Sabtu, 26 April 2014

makalah sejarah teori ekonomi ke 5 John Stuart Mill




PROFIL JOHN STUART MILL
           
Saat itu tahun 1848, masa pemberontakan dan protess massal di benua Eropa. Saat itu adalah tahun ketika Karl Marx dan Friedrich Engels menulis karya revolisonar mereka, The Communist Manifesto. Sesosok hantu sungguh telah membayangi mereka Eropa – bukan hanya komunisme, tetapi juga isme – isme lainnya – Fourisme, Owenisme, Saint – Simonisme, dan tran – sendentalisme. Ada sosialisme utopian, sosialisme revolusioner, dan sosialisme nasionalis. Mereka semua tumbuh sebagai reaksi terhadap transformasi cepat dari ekonomi pertanian ke dunia industrial.
Paruh pertama abad 18 adalah era ketidakpuasan – Revolusi Industri, perang napoleon, dan pemberontakan demokratis di seluruh Eropa. Model pertumbuhan Adam Smith tidak  berjalan maju dan lancar, tetapi mengalami pembelokan dan koreksi tajam. Model idealistik Smith sudah melemah karena serangan dari Richardo dan Malthus. Peberontakan massal ini berpuncak pada 1848, sebuah masa yang kritis seperti tahun 1776. Pada 1848 pemberontakan rakyat meletus di Prancis, Jerman, Austria, dan Italia.

MILL BESAR DI DALAM KELUARGA TANPA KASIH SAYANG

Latar belakang keluarga Mill berperan penting dalam kariernya. Dia lahir di London, dan besar di bawah asuhan ayah yang cerdas tetapi suka memaksa, James Mill (1773-1836). Mill tua adalah kawan dekat David Ricardo dan Jeremy Bentham, dan seorang utilitarian radikal, orang yang keras kepala dan bersemangat tetapi tidak berperasaan. John Stuart Mill menulis tentang ayahnya bahwa “dia tidak sangat menyukai perasaan atau emosi, dia menunjukkan sebentuk kegilaan”. Dalam draft awal autobiografinya, dia melaporkan, “Jadi aku besar tanpa cinta dan tanpa rasa takut”(Mill 1961:184). Ibunda Mill adalah perempuan yang tidak terdidik dan tidak punya opini yang kuat. Dia menyalahkan ibunya atas sikap ayahnya yang dingin dan mudah tersinggung. Dia tidak menyukai ibunya, dan tak pernah menyebut-nyebutnya dalam autobiografinya.

MILL MENGUASAI BAHASA YUNANI PADA USIA TIGA TAHUN, ILMU EKONOMI PADA USIA EMPAT BELAS TAHUN, DAN TERKENA GANGGUAN SYARAF PADA USIA DUA PULUH TAHUN.

John Stuart Mill adalah anak yang terlalu cepat dewasa. Dia dididik oleh ayahnya yang suka mengatur-atur, yang ingin melakukan semacam eksperimen kepada anaknya yang tertua ini. (ketiga saudara laki-laki dan lima saudara perempuan Stuart Mill diperlakukan secara berbeda). Ayahnya adalah pendidik besar di abad 19. John tak punya pendidikan formal, tak punya gelar sarjana. Pendidikannya semuanya diperoleh di rumah, dan gurunya adalah ayahnya sendiri. Dia mempelajari bahasa Yunani pada usia tiga tahun, dan pada usia delapan tahun dia sudah bisa membaca karya Plato. Sejak itu dia bisa berbicara dan menulis dalam bahasa latin, dan kemudian dengan cepat mempelajari kalkulus, geometri, dan filsafat. Dia menekuni Principia Mathematica karya Newton saat dia masih berumur 11 tahun. Dia tidak diajari agama, tetapi diajari utilitarianisme Benthem, yang tulisan-tulisannya membuat dirinya menjadi seorang “radikal filosofis”.
Saat masih remaja, dia sudah menenkuni ilmu ekonomi klasik. Mengikuti jejak Malthus, dia menulis artikel-artikel tanpa mencantumkan namanya yang isinya mendukung kontrasepsi buatan. Dia sempat ditahan karena memberikan buku tentang pengendalian kelahiran kepada pelayan-pelayan wanita (Stafford 1998:5). Pada usia 14 tahun dia mempelajari kembali karya Ricardo. Selama berjam-jam dia dan ayahnya berjalan-jalan di hutan mendiskusikan ilmu ekonomi klasik. Ayahnya kemudian mengirimkannya ke Prancis, dan ini membuatnya mencintai literatur dan radiakalisme politik Prancis. Sebagai anak muda, dia hanya punya sedikit teman dan tidak ikut dalam olahraga. Dia menulis “Aku tak pernah menjadi anak-anak”(Courtney 1889:40). Para pakar kontemporer mensifati Mill sebagai “seorang pria yang diraja, botak, terlalu intelek, kurang bergairah, puritan dan serius” (Stafford 1998:23). Akan tetapi adalah salah jika menganngap Mill tak berteman dan tidak memiliki hobi-hobi seperti yang dinytakan dalam beberapa komentar. Dia suka bermain piano, suka berkebun, sering bepergian ke luar negeri, dan cukup bersosialisasi kecuali pada periode penarikan dirinya antara 1840 dan 1850.
Masa kecilnya keras dan kurang manusiawi, para observer manuliskan kurang makan dan bekerja dalam waktu yang panjang(Stafford 1998:44-45) dan tidak mengejutkan, Mill mengalami gangguan syaraf pada usia 21 tahun. Karena merasa kehilangan semua arti kehidupan, dia mulai berpikir untuk bunuh diri. Setelah membaca karya Wordsworth dia merasa terhibur, dan akhirnya pulih kembali dari keputusasannya, meskipun dia kelak berkali-kali mengalami lagi kejatuhan mental, termasuk saat ayahnya meninggal pada 1836.
Dia dan ayahnya adalah kawan akrab sepanjang hayat. John bekerja bersama ayahnya di East India Company dan memegang posisi yang bisa disejajarkan dengan Sekretaris Negara, mengingat status East India Company di India yang dikuasai Inggris. Seperti ditulis oleh biographer William Stafford, “mereka memainkan peran penting dalam menguasaiIndiameskipun mereka tak pernah pergi kesana, tak bisa bahasaIndiaatau bahkan tak pernah bertemu oang Indaia.”(1998:4). John Stuart Milll menjalani hidup yang disiplin; sarapan dengan telur rebus dan secangkir the, dan sesudah itu tak makan apa-apa lagi seharian.
James Mill meninggal dunia pada tahun 1836 karena tubercolosis; kematiannya sangat mempengaruhi putranya sehingga sang putra ini menderita kejang di wajah secara permanen.

MILL SOSOK YANG PENUH TEKA-TEKI KEHILANGAN KESEMPATAN BESAR

John Stuart Mill (1806-743) adalah cerminan dari zamannya penuh teka – teki (enigmatic) dan lenyap di abad penuh pergolakan. Dalam banyak hal Mill adalah perwujudan dari pahlawan tragis Yunani, protagonis yang bersemangat yang mengakhiri kariernya dalam kesulitan yang membingungkan. Dia adalah cendekiawan besar, tokoh liberal klasik, dan pendukung aliran ekonomi klasik. Seperti Ricardo, Mill mendorong kebebasan personal dan membela hokum Say yang merupakan landasan makro ekonomi klasik. Dia juga menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan (irredeemable). Dia keberatan terhadap moralitas yang dipaksakan, intoleransi, dan Negara agama. Dan dia adalah seorang abolisionis yang mendukung hak perempuan untuk memilih.
Tetapi dia juga terkenal karena ketidakkonsistenannya dan kontradiksinya. Dia membela kebebasan berusaha tetapi dia mengaku sosialis. Dia berselingkuh dengan sosialisme sepanjang kariernya, mendukung perubahan revolusioner dalam kultur Victorian, mencemaskan soal kelebihan penduduk, dan mendukung teori distribusi. Kesukaannya pada utilitarian Bethamite membutakan dirinya sehingga dia mendesak pemerintah untuk campur tangan dalam perekonomian. Dia tak mempersoalkan pajak warisan yang memberatkan dan nasionalisasi tanah, dan dia mempertanyakan keadilan hak milik pribadi. Tindakan yang disebut belakangan inilah yang membuat Hayek mengatakan bahwa pengaruh Mill menyebabkan berkembangnya sosialisme.

PERTEMUAN MIIL DENGAN SEORANG PEREMPUAN YANG PALING MEMENGARUHI HIDUPNYA

Tahun 1830 adalah titik balik dalam kehidupan pribadi Mill. Dia bertemu Harriet Taylor, seorang utilitarian yang  cerdas dan menganut dogmatisme.
John Stuart Mill mengakui pengaruh Harriet terhadap dirinya, terutama dalam membawanya kea rah sosialisme. Tentu saja, tidak semua orang setuju dengan penilaian Mill terhadap istrinya. Carlyle menganggap Harriet “punya akal yang kurang bijak, selalu menanyakan ulang dan menanyakan ulang pertanyaan-pertanyaan bodoh” dengan “mata hitamnya yang besar yang berkedip-kedip tak jelas saat Mill sedang mendiskusikan pembicaraan yang berhubungan dengan semua topik berat (Stafford 1998:21).
Harriet merawat Mill saat dia menderita TBC pada awal 1850-an. Harriet juga jatuh sakit,dan berpikir bahwa mereka berdua akan mati dalam waktu setahun lagi. Karenanya mereka melakukan wisata ke Italia, Sisilia, dan Yunani. Ajaibnya, mereka berdua sembuh.
Setelah sembuh, Mill dan istrinya terkenal sebagai orang yang angkuh dan merasa elite. Saat bepergian ke luar negeri, Mill biasanya memberikan penilaiann terhadap orang-orang yang ditemuinya. Dia akan menilai kecerdasannya, bahasanya dan pandangan politiknya. Dia merasa tidak ada yang menyamai dirinya dan istrinya.

“MUSIM SEMI HIDUPKU HANCUR ”

PRESTASI tertinggi Mill adalah karyanya yyang berjudul on Liberty, yang ditulis bersama istrinya. On Liberty “disususn secara cermat” kata Mill sehingga “Saya tidak mengubah atau menambah lagi isi buku itu, selamanya” (1989:xi). Dia mempersembahkan buku itu untuk Harriet, yang tragisnya meninggal Karen tubercolosis pada 1858, setahun sebelum buku itu terbit. Dia menulis sebuah eulogi yang indah, menyebut Harrier sebagai “sososk yang tak ada bandingannya diantara manusia yang pernah aku kenal atau baca (Stafford 1998:10). Dia membangun makam marmer yang mahal untuknya diAvignon, yang diziarahinya setiap hari.
Putri angkat Mill, Helen Taylor, menjadi sahabatnya, dan banyak menghiburnya. Mill tak banyak mempublikasikan buku selama 10 tahun, tetapi setalah Harriet meninggal, dia menulis secara konstan, dan buku-bukunya diterbitkan dengan harga murah dalam People’s Edition; untuk menurunkan harga, dia setuju tidak mendapatkan royalty. Dia terpilih sebagai anggota Liberal di Parlemen untuk Westminster pada 1865 samapai 1868, menentang perbudakan di Amerika dan mengkampanyekan hak pilih perempuan. Dia mendapat ancaman dibunuh setelah mendukung hukuman mati untuk Gubernur Edward Eyre, yang secara brutal membantai pemberontakan Negro di Jamaica. Pada 1869 dia mempublikasikan The Subjection of Women dan pada 1873 dia meninggal karena demam dan pembengkakan kulit pada usia 67 tahun. Dia dimakamkan di sebelah Harriet. Tak lama kemudian Helen Taylor mempublikasikan Autobiography dan beberapa tahun kemudian, pada 1879, Chapters on Socialism diterbitkan. Collected Works (terdiri dari 33 volume) diterbitkan antara 1963 dan 1994 dan diedit oleh J.M Robson.

ARTI PENTING TAHUN 1848
           
Tahun 1848 juga penting bagi John Stuart Mill dan pengaruhnya di seluruh dunia: publikasi buku teksnya, principles of political Economy, yang akan mendominasi dunia Barat selama setengan abad dan diterbitkan sampai edisi ke-32, sampai Alfred Marshall merebut pengaruhnya pada 1890.
Buku ini menyatakan bahwa hukkum produksi ditetapkan secara objektif namun hukum distribusi adalah variabel. “Distribusi Kekayaan adalah soal institusi manusia semata. Institusi ini bisa didirikan oleh siapa saja yang menghendakinya dan bisa menggunakan istilah apa saja” (Mill 1884: 155). Dia menambahkan, “Jika harus memilih antara komunisme dan semua tawaranya dengan keadaan masyarakat sekarang yang penuh ketidakadilan dan penderitaan, maka semua kesulitan, besar atau kecil, atau komunisme, tak lebih seperti debu di dalam rekening” (1884: 159). Dia juga mempertanyakan kebenaran dari ide hak milik (property) pribadi.
Buku teks Miil benar – benar bersifat Ricardian, dengan memfokuskan pada kesenjangan pendapatan, bukan pertumbuhan.
Kebebasan, menurut buku John Stuart Mill yang berjudul OnLiberty(Perihal Kebebasan), bukanlah asal semau-maunya sendiri (yang sering mendapat cap tidak enak: liberal). Kebebasan juga bukan berarti kontrol ketat segala lini kehidupan masyarakat oleh negara, sehingga daya-daya masyarakat (civil society) harus tiarap.
Kebebasan menurut John Stuart Mill secara ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan dirinya sendiri, bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, tanpa pembatas, yang mengakibatkan daya kritis masyarakat tetap tiarap, namun perbuatan bebas yang diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan orang lain, dan sebaliknya menguntungkan kedua belah pihak.
Hal demikian itu merupakan cerminan hakikat keadilan bersifat universal, secara psikologis dapat mendatangkan kepuasan semua pihak dan secara aksiologis mendatangkan manfaat untuk mengatasi persoalan kehidupan masyarakat yang makin berkembang, pluralistik serta memberi manfaat berupa kebahagiaan bersama.
Dalam konteks universal, nilai moral substansial yang berupa kseimbangan hak dan kewajiban yang diajarkan John Stuart Mill melalui filsafat kebebasannya, sejak tahun 1948 diperjuangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat Piagam PBB yang dikenal dengan sebuatan Declaration of Human Rights. Substansi deklarasi tersebut, katanya, berisi anjuran kepada bangsa-bangsa di dunia untuk menghargai dan mengembangkan hak-hak asasi, hak-hak kebebasan manusia, serta kewajiban mentaati hokum sebagai sarana pembatas demi terjaminnya pengakuan dan penghargaan terhadap kebebasan orang lain, sebagai syarat terpenuhinya keadilan dalam kehidupan bersama, baik kehidupan antara sesama manusia, sesama bangsa dan negara.
Salah satu butir yang dikupas dalam buku ini adalah sampai sejauh mana kinerja masyarakat secara sehat mampu menghasilkan individu-individu besar yang mandiri, kuat, terbuka dan kritis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, untuk pada akhirnya sampai pada kebenaran.
Salah satu kriteria kuncinya ialah tingkat pendidikan. Generasi yang ada sekarang bertanggung jawab atas generasi masa depan. Dan pendidikan yang bermutu membuka ruang-ruang diskusi yang bebas, kreatif lagi beradab dalam seni mengelola perbedaan pendapat. Rasa curiga berlebihan tanpa dasar, apalagi jika disertai kekerasan, bukanlah cara terhormat untuk sebuah masyarakat yang beradab.

