosialisme. Dia keberatan dengan kapitalisme dan merasa bahwa property pribadi
tidak selalu diperoleh secara adil atau layak.
Dia mendeskripsikan tiga system
sosialis:
1. Sosialisme utopian: masyarakat kooperatif, seperti
yang dikembangkan oleh Robert Owen, Saint-Simon, dan fourier.
2. Sosialisme revolusioner: kelompok nradikal, termasuk komunis
yang berusaha merebut kekuasaan dengan paksa, menasionalisasikan industry, dan
mencabut hak milik pribadi.
3. Sosialisme Fasis: regulasi birokratis dan control
industry dan alat-alat produksi, distribusi dan perdagangan, seperti yang
didukung oleh Fabian Sociey dan Partai Buruh Inggris.
Mill kritis terhadap bentuk sosialis
revolusioner dan fasis, t etapi bersimpati kepada komunitarianisme utopian,
yang mengandung kebebasan dan tanpa kekerasan. Inilah sosialisme yang
dimaksudkannya. Jadi Mill membuka jalan “menurun dari kesehatan dan
konservatitifisme David Hume abad 18 ke sosialisme Fabian dan Kolektifisme
Beatrice Webb” (Stafford 1998:19).
RINGKASAN
JOHN STUART MILL merindukan
kebahagiaan desa komunitarian sukarela, tetapi semua komunitas semacm itu
mengandung cacat: Meraka tak pernah bertahan lama. New Harmoni, Modern Times,
United Order-mereka semua sangat terkenal\, tetapi pada akhirnya semuanya bubar
sebagai akibat dari kemalasan, utang dan kecurangan.
Tak lama setelah era Mill, muncul
bentuk sosialisme baru, yakni jenis sosialisme revolusioner. Jika warga negara
tidak bisa dibujuk untuk bekerjasama, maka mereka harus dipaksa untuk patuh
denga cara tangan besi dan diancam di bawah ujung bayonet. Pelan-pelan, mata
para reformis berpaling kepada satu orang terkenal.