Sabtu, 26 April 2014

makalah sejarah teori ekonomi ke 5 John Stuart Mill




PROFIL JOHN STUART MILL
           
Saat itu tahun 1848, masa pemberontakan dan protess massal di benua Eropa. Saat itu adalah tahun ketika Karl Marx dan Friedrich Engels menulis karya revolisonar mereka, The Communist Manifesto. Sesosok hantu sungguh telah membayangi mereka Eropa – bukan hanya komunisme, tetapi juga isme – isme lainnya – Fourisme, Owenisme, Saint – Simonisme, dan tran – sendentalisme. Ada sosialisme utopian, sosialisme revolusioner, dan sosialisme nasionalis. Mereka semua tumbuh sebagai reaksi terhadap transformasi cepat dari ekonomi pertanian ke dunia industrial.
Paruh pertama abad 18 adalah era ketidakpuasan – Revolusi Industri, perang napoleon, dan pemberontakan demokratis di seluruh Eropa. Model pertumbuhan Adam Smith tidak  berjalan maju dan lancar, tetapi mengalami pembelokan dan koreksi tajam. Model idealistik Smith sudah melemah karena serangan dari Richardo dan Malthus. Peberontakan massal ini berpuncak pada 1848, sebuah masa yang kritis seperti tahun 1776. Pada 1848 pemberontakan rakyat meletus di Prancis, Jerman, Austria, dan Italia.

MILL BESAR DI DALAM KELUARGA TANPA KASIH SAYANG

Latar belakang keluarga Mill berperan penting dalam kariernya. Dia lahir di London, dan besar di bawah asuhan ayah yang cerdas tetapi suka memaksa, James Mill (1773-1836). Mill tua adalah kawan dekat David Ricardo dan Jeremy Bentham, dan seorang utilitarian radikal, orang yang keras kepala dan bersemangat tetapi tidak berperasaan. John Stuart Mill menulis tentang ayahnya bahwa “dia tidak sangat menyukai perasaan atau emosi, dia menunjukkan sebentuk kegilaan”. Dalam draft awal autobiografinya, dia melaporkan, “Jadi aku besar tanpa cinta dan tanpa rasa takut”(Mill 1961:184). Ibunda Mill adalah perempuan yang tidak terdidik dan tidak punya opini yang kuat. Dia menyalahkan ibunya atas sikap ayahnya yang dingin dan mudah tersinggung. Dia tidak menyukai ibunya, dan tak pernah menyebut-nyebutnya dalam autobiografinya.

MILL MENGUASAI BAHASA YUNANI PADA USIA TIGA TAHUN, ILMU EKONOMI PADA USIA EMPAT BELAS TAHUN, DAN TERKENA GANGGUAN SYARAF PADA USIA DUA PULUH TAHUN.

John Stuart Mill adalah anak yang terlalu cepat dewasa. Dia dididik oleh ayahnya yang suka mengatur-atur, yang ingin melakukan semacam eksperimen kepada anaknya yang tertua ini. (ketiga saudara laki-laki dan lima saudara perempuan Stuart Mill diperlakukan secara berbeda). Ayahnya adalah pendidik besar di abad 19. John tak punya pendidikan formal, tak punya gelar sarjana. Pendidikannya semuanya diperoleh di rumah, dan gurunya adalah ayahnya sendiri. Dia mempelajari bahasa Yunani pada usia tiga tahun, dan pada usia delapan tahun dia sudah bisa membaca karya Plato. Sejak itu dia bisa berbicara dan menulis dalam bahasa latin, dan kemudian dengan cepat mempelajari kalkulus, geometri, dan filsafat. Dia menekuni Principia Mathematica karya Newton saat dia masih berumur 11 tahun. Dia tidak diajari agama, tetapi diajari utilitarianisme Benthem, yang tulisan-tulisannya membuat dirinya menjadi seorang “radikal filosofis”.
Saat masih remaja, dia sudah menenkuni ilmu ekonomi klasik. Mengikuti jejak Malthus, dia menulis artikel-artikel tanpa mencantumkan namanya yang isinya mendukung kontrasepsi buatan. Dia sempat ditahan karena memberikan buku tentang pengendalian kelahiran kepada pelayan-pelayan wanita (Stafford 1998:5). Pada usia 14 tahun dia mempelajari kembali karya Ricardo. Selama berjam-jam dia dan ayahnya berjalan-jalan di hutan mendiskusikan ilmu ekonomi klasik. Ayahnya kemudian mengirimkannya ke Prancis, dan ini membuatnya mencintai literatur dan radiakalisme politik Prancis. Sebagai anak muda, dia hanya punya sedikit teman dan tidak ikut dalam olahraga. Dia menulis “Aku tak pernah menjadi anak-anak”(Courtney 1889:40). Para pakar kontemporer mensifati Mill sebagai “seorang pria yang diraja, botak, terlalu intelek, kurang bergairah, puritan dan serius” (Stafford 1998:23). Akan tetapi adalah salah jika menganngap Mill tak berteman dan tidak memiliki hobi-hobi seperti yang dinytakan dalam beberapa komentar. Dia suka bermain piano, suka berkebun, sering bepergian ke luar negeri, dan cukup bersosialisasi kecuali pada periode penarikan dirinya antara 1840 dan 1850.
Masa kecilnya keras dan kurang manusiawi, para observer manuliskan kurang makan dan bekerja dalam waktu yang panjang(Stafford 1998:44-45) dan tidak mengejutkan, Mill mengalami gangguan syaraf pada usia 21 tahun. Karena merasa kehilangan semua arti kehidupan, dia mulai berpikir untuk bunuh diri. Setelah membaca karya Wordsworth dia merasa terhibur, dan akhirnya pulih kembali dari keputusasannya, meskipun dia kelak berkali-kali mengalami lagi kejatuhan mental, termasuk saat ayahnya meninggal pada 1836.
Dia dan ayahnya adalah kawan akrab sepanjang hayat. John bekerja bersama ayahnya di East India Company dan memegang posisi yang bisa disejajarkan dengan Sekretaris Negara, mengingat status East India Company di India yang dikuasai Inggris. Seperti ditulis oleh biographer William Stafford, “mereka memainkan peran penting dalam menguasaiIndiameskipun mereka tak pernah pergi kesana, tak bisa bahasaIndiaatau bahkan tak pernah bertemu oang Indaia.”(1998:4). John Stuart Milll menjalani hidup yang disiplin; sarapan dengan telur rebus dan secangkir the, dan sesudah itu tak makan apa-apa lagi seharian.
James Mill meninggal dunia pada tahun 1836 karena tubercolosis; kematiannya sangat mempengaruhi putranya sehingga sang putra ini menderita kejang di wajah secara permanen.

MILL SOSOK YANG PENUH TEKA-TEKI KEHILANGAN KESEMPATAN BESAR

John Stuart Mill (1806-743) adalah cerminan dari zamannya penuh teka – teki (enigmatic) dan lenyap di abad penuh pergolakan. Dalam banyak hal Mill adalah perwujudan dari pahlawan tragis Yunani, protagonis yang bersemangat yang mengakhiri kariernya dalam kesulitan yang membingungkan. Dia adalah cendekiawan besar, tokoh liberal klasik, dan pendukung aliran ekonomi klasik. Seperti Ricardo, Mill mendorong kebebasan personal dan membela hokum Say yang merupakan landasan makro ekonomi klasik. Dia juga menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan (irredeemable). Dia keberatan terhadap moralitas yang dipaksakan, intoleransi, dan Negara agama. Dan dia adalah seorang abolisionis yang mendukung hak perempuan untuk memilih.
Tetapi dia juga terkenal karena ketidakkonsistenannya dan kontradiksinya. Dia membela kebebasan berusaha tetapi dia mengaku sosialis. Dia berselingkuh dengan sosialisme sepanjang kariernya, mendukung perubahan revolusioner dalam kultur Victorian, mencemaskan soal kelebihan penduduk, dan mendukung teori distribusi. Kesukaannya pada utilitarian Bethamite membutakan dirinya sehingga dia mendesak pemerintah untuk campur tangan dalam perekonomian. Dia tak mempersoalkan pajak warisan yang memberatkan dan nasionalisasi tanah, dan dia mempertanyakan keadilan hak milik pribadi. Tindakan yang disebut belakangan inilah yang membuat Hayek mengatakan bahwa pengaruh Mill menyebabkan berkembangnya sosialisme.

PERTEMUAN MIIL DENGAN SEORANG PEREMPUAN YANG PALING MEMENGARUHI HIDUPNYA

Tahun 1830 adalah titik balik dalam kehidupan pribadi Mill. Dia bertemu Harriet Taylor, seorang utilitarian yang  cerdas dan menganut dogmatisme.
John Stuart Mill mengakui pengaruh Harriet terhadap dirinya, terutama dalam membawanya kea rah sosialisme. Tentu saja, tidak semua orang setuju dengan penilaian Mill terhadap istrinya. Carlyle menganggap Harriet “punya akal yang kurang bijak, selalu menanyakan ulang dan menanyakan ulang pertanyaan-pertanyaan bodoh” dengan “mata hitamnya yang besar yang berkedip-kedip tak jelas saat Mill sedang mendiskusikan pembicaraan yang berhubungan dengan semua topik berat (Stafford 1998:21).
Harriet merawat Mill saat dia menderita TBC pada awal 1850-an. Harriet juga jatuh sakit,dan berpikir bahwa mereka berdua akan mati dalam waktu setahun lagi. Karenanya mereka melakukan wisata ke Italia, Sisilia, dan Yunani. Ajaibnya, mereka berdua sembuh.
Setelah sembuh, Mill dan istrinya terkenal sebagai orang yang angkuh dan merasa elite. Saat bepergian ke luar negeri, Mill biasanya memberikan penilaiann terhadap orang-orang yang ditemuinya. Dia akan menilai kecerdasannya, bahasanya dan pandangan politiknya. Dia merasa tidak ada yang menyamai dirinya dan istrinya.