MILL MENULIS KARYA MENULIS KARYA KLASIK LIBERTARIAN

Mill memberi tiga kontribusi utama. Yang pertama adalah di bidang kebebasan personal dan individualitas. Buku tipisnya. On Liberty, dianggap sebagai karya klasik dalam filsafat, “pernyatan ringkas tentang individualitas manusia yang paling fasih, paling signifikan dan paling berpengaruh” (Collini dalam Mill 1989 [1859]: vii).
Akan tetapi, pendukung pasar bebas akan kecewa jika mereka mengharapkan menjumpai tulisan yang menyerang intervensionosme Negara. On Liberty adalah protes terhadap moralisme koersif, bukan terhadap pemerintah. Karena lama dipengaruhi oleh hubungannya dengan Harriet Taylor, prinsip utamanya adalah penolakan terhadap sikap Victorian – intoleransi, sikap ingin benar sendiri (self-righteousness), kelemahan Calvinisme, Puritanisme, dan kelakuan kriste. Mill menentang prasangka, kebiasan, dan keragaman pemikiran.
Bukunya yang terakhir tersebut, principles of political economy dimaksudkan untuk menyarikan teori-teori ekonomi pada masanya. Dalam kenyataan, buku tersebut dapat dikatakan sebagai versi modern dari the wealth of nations Adam Smith. Hal itu karena buku Mill inilah yang kemudian jadi pegangan utama mahasiswa yang ingin belajar ekonomi hingga akhir abad ke XIX. Buku tersebut dianggap sebagai apogee dari mazhab klasik, mulai dari pandangan Smith, Malthus, Ricardo, dan Say. Dalam buku tersebut Mill mengatakan tidak ada teori yang orisinil dari pemikirannya sendiri. Akan tetapi tampaknya ia terlalu merendah. Hal itu disebabkan konsep return to scale adalah orisinil dari Mill. Mill juga orang yang pertama mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut olehMarshall.
Dalam principles of political economy pandangan-pandangan klasik disempurnakan dan diberi sentuhan yang lebih manusiawi. Di tangan Mill, individualism tak lagi tampil kasar dan kaku. Sebagai sesama kaum klasik, Mill menentang pihak-pihak yang menuduh paham laissez faire sebagai “ilmu yang menyedihkan dan muram” (dismal science) dan menuduh teori upah Richardo sebagai “teori upah besi”. Sehingga dikutip Brinton (1981) dari the principles of political economy.
By what mean, then, is poverty to be contended against? How is the evil of low wages to be remedied? If the expedients usually recommended for the purpose are not adapted to it, can no others be thought? Is the problem in capable os solution? Can political economy do nothing but only onject to everything…
Di lain pihak, Mill mendukung toleransi, skeptisisme, dan pemikiran bebas. Dia mendukung hak pilih perempuan, dn hak perempuan untuk memegang jabatan dan berpartisipasi di dalam semua bidang. Dia membela semua kebebasan pemikiran dan individualism, bahkan sampai memaafkan perilaku yang paling eksentrik sekalipun. Orang-orang pada zamannya pada umumnya menentang pandngan Mill, dan menganggapnya sebagai serangan terhadap ajaran Kristen dan apologi bagi perceraian, tetapi dewasa ini para libertarian banyak mendapat inspirasi darinya.
John Stuart Mill, yang juga terkenal sebagai ekonom. Ia juga mendasarkan pendangan liberalnya atas filsafat individualistik utiliter. Namun kemudian ia cenderung pada filsafat ekonomi yang mengarah pada sosialisme demokratis yang lebih moralistis. Mill mengemukakan bahwa keinginan untuk memeroleh kesenangan yang besar merupakan satu-satunya motif tindakan individu, dan bahwa kebahagiaan yang paling besar dari setiap orang merupakan patokan bagi kebaikan masyarakat dan sekaligus menjadi tujuan dari semua tindakan moral.
Karya klasik Mill tidak banyak membahas kebijakan pemerintah, kendati dia menentang undang-undang Sunday blue dan beberapa bentuk larangan lainnya. Secara umum, filsafat personalnya adalah laissez faire: individu bebas untuk bertindak sepanjang tindakannya tidak merugikan orang lain.







