A.
SIAPA
ROBERT MALTUS?
Maltus di lahir pada tahun 1776 dari keluarga kaya.
Maltus dibaptis dengan nama Thomas Robert, tetapi selalu dikenal dengan Robert
atau Bob ole keluarga dan kawanya. (Dewasa ini oleh para sejarawan dia umumnya
disebut “Thomas Maltus”.) sebagai putra bungsu dari kedelapan bersaudara, dia
sangat akrab dengan kelebihan persoalan penduduk. Iman Kristennya menganjurkan
di bentuknya keluarga yang besar. di kota Wotton, Surrey. Ayahnya adalah
tentara pengawal di pedesaan yang kaya. Ia berusaha keras agar Malthus
memperoleh pendidikan yang baik. Pertama-tama Malthus diberi pelajaran oleh
ayahnya dan pengajar privat di rumah. Kemudian ia dikirim ke sekolah swasta
yang sangat baik. Pada tahun 1784 Maltus masuk Universitas Cambridge mengambil
jurusan matematika dan Bahasa dia
mempelajari beberapa bahasa. Dia senang bermain kritik dan kehidupan sosial dan
ikut bergabung dengan beberapa klub disepanjang hidupnya. Setelah dia lulus
pada 1788 dia mengikuti Holy Order dan
menjadi pendeta untuk gereja Inggris, yang mensyaratkan hidup selibat.
B.
ROBERT
MALTUS (1985[1790]:79)
Publikasi The Wealth of Nations
karya Adam Smith pada 1776 diiringi dengan era baru optimisme di Eropa. Para
pembaru sosial berharap bisa mengikuti jejak Revolusi Amerika yang menjanjikan
“ kehidupan, kebebasan, dan kebahagiaan”, dan Revolusi Prancis menjanjikan
“liberté, egalité, fraternité. William Wordsworth mendeskripsikan idealisme
awal Revolusi Prancis ini dalam salah satu bagian di dalam The Prelude
(1986 {1850} Buku 11, bait 108-109)
Fajar kehidupan
membawa kebahgiaan
Sejak Sir Thomas More menulis Utopia,
para filsuf memimipikan dunia kebahagiaan universal tanpa perang, tanpa
kejahatan, dan tanpa kemiskinan. Si jenius Adam Smith, dan rekan-rekannya
seperti Montesquieu, Say, Bastiat dan de Tocquevillle, mengembangkan sistem
ekonomi “kebebasan alamiah” yang dapat menciptakan perdamaian, keseteraan, dan
kekayaan universal.
Model itu mendapat tantangan berat,
dan ironisnya tantangan ini dilancarkan oleh salah satu murid Smith. Thomas
Robert Malthus dan David Ricardo. Malthus mengajukan isu yang terkenal hingga
sekarang: Dapatkah planet yang penuh sesak dengan manusia, dengan sumber
daya yang diperas habis-habisan, akan menghancurkan visi kemakmuran demokratis
Adam Smith?
C.
VISI
UTOPIAN DARI CONDORCET DAN GODWIN
Teori populasi
malthus disusun sebagai reaksi terhadap ide dari fulsuf popular dari masa
pencerahan abad 18: filsuf prancis Marquis de Condorcet (1743-94) dan
menteri Inggris yang radikal,William Godwin (1756-1836).
Pencerahan abad 18
dipimpin oleh sekelompok ilmuwan, filsuf dan penulis yang lebih memilih ilmu pengetahuan ketimbang
takhayul lebih memilih akal ketimbang iman, toleransi ketimbang fanatisme,
individualisme ketimbang kolektivisme, dan materialisme ketimbang pengiritan.
Orang-orang pencerahan ini Locke, Voltaire, Montesquieu, Jefferson, Paine,
Franklin sangat percaya pada kemajuan ekonomi dan egalitarianisme kebanyakan
dari mereka setuju bahwa pertumbuhan populasi akan bermanfaat dan menjadi
sumber kekuatan dan inovasi di bidang ekonomi dan politik.
Salah satu tokoh optimis di abad
pencerahan ini adalah Marie Jean- Antoine- Nicholas de caritate (1743-94), yang
lebihg dikenal sebagai Marquis de Condorcet. Condorcet adalah seorang ahli
matematika dan libertian yang memiliki kemampuan membuat perkiraan secara
menajubkan. Condorcet meramalkan bahwa dalam jangka waktu 200 tahun ke depan
akan terjadi peningkatan produktivitas dalam bidang manufaktur dan agrikultur,
perumahan dan makanan, dan peningkatan subtansial dalam jumlah penduduk dan
harapan hidup, serta kemajuan pesat di bidang teknologi pengobatan dan
penghilangan penyakit (Kramnick 1995:26-38). Dia menulis karya terakhir ini
dengan judul “The Future Progress Of The Human Mind”, saat dia bersembunyi
karena diancam hukuman mati.
William Godwin juga orang yang
optimis, tetapi agak esentrik. Menteri Inggris ini adalah seorang anarcho-
communitarian yang idealistik, yang diilhami oleh Revolusi Prancis. Dia
menolak visi Hobbesian tentang kehidupan yang “kacau, kasar dan singkat”. Dia
sepaham dengan Adam Smith yang membayangkan munculnya dunia baru yang makmur.
Dia percaya bahwa kejahatan akan lenyap, relasi manusia akan harmonis secara
sempurna danm mauuisa bisa abadi, hanya jika hukum dan property dihilangkan.
Godwin menyuarakan optimismenya dalam karyanya yang berjudul political
justice (1793), yang berisi tentang era baru yang dicirikan oleh manusia
yang sehat, panjang umur, dan baik. Dia meramalkan , “tidak akan ada penyakit,
atau kemarahan, atau kesedihan atau kekecewaan”, dan pemerintah tidak akan lagi
dibutuhkan karena “ setiap orang akan berbuat demi kebaikan semuanya”.
D.
MALTHUS
MENENTANG KAUM YANG OPTIMIS
Tetapi tantangan
terbesar terhadap era filsafat baru ini berasal dari tokoh muda yang kurang
ajar, Robert Thomas Malthus (1766-1834). Pada 1798 saat berusia 32 tahun,
Malthus mempublikasikan karya tanpa mencantumkan namanya, yang berjudul Essay
On Population yang pada intinya mengatakan bahwa sumber daya bumi tidak
bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus bertambah. Pemikirannya yang
muram ini mengubah lanskap ekonomi dan politik, dan dengan cepat melenyapkan
pandangan positif Adam Smith, Condercet, Godwin, dan pendukung pencerahan
lainnya. Malthus bersama kawan karibnya, David Ricardo menegaskan bahwa tekanan
terhadap sumber daya terbatas akan selalu membuat manusia mendekati garis
kemiskinan. Dengan demikian Malthus dan Ricardo membalikkan ekonomi Smithian
yang cerah, meskipun mereka berdua juga pendukung kebijakan laissez faire
Smith
E.
PENGARUH
MALTHUS YANG LUAR BIASA
MALTHUS sangat
mempengaruhi pemikiran modern:
1.
Dia
dianggap sebagai pendiri studi demografi dan populasi. (Inggris melakukan
sensus pertamanya pada 1801, akibat dari pengaruh studi Malthus)
2.
Dia
dianggap sebagai guru perekayasa social yang mendukung control populasi dan
batas pertumbuhan ekonomi ( lihat update 1)
3.
Esainya
tentang populasi memperkuat pandangan muram dan fataklsitik dari banyak ilmuwan
dan pembaru social, yang meramalkan akan muncul kemiskinan, kematian,
penderitaan, peran dan kerusakan lingkungan sebagai akibat pengambilan sumber
daya oleh populasi ( lihat update 2 )
4.
Dia
mengilhami teori evolusi Darwin. ( lihat kontak dihalaman selanjutnya )
5.
Karya
utamanya sagat mempengaruhi teori ekonomi makro John Maynard Keynes yang
didasarkann pada gagasan bahwa daur hidup bisnis disebabkan oleh perubahan
dalam
6.
“permintaan
efektif” total oleh konsumen dan investor ( lihat di bab 13 )Pesimisme Malthus
dan Ricardo membuat ilmu ekonomi dicap sebagai “ilmu yang muram”.
Selama bertahun-tahun
tesis Malthus tentang meledaknya populasi diterima oleh banyak ekonom
terkemuka, termasuk David Ricardo, John Stuart Mill, Knut Wicksell, dan
William Stanley Jevons. Sejumlah kritikus sosial dan pemerhati ekologi modern
juga mendukung pandangan Malthus dan menuduh bahwa sejumlah penduduk yang
terlalu telah menimbulkan kelaparan, kekurangan, kekurangan, perang dan
populasi ( lihat update 2 ). Bahkan beberapa tokoh konservatif seperti Russell
Kirk juga membela Malthus. (Nickerson 1975:3-7).
Akan tetapi, tidak
semua orang mengakui argument Malthus yang pesimis. Marxis menolak teori
populasi Malthus yang suram, yang oleh Friedrich Engels disebut “teori paling
keji dan barbar” yang bisa dibayangkan (Malthus 1985:51-52). Dan kebanyakan
ekonom sejak 1900-an juga meninggalkan tesisi malthus karena dalam kenytaan
terjadi peningkatan besar di dalam produksi pangan dan output ekonomi ( lihat
update 2 ).
Meskipun demikian,
selama abad 19, pandangan Malthus tentang kelebihan populasi dan sumber daya
yang terbatas menghantui dunia modern.
F.
MALTHUS
MENULIS RISALAH YANG KONTROVERSIAL
Malthus menulis karya klasiknya
setelah berdebat dengan seorang kawannya” tentang teori utopia William Godwin.
Kawannya itu ternyata adalah ayahnya, Daniel Malthus, murid filsuf prancis yang
penuh skandal, Jean Jacque Rousseau. Kalimat Rousseau, “Manusia
dilahirkan bebas namun terbelenggu dimana-mana” merefleksikan konflik antar
idealisme dan realitas pada zamannya (1968-49).
Perdebatan tentang pandangan Godwin
sangat keras sehingga Malthus muda menulis sebuah karya yang kuat untuk
menentangnya. Mengikuti tradisi pada masa itu, karya Malthus menggunakan judul
yang panjang, an essay on the principle of populations as it affects the
future improvement of society, with remarks on the speculation of Mr. Godwin, M
Condorcet, and other writers (1798).
G.
LELAKI
PALING DILECEHKAN PADA ZAMANNYA
TESIS muram Maltus adalah “kekuatan
populasi jauh lebih besar ketimbang kekuatan bumi untuk memproduksi kebutuhan
bagi manusia” dan karena itu mayoritas manusia akan mengalami kehidupan
Hobbesian (1985[1798] : 71)
Essaynya menimbulkan badai kritik
kontrovatif, penganut liberal, dan radikal utopia. Menurut Maltus, setiap usaha
untuk menciptakan usaha yang lebih baik justru akan selalu kontroprobuktif. (
pada 1815, Maltus mendukung Cron Law di Inggris, yang menetapkan bea impor
untuk gandum yang akan menaikkan harga roti dikalangan pekerja miskin).
H.
MALTHUS
MENENTANG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINANA, PENGENDALIAN KELAHIRAN, DAN BAHKAN VAKSIN?
Wiliiam Cobbett
menulis kritik berikut ini: “ Bagaimana Malthus dan murid-muridnya yang nakal
dan memalukan dan orang-orang yang ingin menghilangkan kemiskinan bisa
mencengah orang miskin untuk menikah; bagaimana golongan yang bodoh sekaligus
penipu ini nanti bisa memandang wajah orang yang berjuang mengangkat senjata
mempertaruhkan nyawanya demi membela tanah airnya” (Down 1983:249-50)
Maltus menghabiskan
sisa hidupnya untuk mempertahankan dan merevisi tersis overpopulasinya,
meskipun dia juga menulis buku lainnya. Dia banyak berkeliling Eropa untuk
mengamati persoalan populasi.
I.
PERNIKAHAN,
MENGAJAR, DAN KEMATIAN
Pada April 1804, pada
usia 38 tahun, Maltus menikahi Hariett Eckersall. Mereka dikaruniai anak
pertama pada Desember, hanya delapan bulan setelah menikah. Maltus dan istrinya
pada akhirnya memiliki tiga anak dan menjalni hidup rumah tangga yang tenang.
Pada tahun 1805 dia
diangkat menjadi profesor sejarah modern dan ekonomi politik di perguruan
tinggi yang baru, East India Company College di Halleybury. Yang didirikan
untuk memdidik pegawai sipil di East India Company jadi memang Maltus memegang
jabatan puncak di jurusan ekonomi. Maltus meninggal karena serangan jantung pda
Desember 1934. Dia dimakamkan di Abbey.
J.
DUA
HUKUM ALAM MALTUS YANG TERKENAL
Essay Population berisi dua “hukum alam” yang
dianggap “ sebagai kebenaran yang tidak beranggap”:
Pertama, populasi
cenderung bertambah menurut deret ukur ( secara geometri) (1, 2, 4, 8, 16,
32.......)
Kedua populasi
makanan ( sumber daya alam ) cenderung bertambah menurut deret hitung ( secara
aritmaika) ( 1, 2, 3, 4, 5, 6.....)
Akibatnya adalah
terjadi kritis “penderitan dan kejahatan” yang tak terelakan di mana sumber
alam bumi tidak bisa memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah (Maltus
1985; 67-80 ).
A.
ISU
1: PERTAMBAHAN PENDUDUK
Apakah
“hukum alam” pertama Malthus benar, yakni bahwa populasi bertambah menurut
deret ukur?. Populasi dunia memang bertambah secara geometris, bahkan sampai
sekarang. Pada masa Malthus, penduduk dunia kurang dari 1 miliar. Kini
jumlahnya sekitar 6 miliar.
Akan
tetapi, dengan melihat lebih dalam pada peningkatan tajam penduduk dunia sejak
1800, kita melihat bahwa penyebabnya tidak bersifat Malthusian. Kenaikan
populasi berkaitan dengan dua factor yang tak dilihat oleh Malthus. Terjadi
penurunan tajam dalam tingkat kematian bayi karena berkurangnya penyakit
mematikan berkat kemajuan ilmu kedokteran.
ada
peningkatan usia harapan hidup berkat meningkatnya standar hidup; terobosan di
bidang pengobatan; peningkatan sanitasi, perawatan kesehatan dan gizi; dan
penurunan tingkat kecelakaan. Akibatnya, makin banyak orang yang bisa hidup
sampai usia dewasa, dan bahkan sampai usia lanjut.
Kedua
faktor itu bertentangan dengan ramalan Malthusian tentang penderitaan dan kematian.
B.
ISU
2: PENURUNAN KELAHIRAN
Cacat
lain di dalam visi muram Malthus dan pengikutnya adalah penurunan angka
kelahiran di paruh kedua abad 20 baik di Negara industri maju maupun
berkembang. Selamalimapuluh tahun terakhir, angka rata-rata kelahiran di Negara
maju telah menurun dari 2,8 menjadi 1,9 dan di Negara berkembang turun dari 6,2
ke 3,9. tren ini sangat jelas: perempuan melahirkan anak lebih sedikit dan di
Negara yang lebih maju angka kelahirannya jaug berkurang. Ringkasnya,tingkat
geometris pertambahan penduduk mungkin menurun sampai deret hitung.
Penurunan
jangka panjang dalam angka kehamilan disebabkan oleh dua faktor: terobosan
pengobatan dan naiknya pendapatan karena teknologi medis yang lebih baik,
nutrisi yang lebih baik, maka pasangan suami istri merasa bahwa mereka tidak
perlu melahirkan lebih banyak anak untuk mengganti anak-anak yang meninggal.
Malthus
berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi hanya akan mendorong lebih
banyak anak. Menurutnya, ketika pendapatan per kapita meningkat, populasi akan
meningkat lebih cepat, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan perkapita sampai
ke tingkat subsistensi.
Orang
yang lebih kaya cenderung memiliki anak lebih sedikit. ada beberapa alasan
mengapa keluarga kaya umumnya punya sedikit anak. Di banyak kultur, memiliki
anak sebanyak mungkin akan memperbesar kemungkinan bahwa orang tuanya akan
mendapat perawatan yang cukup di usai lanjut. Jadi, anak-anak dianggap sebagai
aset keuangan yang berharga yang dapat memberikan pendapatan dimasa depan. Dengan
bertambahnya pendapatan sekarang ini maka tidak lagi dibutuhkan lebih banyak
anak, dan membesarkan anak-anak kini bahkan dianggap membutuhkan biaya mahal.
Lebih jauh, peningkatan pendapatan biasanya berarti tingkat pendidikan yang
lebih tinggi dan pemahaman yang lebih baik tentang metode pengendalian
kelahiran.
Dampak
dari pendapatan tinggi terhadap angka kelahiran memberi pesan yang jelas kepada
bangsa berkembang yang peduli terhadap kontrol kelahiran: metode pengurangan
kehamilan yang lebih baik adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan “kekayaan universal”, sebagaimana dikatakan Adam Smith. Standar
hidup yang lebih tinggi jauh lebih baik ketimbang campur tangan pemerintah
terhadap kehidupan pribadi keluarga.