“MUSIM SEMI HIDUPKU HANCUR ”

PRESTASI tertinggi Mill adalah karyanya yyang berjudul on Liberty, yang ditulis bersama istrinya. On Liberty “disususn secara cermat” kata Mill sehingga “Saya tidak mengubah atau menambah lagi isi buku itu, selamanya” (1989:xi). Dia mempersembahkan buku itu untuk Harriet, yang tragisnya meninggal Karen tubercolosis pada 1858, setahun sebelum buku itu terbit. Dia menulis sebuah eulogi yang indah, menyebut Harrier sebagai “sososk yang tak ada bandingannya diantara manusia yang pernah aku kenal atau baca (Stafford 1998:10). Dia membangun makam marmer yang mahal untuknya diAvignon, yang diziarahinya setiap hari.
Putri angkat Mill, Helen Taylor, menjadi sahabatnya, dan banyak menghiburnya. Mill tak banyak mempublikasikan buku selama 10 tahun, tetapi setalah Harriet meninggal, dia menulis secara konstan, dan buku-bukunya diterbitkan dengan harga murah dalam People’s Edition; untuk menurunkan harga, dia setuju tidak mendapatkan royalty. Dia terpilih sebagai anggota Liberal di Parlemen untuk Westminster pada 1865 samapai 1868, menentang perbudakan di Amerika dan mengkampanyekan hak pilih perempuan. Dia mendapat ancaman dibunuh setelah mendukung hukuman mati untuk Gubernur Edward Eyre, yang secara brutal membantai pemberontakan Negro di Jamaica. Pada 1869 dia mempublikasikan The Subjection of Women dan pada 1873 dia meninggal karena demam dan pembengkakan kulit pada usia 67 tahun. Dia dimakamkan di sebelah Harriet. Tak lama kemudian Helen Taylor mempublikasikan Autobiography dan beberapa tahun kemudian, pada 1879, Chapters on Socialism diterbitkan. Collected Works (terdiri dari 33 volume) diterbitkan antara 1963 dan 1994 dan diedit oleh J.M Robson.

ARTI PENTING TAHUN 1848
           
Tahun 1848 juga penting bagi John Stuart Mill dan pengaruhnya di seluruh dunia: publikasi buku teksnya, principles of political Economy, yang akan mendominasi dunia Barat selama setengan abad dan diterbitkan sampai edisi ke-32, sampai Alfred Marshall merebut pengaruhnya pada 1890.
Buku ini menyatakan bahwa hukkum produksi ditetapkan secara objektif namun hukum distribusi adalah variabel. “Distribusi Kekayaan adalah soal institusi manusia semata. Institusi ini bisa didirikan oleh siapa saja yang menghendakinya dan bisa menggunakan istilah apa saja” (Mill 1884: 155). Dia menambahkan, “Jika harus memilih antara komunisme dan semua tawaranya dengan keadaan masyarakat sekarang yang penuh ketidakadilan dan penderitaan, maka semua kesulitan, besar atau kecil, atau komunisme, tak lebih seperti debu di dalam rekening” (1884: 159). Dia juga mempertanyakan kebenaran dari ide hak milik (property) pribadi.
Buku teks Miil benar – benar bersifat Ricardian, dengan memfokuskan pada kesenjangan pendapatan, bukan pertumbuhan.
Kebebasan, menurut buku John Stuart Mill yang berjudul OnLiberty(Perihal Kebebasan), bukanlah asal semau-maunya sendiri (yang sering mendapat cap tidak enak: liberal). Kebebasan juga bukan berarti kontrol ketat segala lini kehidupan masyarakat oleh negara, sehingga daya-daya masyarakat (civil society) harus tiarap.
Kebebasan menurut John Stuart Mill secara ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan dirinya sendiri, bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, tanpa pembatas, yang mengakibatkan daya kritis masyarakat tetap tiarap, namun perbuatan bebas yang diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan orang lain, dan sebaliknya menguntungkan kedua belah pihak.
Hal demikian itu merupakan cerminan hakikat keadilan bersifat universal, secara psikologis dapat mendatangkan kepuasan semua pihak dan secara aksiologis mendatangkan manfaat untuk mengatasi persoalan kehidupan masyarakat yang makin berkembang, pluralistik serta memberi manfaat berupa kebahagiaan bersama.
Dalam konteks universal, nilai moral substansial yang berupa kseimbangan hak dan kewajiban yang diajarkan John Stuart Mill melalui filsafat kebebasannya, sejak tahun 1948 diperjuangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat Piagam PBB yang dikenal dengan sebuatan Declaration of Human Rights. Substansi deklarasi tersebut, katanya, berisi anjuran kepada bangsa-bangsa di dunia untuk menghargai dan mengembangkan hak-hak asasi, hak-hak kebebasan manusia, serta kewajiban mentaati hokum sebagai sarana pembatas demi terjaminnya pengakuan dan penghargaan terhadap kebebasan orang lain, sebagai syarat terpenuhinya keadilan dalam kehidupan bersama, baik kehidupan antara sesama manusia, sesama bangsa dan negara.
Salah satu butir yang dikupas dalam buku ini adalah sampai sejauh mana kinerja masyarakat secara sehat mampu menghasilkan individu-individu besar yang mandiri, kuat, terbuka dan kritis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, untuk pada akhirnya sampai pada kebenaran.
Salah satu kriteria kuncinya ialah tingkat pendidikan. Generasi yang ada sekarang bertanggung jawab atas generasi masa depan. Dan pendidikan yang bermutu membuka ruang-ruang diskusi yang bebas, kreatif lagi beradab dalam seni mengelola perbedaan pendapat. Rasa curiga berlebihan tanpa dasar, apalagi jika disertai kekerasan, bukanlah cara terhormat untuk sebuah masyarakat yang beradab.

MILL MENULIS KARYA MENULIS KARYA KLASIK LIBERTARIAN

Mill memberi tiga kontribusi utama. Yang pertama adalah di bidang kebebasan personal dan individualitas. Buku tipisnya. On Liberty, dianggap sebagai karya klasik dalam filsafat, “pernyatan ringkas tentang individualitas manusia yang paling fasih, paling signifikan dan paling berpengaruh” (Collini dalam Mill 1989 [1859]: vii).
Akan tetapi, pendukung pasar bebas akan kecewa jika mereka mengharapkan menjumpai tulisan yang menyerang intervensionosme Negara. On Liberty adalah protes terhadap moralisme koersif, bukan terhadap pemerintah. Karena lama dipengaruhi oleh hubungannya dengan Harriet Taylor, prinsip utamanya adalah penolakan terhadap sikap Victorian – intoleransi, sikap ingin benar sendiri (self-righteousness), kelemahan Calvinisme, Puritanisme, dan kelakuan kriste. Mill menentang prasangka, kebiasan, dan keragaman pemikiran.
Bukunya yang terakhir tersebut, principles of political economy dimaksudkan untuk menyarikan teori-teori ekonomi pada masanya. Dalam kenyataan, buku tersebut dapat dikatakan sebagai versi modern dari the wealth of nations Adam Smith. Hal itu karena buku Mill inilah yang kemudian jadi pegangan utama mahasiswa yang ingin belajar ekonomi hingga akhir abad ke XIX. Buku tersebut dianggap sebagai apogee dari mazhab klasik, mulai dari pandangan Smith, Malthus, Ricardo, dan Say. Dalam buku tersebut Mill mengatakan tidak ada teori yang orisinil dari pemikirannya sendiri. Akan tetapi tampaknya ia terlalu merendah. Hal itu disebabkan konsep return to scale adalah orisinil dari Mill. Mill juga orang yang pertama mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut olehMarshall.
Dalam principles of political economy pandangan-pandangan klasik disempurnakan dan diberi sentuhan yang lebih manusiawi. Di tangan Mill, individualism tak lagi tampil kasar dan kaku. Sebagai sesama kaum klasik, Mill menentang pihak-pihak yang menuduh paham laissez faire sebagai “ilmu yang menyedihkan dan muram” (dismal science) dan menuduh teori upah Richardo sebagai “teori upah besi”. Sehingga dikutip Brinton (1981) dari the principles of political economy.
By what mean, then, is poverty to be contended against? How is the evil of low wages to be remedied? If the expedients usually recommended for the purpose are not adapted to it, can no others be thought? Is the problem in capable os solution? Can political economy do nothing but only onject to everything…
Di lain pihak, Mill mendukung toleransi, skeptisisme, dan pemikiran bebas. Dia mendukung hak pilih perempuan, dn hak perempuan untuk memegang jabatan dan berpartisipasi di dalam semua bidang. Dia membela semua kebebasan pemikiran dan individualism, bahkan sampai memaafkan perilaku yang paling eksentrik sekalipun. Orang-orang pada zamannya pada umumnya menentang pandngan Mill, dan menganggapnya sebagai serangan terhadap ajaran Kristen dan apologi bagi perceraian, tetapi dewasa ini para libertarian banyak mendapat inspirasi darinya.
John Stuart Mill, yang juga terkenal sebagai ekonom. Ia juga mendasarkan pendangan liberalnya atas filsafat individualistik utiliter. Namun kemudian ia cenderung pada filsafat ekonomi yang mengarah pada sosialisme demokratis yang lebih moralistis. Mill mengemukakan bahwa keinginan untuk memeroleh kesenangan yang besar merupakan satu-satunya motif tindakan individu, dan bahwa kebahagiaan yang paling besar dari setiap orang merupakan patokan bagi kebaikan masyarakat dan sekaligus menjadi tujuan dari semua tindakan moral.
Karya klasik Mill tidak banyak membahas kebijakan pemerintah, kendati dia menentang undang-undang Sunday blue dan beberapa bentuk larangan lainnya. Secara umum, filsafat personalnya adalah laissez faire: individu bebas untuk bertindak sepanjang tindakannya tidak merugikan orang lain.







MILL PENGIKUT RICARDIAN YANG MEMBELA HUKUM SAY

Mill sangat dipengaruhi oleh ekonomi Ricardian yang berakibat baik dan buruk. Akibatnya, baik dalam pengertian bahwa dia mendukung system kebebasan natural Adam Smith, dan hukum pasar Say. Pada 1829-1830 dia menulis Essay On Some Unsettled Question Of Political Economy (terbit pada 1844). Salah stu esainya berjudulOf the Influence of Consumption on Production” (1874: 47-74). Dia menyebut masyarakat konsumen proto-keynesian-yakni permintaan menciptakan penawaran – sebagai sebuah doktrin “jahat” dan “ absurditas yang gambling”. Dia mengatakan, “konsumsi tak boleh didorong” (halaman 47-48). Lebih jauh:
Orang yang menyimpan pendapatannya sam akonsumtifnya dengan orang yang membelanjakannya: dia mengonsomsi dengan cara lain; penda-patan akan menyedaiakan makanan dan pakaian yang akan dikonsumsi, alat dan material yang akan dipakai, oleh pekerja produktif. Karena itu, konsumsi telah mengambil alih sampai pada tingkat terbesar yang dihasilkan produksi; tetapi, dari dua jenis produksi, yakni yang reproduktif dan tak produktif, yang disebut pertamalah yang menambah kekayaan nasional, sedangakan yang kedua merintangi. Hal-hal yang dikonsumsi untuk reproduksi akan menghasilkan komoditas dengan nilai yang setera, yang biasanya menambah profit (Mill 1874:48).
Berkanan dengan upaya pemerintah untuk menstimulasi konsumsi secara artificial, Mill menulis:
Usaha pemerintah utuk mendorong konsumsi akan menurunkan tabungan; yakni, mempromosikan konsumsi tidak produktif dengan mengorbankan konsumsi reproduktif, dan mengurangi kekayaan nasional melalui cara yang sesungguhnya dimaksudkan untuk menambahnya (1874: 48-49).
Ini adalah prinsip say. Tidak mengejutkan, ketika Mill menulis bukunya pada 1848, dia mengesampingkan diskusi konsumsi dan sepenuhnya berfokus pada produksi dan distribusi.
Seperti Richardo, Mill juga menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan.
Akan Tetapi, pada sisi buruknya, ekonomi Mill berkaitan dengan teori distribusi Ricardian: upah dan profit bervariasai secara berkebaliakan, harga ditentukan oleh biaya tenaga kerja, dan upah jangka panjang akan turun sampai level subsisten. Mill mengadopsi teori sewa Ricardo, yang sangat anti pemilik tanah. Karenanya Mill mendukung nasionalisasi tanah di India ketika dia bekerja untuk East India Company. Lebih jauh, dari segi property pada umumnya, Mill mendukung penyitaan tanah dan property jika seseorang mati tanpa meninggalkan pewaris. Selain itu, menurut Mill, tidak ada justifikasi untuk menyimpan tanah yang menganggur, sebuah tema yang juga dibahas Henry George. “Ketika tanah tidak dimaksudkan untuk ditanami, maka tidak ada alas an untuk dijadikan sebagai hak milik” (Mill 884 [1848]: 173).

MILL MENDUKUNG REDISTRIBUSI KEKAYAAN DAN PENDAPATAN

Terakhir, Mill mengikuti jejak Ricardo dalam memishkan prinsip distribusi dari hokum produksi, seperti yang telah kita temukan di awal bab. Kutipan paling terkenal berasal dari paragraph pertama dalam buku II yang berjudul “Distribution”. Mill mengatakan:
Hukum dan syarat-syarat produksi kekayaan berasal dari kebenaran fisika. Tidak ada hal opsional atau arbiter di dalamnya. Tetapi distribusi adalah soal lain. Distribusi kekayan adalah hal yang berbeda. Ini adlah soal institusi manusia semata. Setelah hal itu ada, manusia, baik secara individuatau kolektif, dapat berbuat semaunya. Mereka bias menempatkannya untuk melayani siapa saja yang mereka kehendaki, atau dengan syarat apa saja. Distribusi kekayaan tergantung kepada hokum dan adat masyarakat (Mill 1884:55).
            Menurut hayek, ini adalah jenis pemikiran yang membuat para intelek tual mendukung semua semua jenis serangan terhadap properti dan kekayaan, dan mendudkung pajak dan skema penyitaan yang ditujukan untuk pendistribusian ulang kekayaan dan pendapatan, sebab mereka mengaanggap skema radikal ini bias dilakukan tanpa merugikan pertumbuhan ekonomi. “saya secara pribadi percaya bahwa alasan yang membuat intelektual masuk ke sosialisme adalah John Stuart Mill” (Boaz 1997:50).
Mill mempengaruhi para intelektual mulai dari H.G Wells sampai Webbs dan pemikir sosialis sedemikian rupa sehingga Sir illiam Hrcourt, wakil bendahara Negara, pada 1984 mengatakan, “kita semua sekarang sosialis” (Stafford 1998: 18). Perlu waktu bertahun-tahun sebelum para ekonom yang terdidik dalam analisis marginal, menantang kaum redistribusionis dengan mengajukan argumen bahwa teori distribusi tidak bias dipisahkan dari teori produksi. Menurutu pemikiran revolusioner marginalis, produsen barang dan jasa di bayar berdasarkan hasil kerja mereka, berdasasrkan produk marginal yang dipotong.
Tindakan sosialis untuk meredistribusi kekayaan dan pendapatan memang memengaruhi aktivitas ekonomi. Seperti dikatakan Hayek, “jika kita memproduksi apa saja yang kita senangi, maka orang tidak akan pernah memproduksi hal itu lagi” (Boaz 1997:50).

PERSELINGKUHAN MILL DENGAN SOSIALISME

Untuk memperkenalkan teori distribusi, Mill segara mengawalinya dengan diskusi tentang kebaikan sosialisme. Dia keberatan dengan kapitalisme dan merasa bahwa property pribadi tidak selalu diperoleh secara adil atau layak.
Dia mendeskripsikan tiga system sosialis:
1.      Sosialisme utopian: masyarakat kooperatif, seperti yang dikembangkan oleh Robert Owen, Saint-Simon, dan fourier.
2.      Sosialisme revolusioner: kelompok nradikal, termasuk komunis yang berusaha merebut kekuasaan dengan paksa, menasionalisasikan industry, dan mencabut hak milik pribadi.
3.      Sosialisme Fasis: regulasi birokratis dan control industry dan alat-alat produksi, distribusi dan perdagangan, seperti yang didukung oleh Fabian Sociey dan Partai Buruh Inggris.
Mill kritis terhadap bentuk sosialis revolusioner dan fasis, t etapi bersimpati kepada komunitarianisme utopian, yang mengandung kebebasan dan tanpa kekerasan. Inilah sosialisme yang dimaksudkannya. Jadi Mill membuka jalan “menurun dari kesehatan dan konservatitifisme David Hume abad 18 ke sosialisme Fabian dan Kolektifisme Beatrice Webb” (Stafford 1998:19).










RINGKASAN

JOHN STUART MILL merindukan kebahagiaan desa komunitarian sukarela, tetapi semua komunitas semacm itu mengandung cacat: Meraka tak pernah bertahan lama. New Harmoni, Modern Times, United Order-mereka semua sangat terkenal\, tetapi pada akhirnya semuanya bubar sebagai akibat dari kemalasan, utang dan kecurangan.
Tak lama setelah era Mill, muncul bentuk sosialisme baru, yakni jenis sosialisme revolusioner. Jika warga negara tidak bisa dibujuk untuk bekerjasama, maka mereka harus dipaksa untuk patuh denga cara tangan besi dan diancam di bawah ujung bayonet. Pelan-pelan, mata para reformis berpaling kepada satu orang terkenal.

makalah sejarah teori ekonomi ke 6 Karl Marx



SI GILA MARX
MENJERUMUSKAN EKONOMI
KE ABAD KEGELAPAN BARU
Karl Heinrich Marx
Karl Marx sang filsuf Jerman ini telah membangkitkan persatuan selama lebih dari seabad dikalangan buruh dan intelektual yang dirugikan oleh kapitalisme pasar. Malthus dan Ricardo mungkin telah menaburkan benih pembangkangan ini, namun karl Marx (1818-83) menghancurkan ikatan kapitalisme dan mengoyak-mengoyak dasar-dasar sistem kebebasan natural Adam Smith. Sistem komersial tak bisa lagi dilihat sebagai sistem yang “tak bersalah ”(Montesquieu)”, saling menguntungkan”(Smith) atau”harmonis secara alamiah” (Say dan Bastiat). Dibawah pengaruh Marx, kini sistem itu dilihat sebagai sistem yang asing, menindas (eksploitatif), dan akan hancur sendiri.
Jejak Marx didunia tak bisa dilenyapkan, dan jejak itu membuktikan pikirannya yang brilian. Kejeniusan Marx sudah tak lagi bisa dibantah. Dia meraih gelar Doktor dalam filsafat Yunani, bisa berbahasa Prancis, Jerman, dan Inggris dengan lancar, bisa berbicara fasih tentang sains, sastra, seni dan filsafat, mampu menulis buku klasik yang menciptakan model pemikiran ekonomi baru yang sangat kuat. Meski ia tak bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan, seorang biographer marxis menyebutnya “lelaki yang berbakat luar biasa, terpelajar, dan termashyur” (Padover 1978 : xvi). Martin Bronfen Brenner menganggap Marx sebagai “ilmuan social terbesar disepanjang zaman”(1967 : 624)
MARX DAN KOMUNISME
Seperti Cain dalam Injil, Marx  menorehkan tinta hitam dalam sejarah. Namanya akan selamanya dihubungkan dengan sisi gelap komunisme. Hantu itu adalah Karl Marx-juga pengikutnya, Lenin, Stalin, Mao, dan Pol Pot, dimana jutaan orang mati dibawah kekuasaan mereka. Para pembelanya mengatakan bahwa Marx tidak bisa disalahkan atas kejahatan pengikut-pengikut komunisnya dan bahkan mengatakan bahwa Marx mungkin adalah orang pertama yang akan dihukum mati atau dikirim ke gulag. Tetapi, tanpa Marx, bisakah muncul revolusi dan represi yang penuh kekerasan? Bukankah Marx mendukung “atas terror” terhadap borjuis? Seperti yang dikatakan oleh seorang kritikus,”atas nama kemajuan manusia, dibandingkan orang lain yang pernah hidup, Marx mungkin lebih banyak menciptakan kematian, penderitaan, degradasi, dan keputusan”(Downs 1983 : 299).