MILL PENGIKUT RICARDIAN YANG MEMBELA HUKUM SAY

Mill sangat dipengaruhi oleh ekonomi Ricardian yang berakibat baik dan buruk. Akibatnya, baik dalam pengertian bahwa dia mendukung system kebebasan natural Adam Smith, dan hukum pasar Say. Pada 1829-1830 dia menulis Essay On Some Unsettled Question Of Political Economy (terbit pada 1844). Salah stu esainya berjudulOf the Influence of Consumption on Production” (1874: 47-74). Dia menyebut masyarakat konsumen proto-keynesian-yakni permintaan menciptakan penawaran – sebagai sebuah doktrin “jahat” dan “ absurditas yang gambling”. Dia mengatakan, “konsumsi tak boleh didorong” (halaman 47-48). Lebih jauh:
Orang yang menyimpan pendapatannya sam akonsumtifnya dengan orang yang membelanjakannya: dia mengonsomsi dengan cara lain; penda-patan akan menyedaiakan makanan dan pakaian yang akan dikonsumsi, alat dan material yang akan dipakai, oleh pekerja produktif. Karena itu, konsumsi telah mengambil alih sampai pada tingkat terbesar yang dihasilkan produksi; tetapi, dari dua jenis produksi, yakni yang reproduktif dan tak produktif, yang disebut pertamalah yang menambah kekayaan nasional, sedangakan yang kedua merintangi. Hal-hal yang dikonsumsi untuk reproduksi akan menghasilkan komoditas dengan nilai yang setera, yang biasanya menambah profit (Mill 1874:48).
Berkanan dengan upaya pemerintah untuk menstimulasi konsumsi secara artificial, Mill menulis:
Usaha pemerintah utuk mendorong konsumsi akan menurunkan tabungan; yakni, mempromosikan konsumsi tidak produktif dengan mengorbankan konsumsi reproduktif, dan mengurangi kekayaan nasional melalui cara yang sesungguhnya dimaksudkan untuk menambahnya (1874: 48-49).
Ini adalah prinsip say. Tidak mengejutkan, ketika Mill menulis bukunya pada 1848, dia mengesampingkan diskusi konsumsi dan sepenuhnya berfokus pada produksi dan distribusi.
Seperti Richardo, Mill juga menentang uang kertas yang tidak dapat dipertukarkan.
Akan Tetapi, pada sisi buruknya, ekonomi Mill berkaitan dengan teori distribusi Ricardian: upah dan profit bervariasai secara berkebaliakan, harga ditentukan oleh biaya tenaga kerja, dan upah jangka panjang akan turun sampai level subsisten. Mill mengadopsi teori sewa Ricardo, yang sangat anti pemilik tanah. Karenanya Mill mendukung nasionalisasi tanah di India ketika dia bekerja untuk East India Company. Lebih jauh, dari segi property pada umumnya, Mill mendukung penyitaan tanah dan property jika seseorang mati tanpa meninggalkan pewaris. Selain itu, menurut Mill, tidak ada justifikasi untuk menyimpan tanah yang menganggur, sebuah tema yang juga dibahas Henry George. “Ketika tanah tidak dimaksudkan untuk ditanami, maka tidak ada alas an untuk dijadikan sebagai hak milik” (Mill 884 [1848]: 173).