Dalam
edisi kedua dan selanjutnya, Malthus merevisi teorinya yang terlalu sederhana
dan mengatakan bahwa manusia tidak selalu berperilaku seperti lalat, tetapi
manusia lebih besar kemungkinannya untuk mengubah perilakunya ketimbang hewan
atau tanaman. Malthus menyebut kemampuan ini sebagai “preventive check”
terhadap pertambahan penduduk. Dalam edisi pertama dia mengidentifikasi
beberapa perintang pertambahan penduduk, antara lain kelangkaan makanan,
penyakit, wabah, kelapran dan kejahatan, tetapi dia menyimpulkan bahwa erintang
ini pada akhirnya akan gagal melemahkan keuatan reproduksi seksual. Dalam edisi
kedua Malthus merasa bahwa perintag preventif, seperti menunda pernikahan dan
mengurangi hubungan seksual dalam keluarga, dapat mengurangi tingkat
pertambahan penduduk. Tetapi, malthus mulai ragu dan kembali ke keyakinan
1985:24,238). Jelas, bahwa malthus
meremehkan kemampuan manusai untuk mnegubah sikap mereka terhadap kelahiran
anak.
C.
MENGUJI
HUKUM KEDUA MALTHUS
“Hukum alam” kedua
Malthus adalah “ subsistensi meningkat hanya dalam rasio aritmatika” (Malthus
1985:71). Pendapat ini tampak meragukan, atau bahkan mungkin keliru. Baik
tanaman maupun hewanjauh lebih subur ketimbang manusia. Seperti dikatakan oleh
ekonom Julian Simon, “ Manusia dan gandum adalah spesies biologis, dan
pertambahan masing – masing spesies dibatasi oleh berbagai kekuatan. Tidak ada
alasan apriori mengapa dua spesies itu mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda”
(Simon 1996:333)
D.
KEKURANGAN
SUMBER DAYA
Tetapi Malthus tidak
memberikan alasan untuk pendapatnya bahwa kehidupan tanaman dan hewan tidak
seproduktif populasi manusia. Dia hanya mengatakan bahwa “alam menyebarkan
benih kehidupan seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, “tetapi” alam tidak cukup
ruang dan gizi untuk membesarkan benih itu” (1985:71-72, 224-25). Dengan kata
lain, tanah subur tidak mnecukupi, dan tidak cukup sumber daya alam untuk
mempertahankan kehidupan.
E.
HUKUM
PENDAPATAN YANG MENURUN
Malthus mengembangkan
konsep kelangkaan ini pada buku edisi berikutnya. Sarana-sarana untuk mendukung
kehidupan manusia “dibatasi oleh kelangkaan tanah- oleh besarnya tanah yang
gersang di muka bumi- dan oleh menurunnya proporsi produk yang harus selalu
dihasilkan dari penambahan capital terus-menerus terhadap tanah yang sudah
ditanami” (1985:225). Sumber daya alam cenderung “terus menerus berkurang ‘ ini
sekakarang dikenal sebagai hukum pendapatan yang menurun.
Dia mengacu pada
fakta bahwa saat seseorang menambakan lebih banyak capital atau tenaga kerja
pada suatu tanah dengan luas tertentu, maka penambahan produksi atau outputnya
akan semakin melambat.
Malthus
memperingatkan bahwa sebagian besar tanah yang subur dan sumber daya alam akan
berkurang dan kita akan mengalami penurunan kualitas tanah dan sumber daya seiring
dengan berjalannya waktu. Tetapi hukum pendapatan yang menurun hanay bekerja
jika kita mengasumsikan “ semua hal lainnya tidak berubah”, misalnya teknologi
dan kuantitas sumber daya lainnya adalah tetap.tetapi dalam jangka panjang tak
ada input yang bersifat tetap entah itu tanah, tenaga kerja, atau ,modal. Arti
penting tanah dari segi ekonomi sesungguhnya mulai berkurang di dunia modern,
sebab teknik pertanian telab berkembang. Sayangnya malthus dan murid-muridnya
mengabaikan fakta penting itu.
F.
MALTHUS
MENGABAIKAN SEBUAH UNSUR VITAL
Yang diabaikan oleh
Malthus adalah kemajuan teknologi pertanian, penemuan mineral baru dan sumber
daya alam baru lainnya serta peran harga dalam menentukan seberapa cepat atau
lambat sember daya akan habis. Ringkasnya dia mengabaikan kecerdikan manusia.
Pandangan Malthus
tentang produksi makanan terbukti keliru besar. Sejak adanya mesin panen
McCormick, traktor, pupuk buatan, perkembangan irigasi dan terobosan manajemen
dan teknologi lainnya, jumlah tanah yang ditanami dan produksi makanan
meningkat secara dramatis.
Kenaikan produksi
makanan menopang populasi yang lebih besar dan mengurangi kelapran di seluruh
dunia. Lagi pula, sebgian besar kasus kelaparan diakibatkan oleh kebijakan
pemerintah yang buruk yang membeuat petani tidak bisa menuai panen, membatasi
impor,, dan tiak mendorong penggunaan proses peroduksi pertanian yang baru
(Simon 1996:92).
Meskipun prediksi
ekstrem para pakar lingkungan belum terbukti, ini bukan berarti bahwa
pemanfaataan sumber daya alam secara berlebihan tidak menimbulkan persoalan.
Dunia menghadapi ancaman serius akibat populasi air dan udara, penggundulan
hutan, menurunnya hasil ikan, erosi tanah, punahnya dan hampir punahnya beberap
satwa, serta kemungkinan rusaknya atmosfer bumi.
Dalam sebuah artikel
di science pada 1968, professor ekologi manusia di Universitas California Santa
Barbara, Garrett Hardin, menulis essai seml tentang lingkungan. Esai ini
berjudul “the tragedy of the commons”. (essai ini dimuat di lebih dari 100
antologi). Hardin mencatat bahwa ada kecenderungan sumber daya alam dipakai
secara berlebihan saat ia dimiliki oleh publik. Dia menggunakan contoh tanah
penggembalaan publik. Karena tak seorangpun yang memiliki tanah itu, setiap
pengembala terdorong untuk menambah ternak lain untuk digembalakaan disana.
Akibatnya ternak yang digembalakkan di tanah tersebut menjadi berlebihan, atau
dengan meminjam kalimat hardin, “kebebasan dalam kebersamaan dakan
menghancurkan semuanya” (Hardin dan Baden 1977:20)
Kurangnya hak
property dan harga barang dan harga pasar menciptakan “tragedy kebersamaan”
menyebabkan populasi yang tak diharapkan, punahnya hewan, destruksi hutran, dan
kerusakan lingkungan. Banyak pakar lingkungan mendesak agara pemerintah membuat
peraturan untuk menangani persoalan ini sedangkan para ekonom lebih memilih
privatisasi area umum tersebut, jika dimungkinkan, dan menetapkan harga sumber
daya alam sebagai cara terbaik untuk memperbaiki kembali pengelolaan sumber
daya yang semakin langka ini.
G.
MALTHUS
MENINGGALKAN VISI SMITH
Kisah Robert Malthus
berguna untuk mengembangkan dan memahami dinamika pertumbuhan ekonomi dan
kenaikan populasi. Malthus mengakui bahwa intervensi pemerintah adalah
kontraproduktif dalam mengentaskan kemisknan dan mengontrol pertambahan
penduduk, dan karenaya dia stuju dengan Adam Smith untuk mengadopsi filsafat
laissez faire. Namun pada akhirnya dia berpisah dengan Adam Smith dengan
menginkari kepercayaan kepada kemampuan Ibu Bumi dan pasar bebas untuk
menyediakan sumber daya yang bisa memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin
bertambah. Pada dasarnya dia gagal memahami peran harga dan hak property
sebagai insentif bagi pengendali pemanfaatan sumber alam yang makin langka dan
peran harga sebagai mekanisme pemecahan. Lebih jauh ia memahami dinamika perkembangan
ekonomi entrepreneurial- bagaimana populasiyang besar dapat menciptakan benih
kekayaannnya sendiri melulai penciptaan ide dan teknologi baru.
Kendati Adam Smith
mengangkat isu upah subsisten, dia percaya bahwa pendapatan bisa naik diatas
upah minimum denagan cara mengadopsi mesin, alat, dan perlengkapan baru.
Kapitalisme pasar bebas adalah jalan keluar dari kemiskinan. Malthus, di piak
lain, berpandangan muram dan bahkan fatalistik terhadap kemampuan manusia untuk
melepaskan diri dari penderitaan dan kejahatan. Manusia ditakdirkan terbelenggu
oleh hukum besi upah. David Ricardo, sahabat baik Malthus masuk ke dalam
perangkap yang sama.