MARX MENCIPTAKAN FANATISME DIKALANGAN GENERASI MUDA
Di Antara aliran pemikiran, tak ada ekonom  lain yang menciptakan begitu besar semangat dan gairah religious seperti Marx menjadi tokoh pujaan visioner dan revolusioner, bukan sekadar seorang ekonom.
Para generasi muda menjadi pengikut Marx sejati, dan biasanya perlu beberapa tahun sebelum mereka kecanduan Marx. Ini terjadi pada diri Robert Heilbroner, Marx Blaug, Whittaker Chambers dan David Horowitz.
Dalam banyak hal marxisme sudah menjadi seperti agama yang menghadirkan slogan, symbol, panji-panji merah, hymne, partai, utusan, martir, injil, dan kebenaran definitive.” Marx mungkin merasa dirinya adalah nabi yang berbicara langsung dengan Tuhan. Dia adalah penyair, nabi, dan moralis yang berbicara sebagai filsuf dan ekonom.  Doktrinnya tidak akan diuji dengan fakta belaka, tetapi akan diterima sebagai kebenaran religious etis. Marx akan memimpin orang-orang terpilih keluar dari perbudakan menuju Jerusalem baru. Menjadi Marxis atau Komunis adalah seperti jatuh cinta, sebuah komitmen yang emosional” (Wesson 1976 :29-30,158).
KONTRIBUSI MARX KEPADA EKONOMI
Tak banyak ekonom yang bisa melintasi berbagai disiplin ilmu seperti Karl Marx. Marx juga adalah filsuf, ahli sejarah, ilmuan politik, sosiolog, dan kritikus sastra. Dia banyak menulis tentang hampir segala sesuatu. Bahkan sekarang ini komplikasi karya lengkap Marx dan rekannya, Friederich Engels, belum selesai dikerjakan. Komentar tentang Marx dan subjek-subjek yang berkaitan dengannya sangat banyak dan perlu satu buku tersendiri untuk menguraikannya.
Marx mungkin merupakan ekonom pertama yang menciptakan aliran pemikiran sendiri, dengan metodologinya sendiri dan dengan bahasanya sendiri yang khas. Dalam menciptakan alirannya sendiri dalam karya klasiknya, Capital (1976[1867]), dia mengontraskan sistemnya dengan sistem pendukung laissez faire antara lain Adam Smith, J.B.Say, dan David Ricardo. Marx-lah yang menyebut laissez faire sebagai”aliran klasik”. Dalam mengembangkan pendekatan Marxis untuk ekonomi, dia menciptakan kosakatanya sendiri, seperti nilai surplus, reproduksi, borjuis dan proletarian, materialism historis, ekonomi vulgar, kapitalisme monopoli, dan sebagainya. Dia bahkan menciptakan istilah “kapitalisme”. Sejak Marx, ilmu ekonomi menjadi berubah.
PENDIDIKAN AWAL : KONTRADIKSI INTERNAL
Karl Heinrich Marx lahir pada 5 mei 1818 dikota Trier provinsi Rhine, Prussia. Sejak dari buaian sampai liang lahat, hidup Marx penuh kontradiksi. Dia menentang borjuis picik, tetapi dia dibesarkan dalam keluarga borjuis. Dia menjalani kehidupan dewasanya dalam kemiskinan selam bertahun-tahun, tetapi dia dilahirkan dalam keluarga yang cukup kaya. Dia memuji teknologi kapitalisme dan kemajuan material, tetapi dia mengutuk masyarakat kapitalis. Dia sangat bersimpati terhadap para pekerja, tetapi dia sendiri tak pernah punya kerja tetap atau mengunjungi pabrik selama kehidupan dewasanya.
Marx bersikap anti-semit, tetapi dia adalah keturunan yahudi dari kedua belah pihak keluarganya. Dia menyukai anak-anaknya tetapi dia juga menyaksikan anak-anaknya mati premature karena kurang gizi dan sakit atau karena terpaksa bunuh diri. Marx melancarkan protes terhadap kejahatan ekploitas dalam sistem kapitalis, tetapi menurut salah seorang penulis biografinya,”dia mengeksploitasi semua orang disekililingnya-istrinya, anaknya, pelayannya, dan kawan-kawannya-dengan kasar dan ini sangat mengerikan karena dilakukan dengan sengaja dan penuh perhitungan”(Payne 1968 : 12). Paul Samuelson menambahkan ”Marx adalah suami dan ayah yang baik, namun dia juga orang yang tidak tahu adat, kasar, egois, dan menyakitkan” (Samuelson 1967 : 616). Ringkasnya, Marx menjelaskan tentang kontradiksi internal dalam sistem kapitalisme, tetapi dia sendiri juga penuh kontradiksi di dalam dirinya.
IMAN KRISTEN KARL MARX
Ironi yang paling mengejutkan adalah bahwa Karl Marx yang dianggap sebagai salah satu penentang agama yang paling kuat, dibesarkan sebagai orang Kristen meskipun banyak dari leluhurnya adalah rabbi (pendeta Yahudi).
Karl, anak lelaki tertua diantara Sembilan bersaudara, dibabtis sebagai orang Kristen dan menulis beberapa esai tentang ajaran Kristen saat dia masih sekolah di gymnasium. Saat menginjak sekolah menegah atas, Karl menulis esai berjudul “The Union Of The Faithful With Christ”, yang membicarakan aliensi, rasa takut ditolak oleh Tuhan. Dia terpikir oleh cerita tentang surga yang damai dalam kitab Genesis dan merasa takut dengan cerita mengerikan Apocalypse dalam Revalation of St.John. Bagian dari injil ini kelak membantu Marx dalam merumuskan doktrin tentang alienasi, perjuangan kelas, penggulingan masyarakat borjuis secara revolusioner, dan kejayaan era kemakmuran dan kedamaian tanpa kelas. Visinya tentang kemenangan proletariat mungkin berasal dari pendidikan Mesianisme Kristen yang diterimanya. Dia adalah komunis millennial pertama dan terpenting.
Banyak dogma marx tidak orisinil. Dogma-dogma itu berasal dari injil yang digabungkan dan diubah agar sesuai dengan tujuan yang dicarinya. Seperti dikatakan oleh Payne,”ketika dia (marx) berbalik menentang Kristen dia memasukkan ide pertaubatan dan alienasi kedalam ide-ide keadilan social ciptaannya sendiri”(1968:42).
MARX MENJADI MAHASISWA RADIKAL
Keyakinan Marx segera diuji saat dia kuliah di Universitas Bonn, dimana dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk minum-minum dan pesta ketimbang belajar. Dia melanggar undang-undang, bergabung dengan kelompok revolusioner, dan pernah terluka dalam sebuah duel. Belakangan dia ditangkap karena membawa pistol, dan dipenjara karena membuat kegaduhan.
Ayahnya berusaha memperbaiki kelakuan anaknya dengan memindahkannya ke Universitas Berlin. Dia menghabiskan waktu disana selama lima tahun berikutnya. Tetapi gaya hidupnya yang semrawut masih berlanjut. Dia banyak membaca dan menjalani kehidupan bohemian. Dia membayangkan dirinya sebagai penyair, menerjemahkan drama-drama yunani, dan mengisi buku catatannya dengan kisah tragedi dan puisi-puisi romantik. Dia bergabung dengan klub doktor (doktorklub), kelompok kecil Hegelian muda.
Para mahasiswa lain mendeskripsikannya sebagai orang yang berotak cemerlang dan penuh opini kuat, dan matanya yang tajam menatap penuh tantangan. Dia tampak menonjol dengan jenggot dan rambutnya yang hitam tebal, suaranya yang keras dan sifatnya yang kasar. Dia berkulit gelap sehingga keluarga dan kawan-kawannya menyebutnya”Mohr” atau “Moor”.
PENGARUH FILSUF JERMAN RADIKAL
Dua filsuf radikal sangat mempengaruhi Karl Marx saat masih kuliah dan sesudahnya, yakni: G.W.F.Hegel (1770-1831) dan Luwig Feuer-Bach (1804-72). Dari Hegel, Marx mengembangkan “materialism dialektis” yakni semua kemajuan dicapai melalui konflik. Dari The Essence of Christianity (1841) karya Feurbach, Marx merasionalisasikan pandangan mistisnya tentang agama dan penolakkannya terhadap ajaran Kristen. Tuhan tidak menciptakan manusia tetapi manusialah yang menciptakan tuhan!
Orang tuanya mulai mengkhawatirkan putranya yang boros, yang tak ingin menjadi pengacara tetapi menjadi penulis dan kritikus. Salah satu hal paling menyedihkan yang tercatat dalam sejarah ekonomi adalah korespondensi yang kasar antara Marx dan ayahnya. Surat-suratnya menuduh Karl Marx sebagai orang ”barbar, anti social, anak yang jahat, tak peduli, cinta diri, mahasiswa tidak bertanggung jawab, dan pemboros, dan tuduhan ini membayangi seluruh kehidupan Marx. Dalam suratnya yang lain, dia menuduh Karl kerasukan “roh jahat” yang” menyesatkan hatimu dari kebaikkan” (Berman 1999:25).

MARX MENIKAH DAN PINDAH KE PARIS
Akhirnya, Marx meninggalkan Berlin dengan alasan administrasi universitas telah diambil alih oleh kelompok anti-Hegelian. Karena khawatir disertasi Ph.D-nya tentang filsafat yunani akan  ditolak, dia menyerahkannya ke universitas Jena yang menerimanya tanpa mensyaratkan dia mendaftar lebih dulu. Pada 1842 dia bekerja sebentar sebagai editor Koran Jerman yang membela kebebasab berbicara. Dia mengundurkan diri ketika sensor membuatnya tidak mungkin untuk melanjutkan pekerjaannya.
Pada 1843 Marx menikahi tetangganya, Jenny von Westphalen, meski mendapat keberatan dari keluarganya. Jenny  yang empat tahun lebih tua daripada marx, adalah purti dari Baron Johann Ludwig Von Westphalen, seorang bangsawan kaya yang mewakili pemerintah Rusia didewan kota. Setelah baron meninggal, keluarga marx hidup dari pemberian baroness.
Jenny sangat setia pada Marx dan ide-ide revolusionernya. Sepanjang sisa hidup mereka, Jenny dan Karl Marx hidup tak terpisahkan meskipun hidup miskin, menderita penyakit dan kegagalan. Cinta mereka abadi, meskipun bukannya tanpa kesulitan dan kesedihan. Mereka punya enam anak, meskipun hanya dua yang bisa bertahan hidup.
Kurang dari setahun Karl dan istrinya pindah pe Paris, dan disana dia menjadi editor majalah bulanan Jerman. Marx bergabung dengan para sosialis prancis radikal, antara lain Proudhon dan Lois Blanc. Dia tenggelam dalam buku-buku dan sering membaca sampai tiga atau empat hari tanpa tidur (Padover 1978:189). Dia menyaksikan sendiri perjuangan kelas. Dia kemudian menulis tentang alienasi dan penderitaan buruh dibawah kapitalisme yang dipublikasikan dengan judul The Economic And Philosophical of 1844, sebuah kompilasi artikel yang baru terbit 1932.
MARX BERTEMU ENGELS DAN MENGUBAH SEJARAH
Di Paris inilah Marx bertemu Friederich Engels (1820-95). Dia adalah sosok yang dianggap “tinggi” (meskipun tingginya hanya lima kaki, enam inci), berambut blonde, berpenampilan seperti teutonic dan mata yang tajam. Marx dan Engels mulai menulis buku yang mengecam rival sosialis mereka. Kerja sama ini berlangsung selama empat puluh tahun, sampai Marx meninggal pada 1883.
Engels adalah anak industrialis kaya jerman, yang membenci ayahnya yang tirani bisnisnya yang “membosankan, kotor, dan buruk sekali”. Tetapi Engels mendapat kesuksesan financial dengan menjalankan pabrik tekstil di Manchester. Engels sama menariknya dengan Marx. Dia kartunis yang baik, ahli dibidang sejarah militer, dan menguasai hampir dua lusin bahasa.
Pengaruh Engels terhadap Marx ada dua sisi yakni uangnya yang banyak bisa membantu Marx selama bertahun-tahun, dan dia mamainkan peran penting dalam mengarhkan pemikiran Marx kearah ekonomi politik. Tulisan Engels, The Condition Of The Working Class In England In 1844 sangat memengaruhi Marx, dan Engels inilah yang mengubah Marx menjadi komuni revolusioner, bukan sebaliknya. Dia ikut menulis The Communist Manifesto, tetapi dalam hal lain dia hidup dibawah bayang-bayang filsuf besar Marx.
KRITIKUS TERBESAR DIDUNIA
Gaya dendam Marx dan Engels tampak jelas dalam judul karya kolaborasi mereka, Critique Of Critique!.  Penekanan untuk mencari-cari kesalahan ini mencerminkan permusahan Marx dan kemarahannya kepada lawan-lawannya. “dia meremehkan semua orang yang berani menetang opini-opininya”(Barzun 1958[1941]:173). Dia mengawali praktik “pembersihan partai” yang kelak akan disempurnakan oleh Lenin Danstalin (Wesson 1976 :34). Pada 1847, saat merespons karya temannya, Proudhon, The Philosophy Of Poverty, Marx menulis balasan pedas The Poverty Of Philosophy. Jika Guinnes Book Of World Record mendaftar orang paling kritis sedunia, maka Marx akan memenangkan penghargaan itu. Hampir setiap bukunya mengandung nada atau kata “kritik”. Dia tidak banyak menulis tentang dunia komunisme utopian yang bahagia, dan lebih banyak menulis tentang cacat kapitalisme.
MARX MENULIS POLEMIK
Kehidupan Marx di Paris tidak berlangsung lama. Dia diusir dari Paris karena memicu Revolusi Jerman. Dia pergi ke Brussel, yang menjadi awal pengasingannya yang permanen. Di Belgia Marx dan Engels ditugaskan oleh liga keadilan yang nanti berganti nama menjadi Liga Komunis di London, untuk menulis pamphlet yang terkenal, The Communist Manifesto.
The Communist Manifesto yang versi terakhirnya ditulis Marx, adalah semacam seruan untuk berjuang, sebuah refleksi yang kuat tentang abad mesin dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para lelaki, perempuan dan anak-anak yang masuk ke kota-kota yang kacau, bekerja selama enam belas jam sehari, dan sering hidup ditempat kumuh.”kaum borjuis, setiap kali mendapat kekuasaan, menghancurkan semua ralasi idilis, patriarki feudal,  ia tidak menyisakan ikatan apapun antar manusia dengan manusia kecuali kepentingan diri terang-terangan, “pembayaran tunai” yang tak berperasaan”. Konsekuensinya,”borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara , pendeta, penyair, dan manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar”. Lebih jauh,” semua yang padat menguap keudara, semua yang suci adalah profane”. Kapitalisme “telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung, dan tanpa malu”(Marx dan Engels 1964 [1848]:5-7).
Ketika Manifesto diterbitkan di Jerman pada februari 1848, waktunya sangat tepat. Menjelang musim panas, pemberontakan buruh menyebar diseluruh Eropa- di Prancis, Jerman, Australia, dan Italia. Citra Revolusi Perancis yang terjadi satu generasi sebelumnya mendominasi semangat masa itu. Akan tetapi, pemberontakan di Eropa ini dengan cepat dipadamkan dan Mark ditangkap polisis Belgia karena menghabiskan warisan dari ayahnya (6.000 emas franc)  untuk mempersenjatai buruh Belgia. Dia dikeluarkan dari tahanan pada 1849, dan pindak ke Cologne, Jerman, dimana dia mengedit jurnal lainnya. Edisi terakhir yang terbit di cetak dengan tinta warna, warna revolusioner.
MASA-MASA KELAPARAN DI LONDON
Marx terus-menerus mengalami kesulitan dan berpindah-pindah. Setelah di usir dari Jerman pada agustus 1849, dan meras tertekan karena kegagalan revolusi buruh, dia pindah ke London bersama istri dan ketiga anaknya. Ini akan menjadi perpindahannya yang terakhir. Selama 30 tahun kemudian dia akan hidup meneliti dan menulis di kota borjuis terbesar di seluruh dunia.
Enam tahun pertama di London adalah masa ujian berat bagi Marx dan keluarga. Mereka menderita sakit, ada anggota keluarga yang lahir premature, dan hidup pada kemiskinan yang parah. Marx menggadaikan segalanya untuk menghidupi keluarganya.
Marx yang hidup dalam kesedihan dan melarat, beberapa kali ambruk tetapi juga mendapat kesempatan kecil-kecilan, terutama sebagai jurnalis paruh waktu untuk New York Daily Tribune dan Koran-koran lainnya. Kadang-kadang engels harus membantu menuliskan artikel untuknya. Tiga anak marx mati karena kurang gizi dan sakit. Demikianlah kehidupan si jenius beserta istrinya yang menderita.
TERUNGKAP: MARX PUNYA ANAK TIDAK SAH
Pada 1850-1851 Marx berselingkuh dengan pelayan istrinya yang setia, Helena Demuth, yang dikenal sebagai Lenchen, dan dari hasil hubungan gelap ini marx punya anak (freddy).perselingkuhan ini dirahasiakan oleh Marx dan meminta Engels berpura-pura menjadi ayah si anak. Akhirnya, ketika hendak meninggal pada 1895, Engels mengatakan bahwa itu memang anaknya Marx. Dia berbicara pada putri Marx, Eleanor, yang kemudian menyimpan rahasia ini (dia akhirnya binuh diri).
Fakta ini terungkap ke public seabad kemudian dalam biografi Marx karya Werner Blumemberg (Blumenberg 1998: 111-113). Hal ini membuat para pembela Marxis merasa malu sebab mereka selalu mengatakan Marx adalah ayah yang baik, meskipun tiga anaknya mati premature dan dua anaknya yang lain mati bunuh diri.
Dalam karyanya yang terkenal, The Worldly Philosophers (1961:124), Robert Heilbroner mengatakan Marx adalah “suami dan ayah yang setia” tetapi belakangan dia mengakui fakta ini. Tetapi ia tetap membela Marx dengan mengatakan bahwa hubungan gelap itu “tidak bisa menghilangkan hubungan yang penuh kasih sayang” (1999:149).
MARX: KAYA ATAU MISKIN?
Pada tahun 1856 ada hal-hal baru yang mulai terungkap. Uang deri Engels dan warisan dari perkebunan ibu Jenny membuat keluarga Marx bisa pindah dari Soho ke rumah yang bagus di Hampstead. Tiba-tiba Marx menjalani kehidupan borjuis, mengenakan pakaian rapi,topi dan dasi. Keluarga marx mulai mengadakan pesta dan dansa, bepergian ketempat liburan di tepi panytai. Marx bahkan ikut mengadu nasib di pasar saham. Dia berspekulasi pada saham Amerika dan Inggris, dan mendapat keuntungan yang cukup.
Sejarawan Gary Nort meneliti pendapatan dan pengeluaran Marx, dan menyimpulkan bahwa kecuali pada masa kemiskinan pada 1848-1863, Marx banyak meminjam uang, mendapat banyak warisan dan suka menghamburkan uang. Nort menyimpulkan: ”Dia miskin selama lima belas tahun dari 65 tahun kariernya, sebagian besar lantaran keenganannya untuk memanfaatkan gelar doktornya dan kemalasannya dalam bekerja. Sang ekonom-filsuf revolusi kelas-Doktor merah dari soho yang hanya menjalani  enam tahun di lingkungan yang kumuh-adalah seorabng warga inggris paling makmur selama dua decade kehidupannya. Tetapi tak bisa membuat kebutuhannya terpenuhi. Setelah 1869, pension regular Marx menempatkannya di posisi di atas dua persen dari penduduk inggris dari segi pendapatan (Nort 1993:103).
MARX MENULIS DAS BUCH DAN MENGUBAH JALANNYA SEJARAH
Pada dasarnya, Marx tidak ingin menghabiskan waktu melakukan kerja rutin untuk menafkahi keluarganya. Dia lebih suka menghabiskan waktu di British Library di London untuk melakukan riset dan penelitian. Karyanya berpuncak dalam buku klasiknya Das Kapital yang dipublikasikan di Jerman pada 1867. Capital (judul inggrisnya) memperkenalkan determinisme ekonomi dan teori “ekploitif” baru tentang kapitalisme berdasarkan hokum “ilmiah” universal yang ditentukan oleh Marx.
Marx menganggap karyanya sebagai “injilnya kelas pekerja”, dan bahkan mengharapkan para buruh membaca bukunya bernada pendatik itu. Dia menganggap dirinya sebagai “orang yang terlibat dalam konflik paling pahit di seluruh dunia”, dan berharap bukunya akan “memberikan pukulan teoritis kepada kaum borjuis hingga mereka tidak tak pernah bisa pulih kembali” (Padover 1978:346). Marx menganggap dirinya sebagai “Darwin masyarakat” dan pada 1880 dia mengirimkan salinan Capital kepada Darwin.
Darwin membalas dengan sopan dan memohon maaf karena dia tidak menguasai subjek itu. Saat itu buku tersebut hanya dicetak 1000 buah dan penjualannya seret, terutama karena “Das Buch” bersifat abstrak-teoritis dan padat dengan sumber akademik, mengandung kutipan 1500 sumber karya akademik.
Berkat usaha Engels dan pendukung kuat lainnya, karya itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Rusia pada 1872 dan Perancis pada 1875. Buku ini dipelajari oleh kaum intelektual Rusia, dan akhirnya Vladimir Ilich Ulyanov-Lenin membaca karya ini. Berkat Lenin,karya ini menjadi populer. Edisi inggris baru muncul pada 1887. Pada 1890 edisi Amerika menjadi Bestseller dan 5000 eksemplar terjual cepat karena Capital dipromosikan sebagai buku yang memberitahu pembacanya tentang bagaimana cara mengakumulasikan capital, yakni cara mendapat uang (Padover 1978:375).
KEMATIAN MARX YANG TIDAK JELAS
Marx berusia 49 tahun saat dia mempublikasikan Capital, namun dia tidak mau menulis buku-buku yang panjang. Dia lebih memilih membaca, melakukan riset, dan mencatat banyak buku dan artikel dengan topic yang beragam, seperti matematika, kimia dan bahsa asing.
Marx kesulitan dalam menyelesaikan sesuatu menjelang akhir hayatnya, khususnya yang berkaitan dengan ilmu ekonomi. Dia tiidak pernah menyelesaikan dua jilid Capital berikutnya. Ini membuat Engsel gusar dan akhirnya mengedit dan mempublikasikannya sendiri.
Marx adalah sosok yang sakit disepanjang hidupnya. Pada 1881, Jenny meninggal karena kanker dan marx saat itu sakit parah sehingga tidak bisa menghadiri pemakamannya. Putrinya yang juga bernama Jenny, mati karena penyakit yang sama dua tahun kemudian. Pada tahun yang sama, pada 17 maret 1883 marx meninggal dalam keadaan duduk di kursinya.
Marx dimakamkan di Highgate Cemetery di London, disisi Jenny, pelayannya Lenchen dan anggota keluarga lainnya. Monument setinggi dua belas kaki dengan patung kepala marx didirikan pada 1950-an oleh partai komunis. Frase yang terkenal “wahai kaum buruh sedunia, bersatulah!” dibikin dengan emas dan ditempelkan di monument.
MARX: KEGAGALAN YANG MENYEDIHKAN
Pada saat Marx meninggal, Marx hampir dilupakan orang, karena pada 1883 kebesaran Marx terlalu dilebih-lebihkan. Hanya sekitar 20 orang yang menghadiri pemakamannya. Dia tidak ditangisi oleh buruh tambang Siberia, seperti yang diklaim Engels, dan tak banyak orang yang ingat The Communist Manifesto, apalagi Capital.
Nasib keluarganya juga menyedihkan. Marx hanya dirawal oleh 2 orang putrinya dan 1 anak lelaki hasil hubungan gelap. Pada tahun 1898, putrinya yang bernama Eleanor marx, yang dikenal sebagai Tussy dan sosok revolusioner seperti ayahnya, melakukan bunuh diri setelah mengetahui bahwa suaminya Freddy adalah anak hasil hubungan gelap ayahnya, dan mengetahui bahwa suaminya yang orang Irlandia juga beristri dua. Pada tahun 1911, satu-satunya putrid yang tersisa, Laura, perempuan yang pandai bicara dan cantik, melakukan perjanjian bunuh diri dengan suaminya, seorang sosialis Prancis. Ringkasnya, hanya ada sedikit kebahagiaan di masa-masa akhir hidup Karl Marx dan Jenny Marx serta keturunannya. Engels, yang dikenal sebagai “sang Jenderal”, meninggal karena kanker pada 1895

MODEL EKSPLOITASI KAPITALISME ALA MARX
Dalam capital, yang dipublikasikan tahun 1867, Karl Marx berusaha memperkenalkan model alternative untuk ekonomi klasik Adam Smith. Sistem ini dimaksudkan untuk menunjukkan secara “ilmiah” bahwa system kapitalisme mengandung cacat fatal, yakni hanya menguntungkan kapitalis dan bisnis besar dengan mengekploitasi buruh, dan kapitalisme akan mengalami krisis yang pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Marx menggunakan berbagai argument untuk “membuktikan” bahwa system liberal/kapitalis itu mengandung cacat fatal dan dapat dilihat dari berbagai segi, baik dari sisi moral, sosiologi maupun ekonomi.
Dari segi moral Marx melihat bahwa system kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis kea rah kondisi ekonomi dan soaial yang tidak bias dipertahankan. Walaupun ada pengakuan bahwa system yang didasarkan pada mekanisme pasar ini lebih efisien, system ini tetap dikecam. Hal itu karena system liberal tersebut tidak peduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan social. Dengan menerapkan system “upah” kaum buruh dalam system perekonomian liberal tadak akan mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena sebagaimana diucapkan Marx “pasar bebas memang telah mentakdirkannya demikian”. Untuk mengangkat harkat para buruh yang sangat menderita dalam system liberal tersebut, Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu. Sistem perekonomian liberal kapitalis harus digantikan dengan system lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu system perekonomian sosialis-komunis.
Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antarkelas. Dalam system liberal-kapitalis yang diamati Marx ada sekelompok orang (yaitu para pemilik modal) yang mnguasai capital. Di lain pihak, ada sekelompok orang lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas proletar yang seperti sudah ditakdirkan untuk selalu menduduki posisi kelas bawah. Jika tidak dilakukan sesuatu, demikian argumentasi Marx, jumlah kaum nestapa ini akan semakin besar. Sebagai langkah antisipasi, marx menganjurkan agar system liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus diperbaiki, atau lebih tepat lagi diganti dengan system sosialis yang lebih “berpihak” pada golongan kaum buruh.
Alasan lain system perekonomian liberal harus diganti ialah karena system liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas-kelas, yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh yang sangat papa. Marx tidak meninginkan bentuk masyarakat berkelas-kelas seperti ini. “Obat” satu-satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa kelas itu adalah dengan memperjuangkan system sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi, Marx melihat akumulasi capital di tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan dalam system kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bias membangun secara nyata bagi selirih lapisan masyarakat, perlu dilakukan perombakan structural melalui revolusi social. Jika langkah ini berhasil, langkah berikutnya yang harus diambil ialah penataan kembali hubungan produksi (kuhususnya dalam system pemilikan tanah, alat-alat produksi, dan modal). Menurut Marx, hanya atas dasar hubungan yang lebih manusiawi ini pembangunan dapat berjalan lancer tanpa hambatan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan rakyat.
Atas pandangan yang sangat skeptic di atas, tidah mengherankan jika Marx meramal bahwa suatu masa system kapitalis akan hancur. Manurut ramalan Marx, system kapitalis hancur bukan disebabkan oleh factor-faktor lain, melainkan karena keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis dinilai Marx mewarisi daya self destruction, suatu daya dari dalam yang akan membawa kehancuran bagi system perekonomian liberal itu sendiri. Bagi Marx system kapitalis adalah suatu system yang “sudah busuk dari dalam” dan tidak mungkin diperbaiki. Untuk membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik, tidak ada jalan lain, system liberal atau kapitalis tersebut harus dihancurkan dan diganti dengan yang lain yang lebih manusiawi, yaitu system sosialis/komunis.
Dalam banyak hal, model Marxis merupakan rasionalisasi dari keyakinannya bahwa system kapitalis harus digulingkan dan digantikan komunisme.
TEORI NILAI KERJA
Menurut Mark system Ricardian cocok untuk model ekploitasi. Ricardo memfokuskan pada produksi dan bagaimana produksi didistribusikan di antara kelas-kelas besar. Marx menolak Say yang tidak memfokuskan pada utilitas subjektif dari individu, dan memilih mengikuti Ricardo dengan berkonsentrasi pada produksi “komoditas” tunggal dan homogeny, dan pendistribusian pendapatan dari produksi komoditas ke dalam kelas-kelas.
Dalam system kelas Ricardo, buruh memainkan peran kritis dalam menentukan nilai. Ricardo, dan kemudian Marx, mengklaim bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya penghasil nilai. Nilai suatu “komoditas” harus sama dengan jumlah rata-rata dari jam kerja yang dipakai dalam menciptakan komoditas itu.

TEORI NILAI SURPLUS
Marx menyebut profit dan bunga sebagai “nilai surplus”. Marx mengembangkan rumus matematika untuk teori nilai surplusnya ini. Tingkat profit (р) atau eksploitasi adalah sama dengan nilai surplus (s) dibagi dengan nilai produk akhir (r). Jadi Р = s/r.
Marx membagi nilai produk akhir menjadi dua bentuk capital (modal), yakni capital konstan (C) dan capital variable (V). Kapital konstan mempresentasikan pabrik dan peralatan. Kapital variable adalah biaya tenaga kerja. Jadi, persamaan untuk tingkat profit menjadi:
Р = s / (v + c)
Marx berpendapat bahwa profit dan ekploitasi dapat dinaikkan dengan memperpanjang hari kerja dan memperkerjakan perempuan dan anak-anak dengan upah yang lebih rendah ketimbang lelaki dewasa. Lebih jauh, mesin dan kemajuan teknologi menurut Marx hanya menguntungkan kapitalis, bukan buruhnya.
Dan pada akhirnya Mark bersikeras bahwa capital tak lain adalah tenaga kerja “beku” dan karenanya upah akan menyerap keseluruhan dari produksi, setelah para pengkritik Marx mengatakan bahwa capital adalah produktif dan pantas mendapat pengembalian yang masuk akal. Sedangkan ekonom klasik saat itu tidak punya jawaban untuk menentang pendapat Marx. Dan karenanya Marx menang karena bisa “membuktikan” secara logis bahwa kapitalisme secara internal menciptakan “pertentangan kelas” yang hebat antara buruh, kapitalis, dan pemilik tanah dan kapitalis serta pemilik tanah mendapatkan keuntungan secara tidak adil. Murray Rothbard mengatakan , “pada pertengahan akhir abad 19, defisiensi ekonomi Ricardian menjadi nyata. Ilmu ekonomi itu sendiri menemui jalan buntu” (Rothbard 1980:237). Pandangan Marx baru bisa ditandatangani secara efektif setelah muncul karya Philip Wicksteed dan Eugen von Bohm-Bawerk, seorang ekonom Austria. Keduanya memfokuskan pada pengambilan risiko dan manfaat entrepreneurial yang disediakan oleh system kapitalis.
MENURUNNYA PROFIT DAN AKUMULASI KAPITAL
Akumulasi capital (modal) akan terus bertambah besar guna menghadapi persaingan dan menjaga agar upah tidak naik. Tetapi ini akan menimbulkan kesulitan dan krisis dalam kapitalisme. Sebab menurut rumus Marx untuk tingkat profit, s / (v = c), kita akan dapat melihat bahwa penambahan mesin akan menaikkan c dan karenanya menurunkan profit. Usaha besar menjadi lebih terkonsentrasi sebagai perusahaan besar yang memproduksi komoditas yang lebih murah, yang “selalu berakibat menghancurkan kapitalis yang kecil-kecil”. Sementara itu, buruh akan menjadi semakin menderita, karena kemampuannya membeli barang konsumen semakin menurun. Semakin banyak buruh yang dikeluarkan dari pekerjaan, dan semakin banyak pengangguran di “industrial reserve army”.
KRISIS KAPITALISME
Biaya yang turun, profit yang menurun, kekuatan monopolistic, berkurangnya konsumsi, pengangguran besar-besaran kelas proletariat, semua kondisi ini akan menciptakan “krisis yang lebih destruktif dan ekstensif” dan depresi bagi system kapitalis (Marx dan Engels 1964 (1848):13). Dan semua ini berasal dari teori nilai kerja.
IMPERIALISME KAPITALISME MONOPOLI
Marx sangat terkesan dengan kemampuan kapitalis untuk mengumpulkan lebih banyak modal dan menciptakan pasar baru, baik di dalam negeri maupun luar negeri. The Communist Manifesto mendeskripsikan fenomena ini dalam salah satu kalimatnya yang terkenal, “Borjuis semasa berkuasa selama seratus tahun telah menciptakan kekuatan produktif yang lebih massif dan kolosal ketimbang semua generasi sebelumnya”. Kapitalis disibukkan oleh upaya eksploitasi lebih menyeluruh terhadap pasar baru dan oleh upaya eksploitasi lebih menyelutuh terhadap pasar lama” (Marx dan Engels 1964: 12-13).
Marxis kelak mencirikan kapitalisme dan bisnis besar sebagai “imperialistik”, mengeksploitasi buruh asing dan suber daya asing. Teori imprealisme dan kolonialisme ini dikembangkan oleh J.A. Hobson dan V.I. Lenin. Banyak sikap anti-Amerika dan anti orang asing di negara berkembang pada abad 20 berasal dari Marxis, dan akibat dari sikap antikapitalis ini sangat merugikan, menghasilkan perlambatan bahkan penurunan pertumbuhan di banyak Negara di Asia, Afrika, dan Amerika latin.
MATERIALISME HISTORIS
Marx sangat dipengaruhi oleh George Wilhelm Hegel (1770-1831) dalam mengembangkan proses determinisme ekonominya. Tesis dasar Hegel adalah “Kontradiksi (di alam) adalah akar dari semua gerak dan kehidupan”. Hegel mendeskripsikan kontradiksi ini dalam istilah dialektika, kekuatan yang saling bertentangan yang pada akhirnya melahirkan kekuatan baru. “Tesis” yang mapan akan menimbulkan “antitesis” sebagai lawannya, yang pada gilirannya akan menciptakan “sintesis” baru. Sintesis baru ini menjadi “tesis” dan prosesnya dimulai lagi dari awal di sepanjang perjalanan peradaban.
Gambar diagram di bawah ini merefleksikan dilektika Hegel. Marx menerapkan dialektika Hegel pada pandangannya tentang sejarah yang bersifat deterministic. Jadi, jalannya sejarah dapat dideskripsikan seperti pada gambar di bawah ini dengan menggunakan konsep Hegelian







Menurut teori ini, perbudakan dilihat sebagai alat utama dari produksi atau tesis pada zaman Yunani-Romawi kuno. Feodalisme menjadi antithesis utama di abad pertengahan. Sintesisnya menjadi kapitalisme yang akan menjadi tesis baru setelah penrcerahan. Tetapi kapitalisme menghadapi antitesisnya sendiri-ancaman dari sosialisme. Pada akhirnya, pertentangan ini akan menghasilkan system produksi tertinggi, yakni komunisme. Dalam satu hal, Marx optimis. Dia sangat percaya bahwa semua sejarah akan mengarah ke bentuk masyarakat yang lebih tinggi, yang berpuncak pada komunisme.
SOLUSI MARX : SOSIALISME REVOLUSIONER
Marx merasa bahwa untuk mencapai komunisme diperlukan revolusi. Marx mendeklarasikan arah revolusioner ini dalam The Communist Manifesto pada 1848, dalam First International pada 1860, dan di Paris Commune pada 1871.
Meskipun revolusioner Jerman ini tidak mengungkapkan rencana-rencananya secara rinci The Communist Manifesto memasukkan sepuluh program (Marx dan Engels 1964:40):
1.      Penghapusan property tanah dan aplikasi semua sewa tanah demi tujuan public.
2.      Pajak pendapatan yang progresif atau bertahap.
3.      Penghapusan semua hak warisan
4.      Penyitaan property dari semua emigrant dan pemberontak
5.      Sentralisasi kredit di tangan Negara dengan menggunakan bank nasional dengan modal negara dan monopoli eksklusif
6.      Sentralisasi alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan Negara
7.      Perluasan pabrik-pabrik dan alat-alat produksi milik Negara: menanami tanah-tanah yang menganggur, dan meningkatkan kesuburan tanah secara umum sesuai dengan rencana bersama
8.      Kewajiban yang setara bagi semua untuk bekerja. Pembentukan tentara industrial, khususnya untuk pertanian.
9.      Kombinasi agrikultur dengan industry manufaktur, penghapusan bertahap perbedaan antara kota dan desa, dengan distribusi yang lebih seimbang kepada seluruh penduduk negeri
10.  Pendidikan bebas untuk anak-anak di sekolah public. Penghapusan tenaga kerja anak-anak di pabrik. Kombinasi pendidikan dengan produksi industry, dan seterusnya.
Sulit untuk membayangkan pencapaian tindakan-tindakan tersebut tanpa menggunakan kekerasan. Tetapi itu belum semuanya. Marx juga mendukung “dictator proletariat” yang otoritarian. Dia mendukung penghapusan property ((hak milik) pribadi, berdasarkan teorinya bahwa property pribadi adalah penyebab perselisihan, pertentangan kelas, dan sebentuk perbudakan” (1964:27). Dia setuju dengan Proudhon, bahwa “property adalah pencurian”. Tanpa hak milik pribadi, tidak perlu ada pertukaran, pembelian atau penjualan, dan karena itu Marx dan Engels mendukung penghapusan uang. Produksi dan konsumsi dapat dilanjutkan dan bahkan berkembang melalui perencanaan sentral tanpa pertukaran atau uang.
Marx dan Engels juga meminta penghapusan keluarga tradisional dalam rangka “menghentikan eksploitasi anak-anak oleh orang tuanya” dan untuk “menciptakan sebuah komunitas perempuan”. Pendiri komunisme ini mendukung program pendidikan anak muda yang anak ”menghancurkan relasi yang paling keramat” dan “mengganti pendidikan di rumah dengan pendidikan sosial”.
Marx juga mengatakan bahwa “agama adalah candu masyarakat”. “Komunisme menghapuskan kebenaran abadi, menghapuskan semua agama dan semua moralitas, dan membangunnya kembali dengan basis yang baru: karena itu komunisme bertentangan dengan semua pengalaman historis masa lalu.
PREDIKSI MARX TIDAK TERBUKTI
Pada tahun 1937, Wessily Leontief, orang Rusia yang memenangkan hadiah Nobel berkat analisis input-outputnya, mengatakan bahwa catatan Marx sangat “mengesankan” dan “benar” (Leontief 1938:5,8). Tetapi pujian Loentief tampaknya terlalu dini diberikan. Kemudian, seperti dikatakan bekas pemimpin Partai Komunis Polandia Leszek Kolakowski, “ramalan ini ternyata keliru” (Denby 1996:339). Alasannya:
1.      Di bawah kapitalis, tingkat profit tidak menurun, bahkan lebih banyak capital terakumulasi selama bertahun-tahun.
2.      Kelas pekerja tidak semakin menderita. Upah naik secara substansial di atas tingkat subsisten. Negara-negara industry menyaksikan kenaikan dramatis dalam standar hidup pekerjanya. Kelas menengah tidak lenyap, tetapi berkembang.
3.      Tidak banyak terjadi peningkatan konsentrasi industry dalam masyarakat kapitalis maju
4.      Masyarakat utopian sosialis tidak berkembang, revolusi proletariat juga tidak terjadi
5.      Meskipun ada adur hidup bisnin dan depresi besar, kapitalis tampaknya tetap berkembang pesat.
KRITIK TERHADAP MARX
Alasan pertama dan terutama hukum “ilmiah” ilmu ekonomi Marx keliru besar teori nilai kerjanya cacat. Ketika menolah pasar Say, dia juga menolak teori nilai Say yang masuk akal. Say benar ketika dia mengatakan bahwa nilai barang dan jasa pada akhirnya ditentukan oleh utilitas. Jika individu tidak menginginkan atau membutuhkan barang, maka berapa pun tenaga kerja yang dipakai untuk memproduksinya tidak akan berarti banyak: produk itu tidak akan menghasilkan nilai.
Dan bagaimana dengan semua benda berharga lainnya terus bertambah nilainya meskipun tidak memerlukan lebih banyak kerja, seperti seni atau tanah. Marx menganggap ini sebagai perkecualian untuk teorinya, menganggap tidak penting bagi persoalan angkatan kerja.
PROBLEM TRANSFORMASI
Marx menghadapi “problem transformasi”, atau problem nilai dan tingkat profit. Muncul konflik dalam system Marx karena beberapa industry adalah padat tenaga kerja dan yang lainnya padat modal. Dalam volume 1 dari capital, Marx menegaskan bahwa harga bervariasi berdasarkan waktu kerja, dan karenanya ia menyimpulkan bahwa industry padat modal akan kurang menguntungkan ketimbang industry padat kerja. Tetapi bukti yang ada tampaknya menunjukkan kesamaan tingkat keuntungan di semua industry dalam jangka panjang, karena modal dan investasi dapat berpindah dari industry yang kurang menguntungkanke industry yang lebih menguntungkan.
Dalam kata pengantar untuk volume 2 Capital, Engels menawarkan kontes penulisan berhadiah, yakni tentang bagaimana Marx akan memecahkannya. Selama 9 tahun sesudahnya, banyak ekonom berusaha memecahkannya, tetapi sampai terbitnya Capital volume 3, Engels mengumumkan bahwa tak ada yang berhasil (Rothbard 1995:413). Bohm-Bawerk melompati kegagalan ekonomi Marxian ini dan, meminjam kalimat Paul Samuelson, “Bohm-Bawerk benar ketikan mengatakan bahwa Jilid 3 Capital tidak mendamaikan kontradiksi tersebut” (Samuelson 1967: 620).
PERAN VITAL, KAPITALIS DAN ENTREPRENEUR
Marx gagal memahami pengetahuan dan kerja kapitalis dan entrepreneur. Bohm Bawerk, dan Alfred Marshall serta ekonom besar lainnya, mengakui sumbangan besar kapitalis entrepreneur dalam hal tekhnik pengambilan risiko dan menyediakan capital yang dibutuhkan (tabungan) dan keahlian manajemen yang diperlukan untuk mengoperasikan usaha yang mrnguntungkan.
FENOMENA BURUH-KAPITALIS
Perbedaan antara kapitalis dan buruh semakin mengecil. Semakin sedikit buruh yang hanya semata-mata pekerja biasa atau penerima gaji belaka. Main Street telah berhubungan erat dengan Wall Street untuk menciptakan buruh-kapitalis baru. Mereka melenyapkan semangat revolusioner di dalam pasar tenaga kerja.
Terakhir, pandangan Marx terhadap mesin dan barang capital hanya sepihak dan buruk. Mesin yang menghemat waktu dan tenaga kerja tidak sekedar mengurangi pekerja atau mengurangi upah. Mesin membuat pekerjaan lebih mudah dan menjadikan pekerja bias terlibat dalam aktivitas lain. Mesin dan tekhnologi berhasil mengurangi atau mengeliminasi “alienasi kerja” yang dikeluhkan Marx. Dengan mengurangi ongkos, mesin dan kemajuan tekhnologi menciptakan permintaan lain, dengan bayaran yang lebih baik, untuk pekerja yang tergantikan. Seperti dikatakan Ludwig von Mises satu generasi kemudian, “hanya ada satu cara untuk menaikkan tingkat upah secara permanen dan untuk keuntungan semua orang yang ingin mendapatkan gaji yakni mempercepat peningkatan dalam modal di atas populasi” (Mises 1972:89). Banyak bukti menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas kerja (out per jam) akan meningkatkan upah.
Ketika meringkaskan ekonomi Marxis, Paul Samuelson mengatakan (pada 1957) bahwa tak ada analisis ekonomi klasik Marxisme yang bertahan.
MARX, ANTI-EKONOM?
Michael Harrington mengatakan bahwa Marx pada dasarnya adalah anti-ekonom (1976:104-148). Tampaknya dia benar. Marx adalah seorang idealis naïf yang gagal memahami peran capital (modal), pasar, harga, dan uang dalam meningkatkan kemakmuran material manusia.
Ironinya adalah bahwa yang melepaskan pekerja dari belenggu kapitalisme, bukan sosialisme atau Mrxisme. Bahkan kapitalisme berhasil mencapai visi millennium untuk manusia seutuhnya secara lebih baik ketimbang sosialisme atau Marxisme.
Marx keliru ketika dia berpendapat bahwa sosialisme utopianya dapat mencapai peningkatan pesat dalam standar hidup buruh. Idealisme Marx akan membawa kita ke masa primitive atau bahkan era kehidupan tribal dan barter yang barbar, tanpa ada perdagangan dan pembagian kerja yang saling menguntungkan.
APA YANG TERSISA DARI MARXISME?
Yang bisa diselamatkan dari Capital dan tulisan Marx ada tiga:
Pertama, Marxisme menekankan beberapa isu kontemporer yang dikemukakan oleh marx:
·         Problem alienasi dan kerja monoton di tempat kerja.
Denby mengatakan “Alienasi adalah hilangnya diri: Kita bekerja untuk orang lain, memenuhi tujuan orang lain, dan sering kali kita menghadapi apa-apa yang kita produksi dengan ketidakpedulian dan bahkan muak” (1996:349).
Suatu masyarakat kapitalis yang perlahan-lahan meningkatkan kuantitas, kualitas dan variasi barang dan jasa akan mengurangi kejenuhan dan memperbesar peluang pemenuhan, biasanya dengan menjadikan hari kerja lebih pendek sehingga pekerja bias mencari pemenuhan dengan menjalankan hobi di luar jam kerja mereka.
·         Isu keserakahan, kecurangan, dan materialism dalam masyarakat kapitalis yang mencuri uang.
Denby menulis : “Kapitalisme menciptakan kecemburuan dan keinginan untuk mendefinisikan diri melalui barang-barang. Kapitalisme itu sendiri, dalam versi Amerikanya, bertanggung jawab atas turunnya moral” (1996:349). Argumen ini cukup popular, tetapi ditentang oleh tesis adam Smith dan Montesquieu yang menyatakan bahwa kultur bisnis pelan-pelan membatasi kecurangan dan keserahakan. Kapitalisme juga menghasilkan individu kaya yang meluangkan banyak waktu dan usaha di bidang spriritual, seni, nonmaterial, dan nirlaba yang bermanfaat bagi masyarakat.
·         Perhatian kepada kesenjangan kekayaan, pendapatan, dan peluang.
Profesor rekan Denby mengajukan kritik Marxis: “Dalam masyarakat borjuis, relasi antarmanusia mirip dengan relasi antarkomoditas….Jika uang tunai adalah satu-satunya hal yang menghubungkan kita, apa yang akan menyatukan masyarakat?” Kerinduan pada komunitas dalam ekonomi pasar yang sangat individualistic adalah perhatian utama. Denby memperingkatkan, “Di Amerika, tampaknya ikatan yang menyatukan kita semakin melemah” (1996:344-351)
·         Isu tentang ras, feminisme, diskriminasi, dan lingkungan.
Tidak ada yang membantah bahwa ekonomi pasar yang berkembang pesat membuat kita semakin independen dari komunitas. Pertukaran barang dan jasa sering menjadi anonym dan tak ramah. Jelas dalam masyarakat komunitarian, kita semua kenal tetangga kita semua kenal tetangga kita dan bisnis local. Tetapi apa yang kita korbankan?
NEXUS UANG
Di balik isu alienasi, kesenjangan dan materialism ditemukan komentar Marx yang sangat berguna tentang peran evolusioner dari uang. Di bab 3 buku Capital, dia mengawali dengan diskusi tentang barter antara dua komoditas, C dan C’. Pertukaran itu terjadi sebagai berikut:
C – C’
Ketika uang diperkenalkan, hubungannya berubah menjadi:
C-M-C’
Di sini uang mempersentasikan medium pertukaran antara dua komoditas. Normalnya, dalam proses produksi dari bahan baku menjadi akhir, uang dipertukarkan beberapa kali. Fokus dari system kapitalis adalah pada produksi barang dan jasa yang bermanfaat, dan uang hanya berfungsi sebagai medium pertukaran cara untuk mencapai tujuan.
Akan tetapi, Marx menunjukkan bahwa sangat mudah bagi kapitalis uang untuk memulai memandang dunia secara berbeda dan lebih sempit, hanya dari sudut pandang “mencari uang” ketimbang “memanfaatkan barang dan jasa”. Marx mempersentasikan cara berpikir bisnis baru ini sebagai berikut:
M-C-M’
Dengan kata lain, pengusaha menggunakan uang (kapital) untuk menghasilkan komoditas C, yang ada pada gilirannya dijual untuk mendapatkan lebih banyak uang M’. Dengan memfokuskan pada uang sebagai awal dan akhir aktivitas mereka, maka sangat mudah untuk kehilangan tujuan dasar dari aktivitas ekonomi menghasilkan dan mempertukarkan barang. Tujuannya bukan lagi C, tetapi M.
Terakhir, system pasar maju selangkah lebih jauh untuk menunjukkan di mana komoditas (barang dan jasa) tidak ada sama sekali. Proses pertukarannya menjadi:
M – M’
Tahap akhir mencerminkanpasar capital atau financial, seperti pasar uang dan sekuritas (saham dan obligasi). Kini, mudah bagi kapitalisme komoditas intuk menjadi kapitalisme financial murni, yang tercerabut dari akar produksi komoditas. Dalam lingkungan ini, orang-orang bisnis sering kali melupakan tujuan system ekonomi memperoduksi barang dan jasa dan berkonsentrasi hanya pada “mendapatkan uang”, entah itu melalui judi, tekhnik perdagangan jangka pendek, atau sekedar mendapat uang dari bunga bank atau T-bills. Tujuan dari pencarian uang paling baik dicapai dengan menyediakan barang dan jasa yang berguna, tetapi ini adalah pelajaran yang harus dipelajari berkali-kali dalam dunia komersial.
Jadi, kita bias melihat bagaimana kultur kapitalistik dapat menghilangkan tujuan dasar ekonomi dan rasa kebersamaan (sense of community). Tendensi untuk menjauh dari tujuan aktivitas ekonomi merupakan tantangan bagi para pengusaha, investor, dan warga untuk kembali ke tujuan dasarnya.