MILL MENDUKUNG REDISTRIBUSI KEKAYAAN DAN PENDAPATAN

Terakhir, Mill mengikuti jejak Ricardo dalam memishkan prinsip distribusi dari hokum produksi, seperti yang telah kita temukan di awal bab. Kutipan paling terkenal berasal dari paragraph pertama dalam buku II yang berjudul “Distribution”. Mill mengatakan:
Hukum dan syarat-syarat produksi kekayaan berasal dari kebenaran fisika. Tidak ada hal opsional atau arbiter di dalamnya. Tetapi distribusi adalah soal lain. Distribusi kekayan adalah hal yang berbeda. Ini adlah soal institusi manusia semata. Setelah hal itu ada, manusia, baik secara individuatau kolektif, dapat berbuat semaunya. Mereka bias menempatkannya untuk melayani siapa saja yang mereka kehendaki, atau dengan syarat apa saja. Distribusi kekayaan tergantung kepada hokum dan adat masyarakat (Mill 1884:55).
            Menurut hayek, ini adalah jenis pemikiran yang membuat para intelek tual mendukung semua semua jenis serangan terhadap properti dan kekayaan, dan mendudkung pajak dan skema penyitaan yang ditujukan untuk pendistribusian ulang kekayaan dan pendapatan, sebab mereka mengaanggap skema radikal ini bias dilakukan tanpa merugikan pertumbuhan ekonomi. “saya secara pribadi percaya bahwa alasan yang membuat intelektual masuk ke sosialisme adalah John Stuart Mill” (Boaz 1997:50).
Mill mempengaruhi para intelektual mulai dari H.G Wells sampai Webbs dan pemikir sosialis sedemikian rupa sehingga Sir illiam Hrcourt, wakil bendahara Negara, pada 1984 mengatakan, “kita semua sekarang sosialis” (Stafford 1998: 18). Perlu waktu bertahun-tahun sebelum para ekonom yang terdidik dalam analisis marginal, menantang kaum redistribusionis dengan mengajukan argumen bahwa teori distribusi tidak bias dipisahkan dari teori produksi. Menurutu pemikiran revolusioner marginalis, produsen barang dan jasa di bayar berdasarkan hasil kerja mereka, berdasasrkan produk marginal yang dipotong.
Tindakan sosialis untuk meredistribusi kekayaan dan pendapatan memang memengaruhi aktivitas ekonomi. Seperti dikatakan Hayek, “jika kita memproduksi apa saja yang kita senangi, maka orang tidak akan pernah memproduksi hal itu lagi” (Boaz 1997:50).

PERSELINGKUHAN MILL DENGAN SOSIALISME

Untuk memperkenalkan teori distribusi, Mill segara mengawalinya dengan diskusi tentang kebaikan sosialisme. Dia keberatan dengan kapitalisme dan merasa bahwa property pribadi tidak selalu diperoleh secara adil atau layak.
Dia mendeskripsikan tiga system sosialis:
1.      Sosialisme utopian: masyarakat kooperatif, seperti yang dikembangkan oleh Robert Owen, Saint-Simon, dan fourier.
2.      Sosialisme revolusioner: kelompok nradikal, termasuk komunis yang berusaha merebut kekuasaan dengan paksa, menasionalisasikan industry, dan mencabut hak milik pribadi.
3.      Sosialisme Fasis: regulasi birokratis dan control industry dan alat-alat produksi, distribusi dan perdagangan, seperti yang didukung oleh Fabian Sociey dan Partai Buruh Inggris.
Mill kritis terhadap bentuk sosialis revolusioner dan fasis, t etapi bersimpati kepada komunitarianisme utopian, yang mengandung kebebasan dan tanpa kekerasan. Inilah sosialisme yang dimaksudkannya. Jadi Mill membuka jalan “menurun dari kesehatan dan konservatitifisme David Hume abad 18 ke sosialisme Fabian dan Kolektifisme Beatrice Webb” (Stafford 1998:19).










RINGKASAN

JOHN STUART MILL merindukan kebahagiaan desa komunitarian sukarela, tetapi semua komunitas semacm itu mengandung cacat: Meraka tak pernah bertahan lama. New Harmoni, Modern Times, United Order-mereka semua sangat terkenal\, tetapi pada akhirnya semuanya bubar sebagai akibat dari kemalasan, utang dan kecurangan.
Tak lama setelah era Mill, muncul bentuk sosialisme baru, yakni jenis sosialisme revolusioner. Jika warga negara tidak bisa dibujuk untuk bekerjasama, maka mereka harus dipaksa untuk patuh denga cara tangan besi dan diancam di bawah ujung bayonet. Pelan-pelan, mata para reformis berpaling kepada satu orang terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar