Senin, 24 Maret 2014

mata kuliah sejarah pemikiran ekonomi Maltus persentasi bab 3




A.     SIAPA ROBERT MALTUS?
Maltus di  lahir pada tahun 1776 dari keluarga kaya. Maltus dibaptis dengan nama Thomas Robert, tetapi selalu dikenal dengan Robert atau Bob ole keluarga dan kawanya. (Dewasa ini oleh para sejarawan dia umumnya disebut “Thomas Maltus”.) sebagai putra bungsu dari kedelapan bersaudara, dia sangat akrab dengan kelebihan persoalan penduduk. Iman Kristennya menganjurkan di bentuknya keluarga yang besar. di kota Wotton, Surrey. Ayahnya adalah tentara pengawal di pedesaan yang kaya. Ia berusaha keras agar Malthus memperoleh pendidikan yang baik. Pertama-tama Malthus diberi pelajaran oleh ayahnya dan pengajar privat di rumah. Kemudian ia dikirim ke sekolah swasta yang sangat baik. Pada tahun 1784 Maltus masuk Universitas Cambridge mengambil jurusan  matematika dan Bahasa dia mempelajari beberapa bahasa. Dia senang bermain kritik dan kehidupan sosial dan ikut bergabung dengan beberapa klub disepanjang hidupnya. Setelah dia lulus pada 1788 dia mengikuti Holy Order  dan menjadi pendeta untuk gereja Inggris, yang mensyaratkan hidup selibat.

B.     ROBERT MALTUS (1985[1790]:79)
Publikasi The Wealth of Nations karya Adam Smith pada 1776 diiringi dengan era baru optimisme di Eropa. Para pembaru sosial berharap bisa mengikuti jejak Revolusi Amerika yang menjanjikan “ kehidupan, kebebasan, dan kebahagiaan”, dan Revolusi Prancis menjanjikan “liberté, egalité, fraternité. William Wordsworth mendeskripsikan idealisme awal Revolusi Prancis ini dalam salah satu bagian di dalam The Prelude (1986 {1850} Buku 11, bait 108-109)
Fajar kehidupan membawa kebahgiaan
Sejak Sir Thomas More menulis Utopia, para filsuf memimipikan dunia kebahagiaan universal tanpa perang, tanpa kejahatan, dan tanpa kemiskinan. Si jenius Adam Smith, dan rekan-rekannya seperti Montesquieu, Say, Bastiat dan de Tocquevillle, mengembangkan sistem ekonomi “kebebasan alamiah” yang dapat menciptakan perdamaian, keseteraan, dan kekayaan universal.
Model itu mendapat tantangan berat, dan ironisnya tantangan ini dilancarkan oleh salah satu murid Smith. Thomas Robert Malthus dan David Ricardo. Malthus mengajukan isu yang terkenal hingga sekarang: Dapatkah  planet yang penuh sesak dengan manusia, dengan sumber daya yang diperas habis-habisan, akan menghancurkan visi kemakmuran demokratis Adam Smith?

C.     VISI UTOPIAN DARI CONDORCET DAN GODWIN
Teori populasi malthus disusun sebagai reaksi terhadap ide dari fulsuf popular dari masa pencerahan abad 18: filsuf prancis Marquis de Condorcet (1743-94) dan menteri Inggris yang radikal,William Godwin (1756-1836).
Pencerahan abad 18 dipimpin oleh sekelompok ilmuwan, filsuf dan penulis yang lebih memilih ilmu pengetahuan ketimbang takhayul lebih memilih akal ketimbang iman, toleransi ketimbang fanatisme, individualisme ketimbang kolektivisme, dan materialisme ketimbang pengiritan. Orang-orang pencerahan ini Locke, Voltaire, Montesquieu, Jefferson, Paine, Franklin sangat percaya pada kemajuan ekonomi dan egalitarianisme kebanyakan dari mereka setuju bahwa pertumbuhan populasi akan bermanfaat dan menjadi sumber kekuatan dan inovasi di bidang ekonomi dan politik.
Salah satu tokoh optimis di abad pencerahan ini adalah Marie Jean- Antoine- Nicholas de caritate (1743-94), yang lebihg dikenal sebagai Marquis de Condorcet. Condorcet adalah seorang ahli matematika dan libertian yang memiliki kemampuan membuat perkiraan secara menajubkan. Condorcet meramalkan bahwa dalam jangka waktu 200 tahun ke depan akan terjadi peningkatan produktivitas dalam bidang manufaktur dan agrikultur, perumahan dan makanan, dan peningkatan subtansial dalam jumlah penduduk dan harapan hidup, serta kemajuan pesat di bidang teknologi pengobatan dan penghilangan penyakit (Kramnick 1995:26-38). Dia menulis karya terakhir ini dengan judul “The Future Progress Of The Human Mind”, saat dia bersembunyi karena diancam hukuman mati.
William Godwin juga orang yang optimis, tetapi agak esentrik. Menteri Inggris ini adalah seorang anarcho- communitarian yang idealistik, yang diilhami oleh Revolusi Prancis. Dia menolak visi Hobbesian tentang kehidupan yang “kacau, kasar dan singkat”. Dia sepaham dengan Adam Smith yang membayangkan munculnya dunia baru yang makmur. Dia percaya bahwa kejahatan akan lenyap, relasi manusia akan harmonis secara sempurna danm mauuisa bisa abadi, hanya jika hukum dan property dihilangkan. Godwin menyuarakan optimismenya dalam karyanya yang berjudul political justice (1793), yang berisi tentang era baru yang dicirikan oleh manusia yang sehat, panjang umur, dan baik. Dia meramalkan , “tidak akan ada penyakit, atau kemarahan, atau kesedihan atau kekecewaan”, dan pemerintah tidak akan lagi dibutuhkan karena “ setiap orang akan berbuat demi kebaikan semuanya”.

D.     MALTHUS MENENTANG KAUM YANG OPTIMIS
Tetapi tantangan terbesar terhadap era filsafat baru ini berasal dari tokoh muda yang kurang ajar, Robert Thomas Malthus (1766-1834). Pada 1798 saat berusia 32 tahun, Malthus mempublikasikan karya tanpa mencantumkan namanya, yang berjudul Essay On Population yang pada intinya mengatakan bahwa sumber daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus bertambah. Pemikirannya yang muram ini mengubah lanskap ekonomi dan politik, dan dengan cepat melenyapkan pandangan positif Adam Smith, Condercet, Godwin, dan pendukung pencerahan lainnya. Malthus bersama kawan karibnya, David Ricardo menegaskan bahwa tekanan terhadap sumber daya terbatas akan selalu membuat manusia mendekati garis kemiskinan. Dengan demikian Malthus dan Ricardo membalikkan ekonomi Smithian yang cerah, meskipun mereka berdua juga pendukung kebijakan laissez faire Smith

E.      PENGARUH MALTHUS YANG LUAR BIASA
MALTHUS sangat mempengaruhi pemikiran modern:
1.      Dia dianggap sebagai pendiri studi demografi dan populasi. (Inggris melakukan sensus pertamanya pada 1801, akibat dari pengaruh studi Malthus)
2.      Dia dianggap sebagai guru perekayasa social yang mendukung control populasi dan batas pertumbuhan ekonomi ( lihat update 1)
3.      Esainya tentang populasi memperkuat pandangan muram dan fataklsitik dari banyak ilmuwan dan pembaru social, yang meramalkan akan muncul kemiskinan, kematian, penderitaan, peran dan kerusakan lingkungan sebagai akibat pengambilan sumber daya oleh populasi ( lihat update 2 )
4.      Dia mengilhami teori evolusi Darwin. ( lihat kontak dihalaman selanjutnya )
5.      Karya utamanya sagat mempengaruhi teori ekonomi makro John Maynard Keynes yang didasarkann pada gagasan bahwa daur hidup bisnis disebabkan oleh perubahan dalam
6.      “permintaan efektif” total oleh konsumen dan investor ( lihat di bab 13 )Pesimisme Malthus dan Ricardo membuat ilmu ekonomi dicap sebagai “ilmu yang muram”.
Selama bertahun-tahun tesis Malthus tentang meledaknya populasi diterima oleh banyak ekonom terkemuka, termasuk  David Ricardo, John Stuart Mill, Knut Wicksell, dan William Stanley Jevons. Sejumlah kritikus sosial dan pemerhati ekologi modern juga mendukung pandangan Malthus dan menuduh bahwa sejumlah penduduk yang terlalu telah menimbulkan kelaparan, kekurangan, kekurangan, perang dan populasi ( lihat update 2 ). Bahkan beberapa tokoh konservatif seperti Russell Kirk juga membela Malthus. (Nickerson 1975:3-7).
Akan tetapi, tidak semua orang mengakui argument Malthus yang pesimis. Marxis menolak teori populasi Malthus yang suram, yang oleh Friedrich Engels disebut “teori paling keji dan barbar” yang bisa dibayangkan (Malthus 1985:51-52). Dan kebanyakan ekonom sejak 1900-an juga meninggalkan tesisi malthus karena dalam kenytaan terjadi peningkatan besar di dalam produksi pangan dan output ekonomi ( lihat update 2 ).
Meskipun demikian, selama abad 19, pandangan Malthus tentang kelebihan populasi dan sumber daya yang terbatas menghantui dunia modern.

F.     MALTHUS MENULIS RISALAH YANG KONTROVERSIAL
Malthus menulis karya klasiknya setelah berdebat dengan seorang kawannya” tentang teori utopia William Godwin. Kawannya itu ternyata adalah ayahnya, Daniel Malthus, murid filsuf prancis yang penuh skandal, Jean Jacque Rousseau. Kalimat  Rousseau, “Manusia dilahirkan bebas namun terbelenggu dimana-mana” merefleksikan konflik antar idealisme dan realitas pada zamannya (1968-49).
Perdebatan tentang pandangan Godwin sangat keras sehingga Malthus muda menulis sebuah karya yang kuat untuk menentangnya. Mengikuti tradisi pada masa itu, karya Malthus menggunakan judul yang panjang, an essay on the principle of populations as it affects the future improvement of society, with remarks on the speculation of Mr. Godwin, M Condorcet, and other writers (1798).




G.    LELAKI PALING DILECEHKAN PADA ZAMANNYA
TESIS muram Maltus adalah “kekuatan populasi jauh lebih besar ketimbang kekuatan bumi untuk memproduksi kebutuhan bagi manusia” dan karena itu mayoritas manusia akan mengalami kehidupan Hobbesian (1985[1798] : 71)
Essaynya menimbulkan badai kritik kontrovatif, penganut liberal, dan radikal utopia. Menurut Maltus, setiap usaha untuk menciptakan usaha yang lebih baik justru akan selalu kontroprobuktif. ( pada 1815, Maltus mendukung Cron Law di Inggris, yang menetapkan bea impor untuk gandum yang akan menaikkan harga roti dikalangan pekerja miskin).

H.     MALTHUS MENENTANG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINANA, PENGENDALIAN KELAHIRAN, DAN BAHKAN VAKSIN?
Wiliiam Cobbett menulis kritik berikut ini: “ Bagaimana Malthus dan murid-muridnya yang nakal dan memalukan dan orang-orang yang ingin menghilangkan kemiskinan bisa mencengah orang miskin untuk menikah; bagaimana golongan yang bodoh sekaligus penipu ini nanti bisa memandang wajah orang yang berjuang mengangkat senjata mempertaruhkan nyawanya demi membela tanah airnya” (Down 1983:249-50)
Maltus menghabiskan sisa hidupnya untuk mempertahankan dan merevisi tersis overpopulasinya, meskipun dia juga menulis buku lainnya. Dia banyak berkeliling Eropa untuk mengamati persoalan populasi.

I.       PERNIKAHAN, MENGAJAR, DAN KEMATIAN
Pada April 1804, pada usia 38 tahun, Maltus menikahi Hariett Eckersall. Mereka dikaruniai anak pertama pada Desember, hanya delapan bulan setelah menikah. Maltus dan istrinya pada akhirnya memiliki tiga anak dan menjalni hidup rumah tangga yang tenang.
Pada tahun 1805 dia diangkat menjadi profesor sejarah modern dan ekonomi politik di perguruan tinggi yang baru, East India Company College di Halleybury. Yang didirikan untuk memdidik pegawai sipil di East India Company jadi memang Maltus memegang jabatan puncak di jurusan ekonomi. Maltus meninggal karena serangan jantung pda Desember 1934. Dia dimakamkan di Abbey.

J.      DUA HUKUM ALAM MALTUS YANG TERKENAL
Essay Population berisi dua “hukum alam” yang dianggap “ sebagai kebenaran yang tidak beranggap”:
Pertama, populasi cenderung bertambah menurut deret ukur ( secara geometri) (1, 2, 4, 8, 16, 32.......)
Kedua populasi makanan ( sumber daya alam ) cenderung bertambah menurut deret hitung ( secara aritmaika) ( 1, 2, 3, 4, 5, 6.....)
Akibatnya adalah terjadi kritis “penderitan dan kejahatan” yang tak terelakan di mana sumber alam bumi tidak bisa memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah (Maltus 1985; 67-80 ).

A.     ISU 1: PERTAMBAHAN PENDUDUK
Apakah “hukum alam” pertama Malthus benar, yakni bahwa populasi bertambah menurut deret ukur?. Populasi dunia memang bertambah secara geometris, bahkan sampai sekarang. Pada masa Malthus, penduduk dunia kurang dari 1 miliar. Kini jumlahnya sekitar 6 miliar. 
Akan tetapi, dengan melihat lebih dalam pada peningkatan tajam penduduk dunia sejak 1800, kita melihat bahwa penyebabnya tidak bersifat Malthusian. Kenaikan populasi berkaitan dengan dua factor yang tak dilihat oleh Malthus. Terjadi penurunan tajam dalam tingkat kematian bayi karena berkurangnya penyakit mematikan berkat kemajuan ilmu kedokteran.
ada peningkatan usia harapan hidup berkat meningkatnya standar hidup; terobosan di bidang pengobatan; peningkatan sanitasi, perawatan kesehatan dan gizi; dan penurunan tingkat kecelakaan. Akibatnya, makin banyak orang yang bisa hidup sampai usia dewasa, dan bahkan sampai usia lanjut.
Kedua faktor itu bertentangan dengan ramalan Malthusian tentang penderitaan dan kematian.

B.     ISU 2: PENURUNAN KELAHIRAN
Cacat lain di dalam visi muram Malthus dan pengikutnya adalah penurunan angka kelahiran di paruh kedua abad 20 baik di Negara industri maju maupun berkembang. Selamalimapuluh tahun terakhir, angka rata-rata kelahiran di Negara maju telah menurun dari 2,8 menjadi 1,9 dan di Negara berkembang turun dari 6,2 ke 3,9. tren ini sangat jelas: perempuan melahirkan anak lebih sedikit dan di Negara yang lebih maju angka kelahirannya jaug berkurang. Ringkasnya,tingkat geometris pertambahan penduduk mungkin menurun sampai deret hitung.
Penurunan jangka panjang dalam angka kehamilan disebabkan oleh dua faktor: terobosan pengobatan dan naiknya pendapatan karena teknologi medis yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, maka pasangan suami istri merasa bahwa mereka tidak perlu melahirkan lebih banyak anak untuk mengganti anak-anak yang meninggal.
Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi hanya akan mendorong lebih banyak anak. Menurutnya, ketika pendapatan per kapita meningkat, populasi akan meningkat lebih cepat, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan perkapita sampai ke tingkat subsistensi.
Orang yang lebih kaya cenderung memiliki anak lebih sedikit. ada beberapa alasan mengapa keluarga kaya umumnya punya sedikit anak. Di banyak kultur, memiliki anak sebanyak mungkin akan memperbesar kemungkinan bahwa orang tuanya akan mendapat perawatan yang cukup di usai lanjut. Jadi, anak-anak dianggap sebagai aset keuangan yang berharga yang dapat memberikan pendapatan dimasa depan. Dengan bertambahnya pendapatan sekarang ini maka tidak lagi dibutuhkan lebih banyak anak, dan membesarkan anak-anak kini bahkan dianggap membutuhkan biaya mahal. Lebih jauh, peningkatan pendapatan biasanya berarti tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pemahaman yang lebih baik tentang metode pengendalian kelahiran.
Dampak dari pendapatan tinggi terhadap angka kelahiran memberi pesan yang jelas kepada bangsa berkembang yang peduli terhadap kontrol kelahiran: metode pengurangan kehamilan yang lebih baik adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan “kekayaan universal”, sebagaimana dikatakan Adam Smith. Standar hidup yang lebih tinggi jauh lebih baik ketimbang campur tangan pemerintah terhadap kehidupan pribadi keluarga.
Dalam edisi kedua dan selanjutnya, Malthus merevisi teorinya yang terlalu sederhana dan mengatakan bahwa manusia tidak selalu berperilaku seperti lalat, tetapi manusia lebih besar kemungkinannya untuk mengubah perilakunya ketimbang hewan atau tanaman. Malthus menyebut kemampuan ini sebagai “preventive check” terhadap pertambahan penduduk. Dalam edisi pertama dia mengidentifikasi beberapa perintang pertambahan penduduk, antara lain kelangkaan makanan, penyakit, wabah, kelapran dan kejahatan, tetapi dia menyimpulkan bahwa erintang ini pada akhirnya akan gagal melemahkan keuatan reproduksi seksual. Dalam edisi kedua Malthus merasa bahwa perintag preventif, seperti menunda pernikahan dan mengurangi hubungan seksual dalam keluarga, dapat mengurangi tingkat pertambahan penduduk. Tetapi, malthus mulai ragu dan kembali ke keyakinan 1985:24,238). Jelas, bahwa malthus meremehkan kemampuan manusai untuk mnegubah sikap mereka terhadap kelahiran anak.




C.     MENGUJI HUKUM KEDUA MALTHUS
“Hukum alam” kedua Malthus adalah “ subsistensi meningkat hanya dalam rasio aritmatika” (Malthus 1985:71). Pendapat ini tampak meragukan, atau bahkan mungkin keliru. Baik tanaman maupun hewanjauh lebih subur ketimbang manusia. Seperti dikatakan oleh ekonom Julian Simon, “ Manusia dan gandum adalah spesies biologis, dan pertambahan masing – masing spesies dibatasi oleh berbagai kekuatan. Tidak ada alasan apriori mengapa dua spesies itu mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda” (Simon 1996:333)

D.     KEKURANGAN SUMBER DAYA
Tetapi Malthus tidak memberikan alasan untuk pendapatnya bahwa kehidupan tanaman dan hewan tidak seproduktif populasi manusia. Dia hanya mengatakan bahwa “alam menyebarkan benih kehidupan seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, “tetapi” alam tidak cukup ruang dan gizi untuk membesarkan benih itu” (1985:71-72, 224-25). Dengan kata lain, tanah subur tidak mnecukupi, dan tidak cukup sumber daya alam untuk mempertahankan kehidupan.

E.     HUKUM PENDAPATAN YANG MENURUN
Malthus mengembangkan konsep kelangkaan ini pada buku edisi berikutnya. Sarana-sarana untuk mendukung kehidupan manusia “dibatasi oleh kelangkaan tanah- oleh besarnya tanah yang gersang di muka bumi- dan oleh menurunnya proporsi produk yang harus selalu dihasilkan dari penambahan capital terus-menerus terhadap tanah yang sudah ditanami” (1985:225). Sumber daya alam cenderung “terus menerus berkurang ‘ ini sekakarang dikenal sebagai hukum pendapatan yang menurun.
Dia mengacu pada fakta bahwa saat seseorang menambakan lebih banyak capital atau tenaga kerja pada suatu tanah dengan luas tertentu, maka penambahan produksi atau outputnya akan semakin melambat.
Malthus memperingatkan bahwa sebagian besar tanah yang subur dan sumber daya alam akan berkurang dan kita akan mengalami penurunan kualitas tanah dan sumber daya seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi hukum pendapatan yang menurun hanay bekerja jika kita mengasumsikan “ semua hal lainnya tidak berubah”, misalnya teknologi dan kuantitas sumber daya lainnya adalah tetap.tetapi dalam jangka panjang tak ada input yang bersifat tetap entah itu tanah, tenaga kerja, atau ,modal. Arti penting tanah dari segi ekonomi sesungguhnya mulai berkurang di dunia modern, sebab teknik pertanian telab berkembang. Sayangnya malthus dan murid-muridnya mengabaikan fakta penting itu.

F.      MALTHUS MENGABAIKAN SEBUAH UNSUR VITAL
Yang diabaikan oleh Malthus adalah kemajuan teknologi pertanian, penemuan mineral baru dan sumber daya alam baru lainnya serta peran harga dalam menentukan seberapa cepat atau lambat sember daya akan habis. Ringkasnya dia mengabaikan kecerdikan manusia.
Pandangan Malthus tentang produksi makanan terbukti keliru besar. Sejak adanya mesin panen McCormick, traktor, pupuk buatan, perkembangan irigasi dan terobosan manajemen dan teknologi lainnya, jumlah tanah yang ditanami dan produksi makanan meningkat secara dramatis.
Kenaikan produksi makanan menopang populasi yang lebih besar dan mengurangi kelapran di seluruh dunia. Lagi pula, sebgian besar kasus kelaparan diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang buruk yang membeuat petani tidak bisa menuai panen, membatasi impor,, dan tiak mendorong penggunaan proses peroduksi pertanian yang baru (Simon 1996:92).
Meskipun prediksi ekstrem para pakar lingkungan belum terbukti, ini bukan berarti bahwa pemanfaataan sumber daya alam secara berlebihan tidak menimbulkan persoalan. Dunia menghadapi ancaman serius akibat populasi air dan udara, penggundulan hutan, menurunnya hasil ikan, erosi tanah, punahnya dan hampir punahnya beberap satwa, serta kemungkinan rusaknya atmosfer bumi.
Dalam sebuah artikel di science pada 1968, professor ekologi manusia di Universitas California Santa Barbara, Garrett Hardin, menulis essai seml tentang lingkungan. Esai ini berjudul “the tragedy of the commons”. (essai ini dimuat di lebih dari 100 antologi). Hardin mencatat bahwa ada kecenderungan sumber daya alam dipakai secara berlebihan saat ia dimiliki oleh publik. Dia menggunakan contoh tanah penggembalaan publik. Karena tak seorangpun yang memiliki tanah itu, setiap pengembala terdorong untuk menambah ternak lain untuk digembalakaan disana. Akibatnya ternak yang digembalakkan di tanah tersebut menjadi berlebihan, atau dengan meminjam kalimat hardin, “kebebasan dalam kebersamaan dakan menghancurkan semuanya” (Hardin dan Baden 1977:20)
Kurangnya hak property dan harga barang dan harga pasar menciptakan “tragedy kebersamaan” menyebabkan populasi yang tak diharapkan, punahnya hewan, destruksi hutran, dan kerusakan lingkungan. Banyak pakar lingkungan mendesak agara pemerintah membuat peraturan untuk menangani persoalan ini sedangkan para ekonom lebih memilih privatisasi area umum tersebut, jika dimungkinkan, dan menetapkan harga sumber daya alam sebagai cara terbaik untuk memperbaiki kembali pengelolaan sumber daya yang semakin langka ini.

G.    MALTHUS MENINGGALKAN VISI SMITH
Kisah Robert Malthus berguna untuk mengembangkan dan memahami dinamika pertumbuhan ekonomi dan kenaikan populasi. Malthus mengakui bahwa intervensi pemerintah adalah kontraproduktif dalam mengentaskan kemisknan dan mengontrol pertambahan penduduk, dan karenaya dia stuju dengan Adam Smith untuk mengadopsi filsafat laissez faire. Namun pada akhirnya dia berpisah dengan Adam Smith dengan menginkari kepercayaan kepada kemampuan Ibu Bumi dan pasar bebas untuk menyediakan sumber daya yang bisa memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah. Pada dasarnya dia gagal memahami peran harga dan hak property sebagai insentif bagi pengendali pemanfaatan sumber alam yang makin langka dan peran harga sebagai mekanisme pemecahan. Lebih jauh ia memahami dinamika perkembangan ekonomi entrepreneurial- bagaimana populasiyang besar dapat menciptakan benih kekayaannnya sendiri melulai penciptaan ide dan teknologi baru.
Kendati Adam Smith mengangkat isu upah subsisten, dia percaya bahwa pendapatan bisa naik diatas upah minimum denagan cara mengadopsi mesin, alat, dan perlengkapan baru. Kapitalisme pasar bebas adalah jalan keluar dari kemiskinan. Malthus, di piak lain, berpandangan muram dan bahkan fatalistik terhadap kemampuan manusia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan kejahatan. Manusia ditakdirkan terbelenggu oleh hukum besi upah. David Ricardo, sahabat baik Malthus masuk ke dalam perangkap yang sama.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar